PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Your Voice

Your Voice

Penulis:Citrus_Sp

Berlangsung

Pengantar
Rana adalah gadis bisu yang bertemu dengan Kai, seorang tukang palak di sekolah barunya. Pertemuan yang kurang baik itu membuat keduanya memiliki hubungan yang semakin lama semakin erat. Hingga akhirnya sang tukang palak berniat untuk melindungi si gadis bisu. Lama kelamaan timbul rasa suka antara keduanya, namun semua tak semudah itu mengizinkan kedua manusia itu bersatu. Banyak masalah yang datang membuat perasaan mereka terombang ambing. Akankah mereka dapat bersama?
Buka▼
Bab

" Butuh 'Waktu' untuk bisa mekar menjadi sosok 'Bunga' "

***

Manik coklat milik cewek itu bersinar menatap bangunan sekolah sepanjang kakinya melangkah. Diam-diam mengangumi sekolah favorit yang sejak dulu di impikannya. Dan hari ini, dia paten menjadi salah satu murid di sekolah tersebut.

"Awas kesandung, Neng!"

Bukh

"Tuh, kan. Bener gue kata."

Tiga cowok itu tergelak menatap pemandangan indah di pagi hari yang mendung. Cewek itu meringis memegangi kedua lututnya yang memerah.

"Kulit pisang Bos Kai emang manjur. Hebat bos!" Seru Yuman berbinar.

Di tengah-tengah cowok itu. Laki-laki tampan yang di sebut bos, berdiri dengan wajah puas. Target seorang Kai Geori memang tidak pernah keliru, selalu berhasil. Mereka bertos-ria sebelum melangkah menghampiri cewek malang bersurai hitam sebahu itu.

Mencoba bangkit namun terjatuh. Rana mendesis merasakan nyeri di kedua lututnya. Dia mengabaikan ketiga cowok yang menertawakannya. Rana yakin ini ulah mereka.

"Lu cewek tulen, kan? Heran gue." Yuman, Salah satu dari teman Kai menggaruk tengkuknya.

"Peduli amat lu. Emang nape?" Mumun bertanya.

"Nih kalau cewek, pasti ngamuk maki-maki kita kayak si Dora. Di kerjain dikit maklampirnya muncul. Lah, dia malah nunduk dan diem aja. Aneh, kan?"

"Bisu mungkin. Hahaha!"

Plak

"Bego lu berdua. Kita preman sekolah, tukang onar, palakin orang. Bukannya tugas juga malah debat gak jelas. Buruan minta duitnya!"

Keduanya langsung sadar setelah kepala mereka ditampar oleh Kai. Berdiri tegak dan memberi hormat serempak berkata.

"SIAP. LAKSANAKAN BOS!"

"Keluarin duit lu. Siniin semuanya!" Gertak Mumun maju dan melabrak Rana yang diam.

Rana sangat dirugikan. Pagi-pagi dia celaka dan mendapat luka di lutut. Sekarang dia dipalak oleh preman sekolah. Rana bangkit berdiri.

"Nah, gitu dong." Hasil kesabaran Mumun berbuah. Rana pelan-pelan mengulurkan tangannya mencari isi saku baju seragamnya. Menarik sesuatu tapi tidak sampai setengah tanganya kembali diam di tempat.

Apa mereka pikir dia menyerah?

Tangan kiri Rana menunjuk ke arah belakang para cowok. Sontak ketiganya berbalik melihat arah tulujuk itu. Dan apa...

Rana berlari pincang, kabur dengan memutar arah. Mati-matian menahan sakit di lutut.

Ketiga cowok itu secepatnya sadar dan mengetahui mereka terkena tipu recehan gadis mungil itu. Makian untuk cewek itu tertahan saat bel masuk berbunyi nyaring di koridor kelas.

"Beraninya tuh cewek! Dia gak tau aja lagi berurusan sama siapa. Mun, catet nama dan ciri-cirinya! Yum, ingat wajahnya!" Ucap Kai berapi-api. Mangsanya lepas begitu saja. Tidak bisa dimaafkan!

"Ekhm, bos? kayak gue lihat dia murid baru, deh." Yuman menyangga.

"Tau dari mana?"

"Asing aja wajahnya, Bos."

"Iya, sih. Gue tebak dia cewek bisu, orang pinter, suka dibully, tapi gue yakin dia strong girl." Mumun berlagak seperti peramal. Sok tahu segalanya!

"Dukun lu?" Sumpal Yuman.

"Gak lah. Gelar gue hamba doang. Musrik lu percaya gue dukun!"

"Kebiasaan. Gue yakin tebakan lu salah semua. Pasti itu!"

"Serah lu percaya atau enggak. 100% feeling gue benar!"

Kuping Kai panas. Ocehan kedua temannya semakin membuat darahnya mendidih. Dia bernafas kasar sebelum menarik sebelah kuping Yuman dan Mumun.

