Menara Eiffel, Paris, Prancis, Pukul 21.30.
Hembusan angin terasa dingin..
Ini adalah bulan Desember dimana negara-negara yang memiliki empat musim, akan merasakan suhu cukup rendah, yang biasa disebut sebagai musim dingin.
Tampak butiran salju perlahan turun, membasahi lahan luas dengan rerumputan hijau yang tertata rapi itu.
Disana banyak pasangan kekasih, maupun mereka yang tengah bersama keluarga menikmati waktu bersantai disaat libur natal dan juga tahun baru.
- Suara klakson mobil yang tengah lalu lalang di jalanan protokol
Di seberang menara Eiffel, berdiri kokoh gedung tinggi menjulang dengan arsitektur khas eropa kuno, Hotel yang memasang tarif menginap permalam sangat mahal dan hanya kalangan elite saja mampu menginap dan menikmati setiap Fasilitas mewah yang diberikan.
Terlihat ada sepasang suami istri tengah menikmati suasana romantis dari balkon kamar paling mahal di hotel terbaik di dunia ini, mereka tengah bermesraan memandangi ikon paling romantis di seluruh dunia itu.
“Aryan, aku suka..” Bisik Riyana di daun telinga suaminya.
Aryan tersenyum bahagia, ia rengkuh kembali tubuh istrinya yang hanya di lindungi dengan selimut tebal berwarna putih ini dari belakang, sembari terus menciumi tengkuk leher mulus nya.
“Bukannya bersama ku jauh lebih romantis, sayang?” Bisik Aryan.
Lalu gigi-giginya nakal menggigiti daun telinga Riyana dengan lembut.
“Ahh..Ar-yan” Gerutu Riyana dengan suara manja nya.
“Apa kita lanjutkan saja, Baby?” Bisiknya, dengan deru nafas yang membuat tengkuk leher Riyana bergidik geli.
“Bukannya tadi sudah satu jam?” Gerutu Riyana.
Aryan tersenyum nakal, ia gendong tubuh Riyana kemudian ia rebahkan di atas ranjang besar dengan sprei berwarna abu ini.
Riyana tersenyum, sedangkan Aryan perlahan naik keatas tubuh istrinya. Ia sibak selimut yang melindungi tubuh indah ini, ia angkat kedua kaki jenjang Riyana kemudian ia buka kedua paha mulus ini lebih lebar, lalu perlahan ia siapkan yang ada dibawa untuk masuk ke dalam dengan utuh.
“Oh..” Erangnya
Bola mata Riyana mengerjap, mulutnya menganga, kepalanya mendongak lalu erangannya menggema di kamar dengan fasilitas super mewah ini.
*
“Ehmm, Ahh..” Desahnya
Tubuh kekar suaminya tengah bergerak maju mundur diatas tubuhnya dengan perut buncit yang semakin menonjol kedepan.
Gerakan tubuh mereka seirama, sembari terus berciuman panas untuk menambah gairah bercinta malam ini.
Sudah empat hari mereka berada di kota paling romantis di dunia ini. Aryan sebagai seorang suami terus memanjakan istrinya dengan melayani apa saja yang menjadi permintaan Riyana.
“Baby, milikmu hangat sekali” Erang Aryan, dengan tubuh yang sudah penuh akan peluh.
Saat melakukan kegiatan panas, mereka memang tidak pernah menyalakan pendingin udara, mengingat Riyana memliki gangguan akan suhu dan itu akan membuat tubuhnya hiportemia mendadak.
“Ahh, Ar-yan..” Desahnya, sembari terus meremas sprei berbahan sutra ini.
Riyana menatap penuh takjub dengan kekuatan suaminya, ia ikuti irama bercinta Aryan sembari menjamah tubuh sempurna ini dengan jemari lentiknya.
“Ahh Ar-yan, Oh sayang enak” Erang Riyana, saat gerakan tubuh suaminya semakin cepat mengguncang kewanitaannya yang ada dibawah.
“Ahh..!” Aryan bernafas lega, ia turun dari tubuh Riyana, lalu terlentang di samping istrinya.
Riyana memperbaiki tubuhnya, ia berganti naik keatas tubuh suaminya.
“Oh, Sayang !” Celetuk Aryan, saat tubuh sang istri terasa berat di perutnya.
Riyana terkekeh, ia tersenyum sembari terus mengusap perut buncitnya.
“Aryan, bayi kita selalu menendang perut ku” Gumam Riyana
Aryan membelalakan matanya, ia usap perut Riyana, lalu mereka diam sejenak untuk merasakan tendangan dari calon jagoan kecil itu.
