PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Goodbye Forever

Goodbye Forever

Penulis:Rimpung

Berlangsung

Pengantar
Cerita tentang Emma yang berumur 5 tahun dan sahabat dan cinta pertamanya Gino yang berumur 6 tahun mereka yang tinggal dikota yang sama kemudian terpisah,karena Gino yang berangkat keluar negeri. Kemudian mereka tumbuh secara terpisah,dan mereka bertemu lagi setelah kepulangan Gino. Tapi saat itu Emma sedang dekat dengan kakak kelasnya,yang sangat terkenal di sekolahnya. Apakah alasan Gino pindah keluar negeri? Dan bagaimana mereka akan mulai kisah cinta mereka lagi? Ataukah Emma akan memilih kakak kelasnya itu?
Buka▼
Bab

NOVEL PERTAMA

GOODBYE FOREVER

Dipagi hari yang cerah,angin pagi yang sejuk namun hangat ,seorang wanita remaja cantik berkulit putih,berambut panjang bahu duduk dan bersandar pada sebuah gundukan tanah tempat sunyi tempat peristrahatan terakhir dari sahabat dan cinta pertamanya Gino Giantara,sambil menutup mata merasakan sejuknya hembusan angin yang sesekali membuat rambutnya terurai dan diterpa angin membuatnya terlihat begitu memesona, dia membuka mata memandang jauh,jauh sampai titik terjauh dari pandangannya. pemandangan pegunungan yang indah ada dihadapannya. kemudian dia berkata dalam sunyi.

"Gino apa kabar?"kamu udah ngak sakit lagi kan? Hari ini ulang tahun kita,jangan bilang kamu sudah lupa,aku datang ingin merayakannya denganmu," dengan suara gemetar dia mengatakan hal tersebut. Gadis itu sejenak terdiam,menundukkan kepala dan mulai menangis dengan tersedu-sedu.

"Gino aku sangat merindukan kamu."

Tangisan dan rintihannya mewakili semua perasaan rindunya terhadap sahabat dan cinta pertamanya Gino yang sudah meninggal 1 bulan yang lalu.

15 tahun yang lalu....

Seorang anak kecil dengan mata besar,rambut panjang berponi manis menangis karena ia ingin meninggalkan kota kelahirannya menuju kota kelahiran ibunya disini cerita antara dia dan sahabat atau cinta pertamanya dimulai karena kakeknya meninggal beberapa hari yang lalu,jadi ibunya memutuskan untuk pulang dan tinggal dirumah kakeknya yang kini tidak berpenghuni lagi,

Dia adalah Emma Lestari umur 5 tahun,ibunya Mika Duta seorang pekerja keras ia bekerja disebuah perusahaan swasta besar dan itu yang membuatnya tidak punya waktu untuk menemani Emma di rumah dan ayahnya Fajar Sanjaya juga bekerja di perusahaan swasta tapi tidak seterkenal perusahaan ibunya. Ayah dan ibunya sudah bercerai 1 tahun yang lalu dengan alasan yang tidak pernah dimengerti oleh Emma. Tapi Emma tidak terlalu mempermasalahkan hal itu karena ibunya selalu membiarkan Emma bertemu dengan ayahnya kapanpun. Tapi dengan kepindahan mereka ini akan sulit bagi Emma untuk bertemu dengan ayahnya karena jarak yang cukup jauh.

Itu yang membuat Emma sangat merasa sedih dan juga dari tadi dia menunggu ayahnya untuk mengantar dia pergi karena mereka sudah saling berjanji kemarin,bahwa ayahnya akan mengantarkannya pergi,tapi sampai sekarang ayahnya tidak muncul sama sekali,Emma yang sesekali melihat kearah jalan berharap ayahnya akan muncul dari sana,mengundurkan segala niatnya untuk bertemu dengan ayahnya untuk terakhir kali ,karena ayahnya yang dia tunggu tak pernah muncul.

"Emma cepat sini!,ayoh kita beranngkat,"teriak ibunya.