"Udah, Diem. Masuk kelas sana! Masalah cewek itu kita urus nanti. Ayo!"

"O..oke bos!"

***

"Selamat pagi murid-murid!"

"Pagi pak...."

Malas-malasan menjawab. Satu kelas selalu mengantuk jika kedatangan Pak Dewa Racman, guru sejarah indonesia. Pakaian cupu, rambut rapi, tak lupa kacamata coklat yang membingkai mata sipitnya.

Ya tuhan, apalagi ini? Kenapa Bapak kuno sedunia itu muncul! Penjelasan seabadnya seperti lagu pengantar tidur bagi seorang Kai Geori.

"Bapak kok masuk, sih?" Tanya Kai kurang ajar.

Mumun cekikakan melihat aura muka bosnya yang gelap. Selain komplotan preman. Di kelas mereka juga duduk berseblahan. Kecuali Yuman, dia ada di kelas sebelah.

"Jaga mulut kamu Kai!" Tegur pak Dewa naik pitam.

"Yah, bapak juga yang salah." Mumun mendukung bosnya. "Satu kelas tau ini bukan jam pelajaran Bapak. Jangan tersinggung dengan komplain bos saya."

"Hei, kamu juga!" Pak Dewa balas tidak terima. Matanya melotot garang namun sepersekian detik dia bernafas lelah menatap dua murid petakilan itu.

Harusnya dia bersyukur murid preman itu masih masuk kelas, meski jarang. Tergantung mood mereka. Para guru memberi kelonggaran untuk tidak mengerasi mereka. Bisa-bisa kenakalan mereka semakin menjadi karenanya.

"Iya, Bapak salah." Mengaku salah mungkin lebih baik agar singa sekolah tidak murka.

Kai menguap lebar lalu berkata. "Good theacher."

Seisi kelas takjub mengakui kehebatan dua murid pentolan sekolah. Pak Dewa yang terkenal galak juga banyak bicara saja bungkam dan mengalah. Luar biasa!

"Bapak akan keluar setelah ini." Putus pak Dewa menatap seluruh siswa. "Berhubung Bu Fani, wali kelas kalian tidak datang. Bapak diutus kepala sekolah untuk mengantar murid baru memperkenalkan diri di kelas kalian. Silahkan masuk, Nak."

Menunduk. Sosok itu Berjalan ke arah pak Dewa. Mengatur nafas sebelum mengangkat wajahnya.

Mata Kai dan Mumun jreng seketika. Sosok yang ternyata seorang gadis bermanik cokelat terang. Gadis dengan wajah polosnya. Kai benar-benar tidak percaya, di balik topeng lugu itu tersimpan wajah penipunya.

Kai mendecih.

"Ekhm, maaf. Saya sendiri yang akan memperkenalkan nama dan asal pindahan sekolahnya."

"Lah, kok Bapak, sih? Emang bapak yang jadi murid baru?!" Emosi Kai langsung naik.

Kenapa harus pak Dewa yang memperkenalkan nama murid baru itu. Memangnya dia artis? Anak Raja? Atau apa?

"Sabar bos, sabar. Mangsa kita udah ketemu, bentar lagi jadi kambing guling tuh cewek." Kompor Mumun mengelusi lengan bosnya.

"Begini. Nama gadis ini Rana Priska, pindahan sekolah dari Luar negri. Tidak seperti murid pada umumnya, dia anak berkebutuhan khusus. Gadis ini tidak bisa bicara, lebih tepatnya dia bisu sejak lahir."

Semua tercengang tidak terkecuali Kai Geori. Ternyata gadis bisu?

"Tuh, kan benar. Apa gue bilang!" Pekik Mumun di tengah keseriusan seisi kelas mendengar penjelasan guru berkacamata itu.

Mumun berbalik menatap Kai yang diam dengan wajah serius. Kernyitan kening Kai semakin dalam. Alis tebalnya semakin menempel. Ada apa dengan bosnya?

"Oi, Bos lu kenapa?"

Tidak ditanggapi Mumun mulai khawatir Kai kerasukan. Dia kembali memanggil.

"Bos?"

"BOS!"

"BOSSSSS! KAAAIIIIII!"

"SADAR BOSSS!"

"DEMI APAPUN BOS JANGAN NAKUTIN, AH."

"TAKUT DEDEK!"

"IHH, BOS!"

Kehabisan akal Mumun memilih jalan pintas.

"Oh, gue tau. Bos minta dicipok yak. Gak pa-pa. Sini ama adek bang. Bibir adek masih perawan kok, dijamin puas. Uum..." Bibir Mumun semakin maju ingin mencapai wajah Kai. Tapi sebelum bibirnya mendarat, Kai lebih dulu berbalik dan memukul wajah Mumun dengan buku tulisnya.

"CICAK, MATI LU!!!" Sulut Kai berapi-api.