Aryan tertawa, saat ia terkejut tendangan calon bayi nya yang semakin membuat istrinya kewalahan.
Riyana ikut tersenyum, ia pegangi tangan suami yang tengah mengusap perut besarnya, lalu ia tatap dengan penuh cinta wajah tampan ini.
“Mau lanjut?” Tanya Aryan.
Riyana menggelengkan kepalanya, sudah cukup baginya setiap hari mereka habiskan untuk bercinta, kecuali saat di luar hotel ini.
“Jadi mau apa, sayang?” Tanya Aryan.
Riyana berpikir sejenak, ia sebenarnya sedang lapar. Tapi, baru dua jam lalu mereka makan di restauran.
“Kamu lapar?” Tanya Aryan, yang sudah paham dengan nafsu makan istrinya ini.
Riyana mengangguk, lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya karena malu.
Aryan tersenyum, ia lalu memperbaiki posisi tubuhnya, ia buat untuk duduk berhadapan dengan sang istri.
“Istriku dan anak ku sehat-sehat selalu” Gumamnya, sembari mengusap perut buncit ini.
Riyana tersenyum, dipeluknya tubuh suaminya dengan erat.
“Aku akan makan banyak” Bisiknya.
Tawa Aryan pecah kembali, direngkuhnya tubuh telanjang sang istri sebelum mereka akan memesan makan malam untuk kesekian kalinya.
*
*
Pagi hari di kota Paris, Pukul 09.15.
Riyana tengah berdiri diatas balkon, sembari memainkan salju yang terus turun sejak semalam.
Sedangkan Aryan sedang sibuk memeriksa dokumen yang baru saja dikirimkan ke alamat surel nya.
“Rio, ini membuatku pusing saja” Gerutunya.
Semenjak Rio meminta cuti, Aryan tampak kewalahan mengurusi berbagai dokumen penting yang masuk ke dalam surel bisnis nya. Selain Rio, Aryan tidak bisa mempercayai pekerjaan sepenting ini kepada siapapun, karena itu ia terlihat pusing sendiri.
Riyana melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar, lalu ia dekati suaminya yang sudah berjanji akan mengajaknya jalan-jalan di hari terakhir mereka berlibur.
“Sayang, Maaf. Semua dokumen ini harus segera aku periksa” Gumam Aryan, yang baru saja meletakkan tablet putihnya diatas meja.
Riyana tersenyum, ia lalu duduk diatas pangkuan suaminya, sembari memberikan semangat.
“Mau aku bantu?” Tanya Riyana saat ia melihat ada dokumen berbahasa Prancis yang masuk ke dalam surel suaminya.
Aryan tersenyum, ia lalu menghentikan semua kegiatannya. Ia tatap wajah istrinya, lalu ia kecup bibir Riyana dengan lembut.
“Istriku ini pengertian sekali, jadi aku harus lebih pengertian” Ucap Aryan.
Ia lalu menggendong tubuh Riyana, kemudian ia dudukan diatas ranjang.
“Aku siap-siap dulu, setelah ini kita jalan-jalan”Ucap Aryan, sembari menatap dengan lekat wajah cantik ini.
“Aryan, tapi pekerjaan mu belum selesai” Jawab Riyana.
“Persetan dengan pekerjaan ku, karena istriku nomor satu” Jawabnya.
Riyana tersenyum simpul, pipinya tampak bersemu merah.
Dilingkarkan kedua tangannya di leher kokoh ini, lalu ia buka mulutnya untuk melumat bibir tebal sang suami.
Mereka bercumbu panas, sembari saling berpelukan.
*
Dengan Loang coat merahnya, dan juga dilengkapi dengan sepasang sepatu boots kulit hitam berbahan terbaik, Riyana sudah siap berangkat bersama sang suaminya yang terihat tampan dengan Loang coat hitamnya, dan juga sepatu pantofel hitam.
Aryan selalu ingin terlihat formal, hingga Riyana kadang sangat sulit memintanya berpakaian lebih santai saat sedang berlibur.
Aryan tersenyum, lalu ia lingkarkan syal rajut tebal berwarna putih ini di leher sang istri.
“Sudah siap?” Tanya Aryan.
Riyana mengangguk, ia rangkul tangan suaminya, kemudian mereka melangkahkan kaki keluar dari dalam kamar hotel ini.
*
Sepanjang koridor yang mereka lewati, Riyana terus mengajak bercerita suaminya.
