Awal musim semi, Bencheng.

Hotel Huangxuan bintang lima super, di kamar presidensial——

Di udara yang dipenuhi aroma, erangan lembut musim semi terdengar rendah.

Di bawah cahaya lembut, seutas benang merah muda yang robek terlempar ke udara dan berserakan, perlahan-lahan jatuh di atas lampu kain kasa di meja samping tempat tidur, membuat cahaya di ruangan menjadi ambigu lagi.

"Yu'er ..." Cinta itu dalam, dan pria itu memanggil nama 'dia' dengan penuh kasih sayang.

Air matanya mengalir pelan dari matanya, jari-jarinya mengepal.

...

Pada jam lima pagi, dia bangun dengan lemas, dan ada SMS pengingat di ponselnya, yang merupakan tanda menunggu.

Dia segera berbalik dan turun dari tempat tidur, mengambil pakaian di lantai dan segera memakainya.

Melihat ke belakang, dengan cahaya redup, dia melirik pria yang sedang tidur di ranjang besar.

Junyan yang sempurna tampak luar biasa tampan dalam cahaya, berbaring miring menghadapnya, dengan selimut tipis di pinggangnya, seperti lukisan cat minyak yang indah.

Gadis itu menarik napas dalam-dalam, tidak lagi bernostalgia, dan berjingkat menuju pintu.

Membuka pintu, ada seorang gadis berkacamata hitam dan bertopeng berdiri di luar.

“Ok?” Tanya gadis itu dengan gugup.

Dia mengangguk, mengulurkan tangannya dan membuat isyarat OK.

Gadis itu melepas topeng dan tampak persis seperti dia di pintu, dia tidak tahu sama sekali.

Satu-satunya perbedaan adalah tatapan mata keduanya, yang satu dengan kesombongan tinggi, dan yang lainnya dengan sikap keras kepala.

Ayah sudah membayar biaya rumah sakit, jadi pergilah ke rumah sakit untuk menjenguk ibumu secepatnya, diperkirakan operasinya sudah selesai.

Gadis yang memblokir pintu mendengar kata-kata itu, sedikit ragu-ragu, lalu melangkah keluar.

Gadis itu meletakkan kacamata hitam dan topeng di tangannya, mengisyaratkan dia untuk pergi dengan cepat, lalu dengan cepat melangkah ke dalam ruangan dan menutup pintu ...

Melihat pintu yang tertutup, gadis yang baru saja keluar rumah tersenyum pahit, lalu dengan cepat memakai topeng dan kacamata hitam, berbalik dan pergi dengan punggung lurus, tanpa nostalgia atau keengganan.

Di dalam taksi, menyaksikan gerimis di luar, mengira ibuku akhirnya menjalani operasi, senyum lega muncul di sudut mulutnya.

Meskipun waktu pertama yang berharga telah hilang, itu bermanfaat untuk ditukar dengan tubuh yang sehat untuk ibu.

Namanya Jinnian, 21 tahun.

Gadis itu baru saja dipanggil Jinyu, 21 tahun.

Dia dan dia adalah saudara kembar identik dengan nama keluarga yang berbeda.

Jinyu lahir tiga menit lebih awal darinya dan merupakan seorang kakak perempuan.

Karena orang tuanya bercerai ketika mereka berusia empat tahun, dia mengikuti ibunya dengan nama belakang ibunya, An Jinnian.

Jinyu mengikuti ayahnya, dan namanya adalah Gu Jinyu.

Dalam tujuh belas tahun sebelumnya, saudara kembar tidak memiliki persimpangan.

Jika bukan saat ini ibunya sakit parah dan dirawat di rumah sakit dan sangat membutuhkan biaya operasi, dia tidak akan menemukan keluarga Gu.