Aryan mendengarkan dengan seksama setiap kata yang keluar dari mulut Riyana.
“Jadi nanti biar kamu yang berbicara dengan orang-orang?” Tanya Aryan.
Riyana mengangguk, ia sejak tiba di Paris selalu ingin berkomunikasi dengan warga lokal disini. Ia ingin mempraktekan bahasa Prancis yang sudah ia pelajari selama hampir tiga tahun.
“Asalkan istri ku senang” Jawab Aryan.
Mereka memasuki Elevator, untuk menuju ke loby utama.
TING !
Spontan Aryan merengkuh tubuh istrinya, ia buka mulutnya lalu ia lumat bibir ranum ini dengan lembut. Riyana membuka mulutnya, memberikan salivanya, lalu mereka saling memagut hingga suara dentingan Lift ini kembali terdengar.
TING !
Aryan mengusap bibir istrinya yang sudah ia lumat habis-habisan, lalu ia rapikan rambut panjangnya.
Digenggamnya tangan Riyana, kemudian mereka melangkah keluar untuk segera naik ke dalam mobil yang sudah dipersiapkan.
“Bonjour Mesdames et messieurs?” Sapa lelaki tinggi dengan senyum ramah ini.
Riyana tersenyum, lalu menjawab sapaan lelaki yang bertugas sebagai manajer umum dari hotel ini.
“Bonjour aussi” Jawab Riyana, sembari tersenyum.
Aryan merengkuh tubuh Riyana, lalu ia juga menjawab sapaan lelaki dengan jas hitam ini.
“Tuan dan Nyonya, silahkan menikmati waktu romantis kalian” Ucapnya.
“Anda juuga tuan, semoga hari anda menyenangkan” Jawab Riyana dengan bahasa Prancis yang fasih.
*
Mobil yang dikendarai oleh Aryan melaju dengan kecepatan sedang , melewati jalanan protokol kota indah ini. Sekarang tujuan mereka adalah ke salah satu daerah yang sangat terkenal di kota Paris, Saint-Germain-des-Pres.
Tempat dimana mereka akan berjalan santai, sembari menikmati indahnya bangunan-bangunan kuno dengan gaya yang elegan.
“Nanti kita foto ya?” Bujuk Riyana.
Aryan tersenyum, ia turuti apa saja permintaan istrinya ini, asal Riyana merasa puas dan bahagia.
Tidak berapa lama mobil tiba di depan Cafe yang cukup terkenal di kalangan pelancong luar negeri.
Aryan dengan hati-hati membantu istrinya untuk keluar dari dalam mobil, sedangkan Riyana terlihat kesulitan dengan perut besarnya.
“Kamu lelah?” Tanya Aryan
Riyana menggelengkan kepalanya, ia hanya sering merasa sesak saat membawa perut besar nya ini.
Aryan dengan spontan menggendong Riyana, kemudian kakinya melangkah menuju ke Cafe diseberang yang sedang ingin mereka singgahi.
“Aryan malu dilihat orang” Gumam Riyana.
Aryan menghentikan langkahnya kemudian tersenyum, lalu ia tatap wajah cantik yang tengah mencoba bersembunyi di balik Loang coat hitam miliknya.
“Ana, hei sayang” Gumam Aryan.
Riyana menatap wajah Aryan, lalu ia membulatkan kedua matanya.
“Ini Paris sayang, tidak masalah kita menunjukkan kasih sayang di depan umum” Ucap Aryan.
“Jadi lingkarkan tanganmu di leherku” Ucap Aryan.
Riyana mengangguk, dilingkarkan kedua tangannya di leher kokoh Aryan, lalu tersenyum.
*
Riyana duduk dengan tenang, sedangkan Aryan disana sedang memesan minuman dan makanan untuk mereka.
Dipandanginya langit kota Paris dari jendela kaca besar ini kemudian ia tersenyum bahagia saat salju-salju itu seperti butiran kristal berjatuhan ke tanah.
BYURRR !
Tiba-tiba saja pakaiannya basah, entah air yang terasa panas ini datang darimana tapi cukup membuat telapak tangannya memerah.
Riyana bangkit dari kursinya, lalu ia bersihkan pakaiannya.
Aryan bergegas menghampiri istrinya, lalu ia genggam tangan Riyana yang sudah tampak melepuh memerah.
Wajahnya memerah padam, nafasnya tersengal lalu ia bentak orang yang sudah berani melakukan hal ini kepada istri tercintanya.