Emma yang berat mangambil langkah pertamanya untuk meninggalkan tempatnya itu dengan pandangan masih menatap kearah jalan,dia masih berharap ayahnya akan segera muncul dari sana,ibunya segera menjemput langkahnya dan berkata:

"Emma ayoh kita sudah mau berangkat,kamu lagi tungguin ayah yah?."

"Iya bu kemarin ayah sudah janji sama Emma,dia bilang mau antarin Emma,tapi kenapa ayah tidak datang yah bu?."

Dengan suara hampir menangis dia memeluk ibunya dan kini dengan air matanya yang sudah tak terbendung lagi dan dengan suara lembut ibunya mengatakan:

"Emma ayahnya Emma mungkin lagi ada urusan yang mendesak,jadi tidak sempat datang kesini, nantikan Emma bisa telepon ayah,jadi sekarang ayoh kita pergi yah,nanti ibu telepon ayahnya Emma supaya Emma bisa bicara dan Emma bisa tanya kenapa hari ini ayahnya Emma tidak datang untuk antar Emma,ok?," sambil mengusap air yang ada wajah kecil dan imut Emma ibunya berhasil menenangkan hati Emma yang sangat sedih.

Ibu Emma mulai mengangkat Emma menggendongnya kedalam mobil dan hendak berangkat,belum sempat ibu Emma menutup pintu mobil,hpnya pun berbunyi,telepon dari nomor asing yang tidak diketahui.

"Halo," jawabnya dengan hati-hati mengangkat telefon.

"Halo dengan ibu Mika?,"

Jawab ibu Emma.'Iya saya sendiri,ada yang bisa saya bantu?."

"Ini dari pihak rumah sakit,anda kenal dengan bapak fajar sanjaya?,bapak sekarang ada dirumah sakit,bapak mengalami kecelakaan dan sekarang bapak ada diUGD,ibu bisa datang kesini segera?."

Ibu Emma sangat terkejut sambil menatap wajah Emma dia menjawab panggilan itu lagi.

"Iya, saya akan segera kesana."

Ibu Emma mulai menenangkan dirinya sebelum mengatakannya kepada Emma apa yang sebenarnya terjadi.

"Emma,ternyata ayahnya Emma sekarang lagi sakit,makanya tidak datang antar Emma,jadi kita harus jenguk ayahnya Emma dulu sekarang."

Dengan nada tinggi Emma berkata,"ayah sakit bu,kita pergi lihat ayah kalau begitu bu."

jawab ibu Emma dengan lembut,"iya kita kesana sekarang yah sayang. "

Sampai dirumah sakit hati ibu Emma sudah merasa gelisah tak karuan ia menggendong Emma dan menelusuri lorong rumah sakit menuju kamar UGD yang ditunjukan oleh suster didepan,mereka berhenti tepat di depan UGD menunggu dokter keluar dari ruangan itu,dengan hati gelisah dan tangan yang gemetar ia mengenggem lembut tangan Emma sesekali memeluknya.

"Ayah tidak apa-apa kan bu?," tanya Emma kepada ibunya yang selalu mondar-mandir tak bisa diam.

Dengan mata gemetar ibu emma menjawabnya,"iya ayahnya Emma pasti tidak apa-apa,Emma berdoa saja supaya ayahnya Emma baik-baik saja, supaya nanti ayahnya Emma bisa antar emma pergi ok?."

"Iya bu," dengan jawaban yang polos emma menjawabnya.

Suasana seketika sunyi hanya terdengar alat suara infus dari dalam ruangan menetes secara perlahan.

"Tuk,tuk,tuk."

Dan suster yang lalu lalang menuju keruangan lain,mereka berdua hanya terdiam menunggu dokter keluar dari ruangan UGD itu,Emma yang duduk dikursi dengan nyaman tanpa mengetahui apa-apa sesekali menggoyang-goyangkan kakinya dan tersenyum ke ibunya. Sedangkan ibunya yang hanya berdiri bersandar pada tembok terlihat begitu khawatir. Pintu UGD terbuka terlihat dokter yanng keluar dengan wajah frustasi dan terlihat jelas kegagalan terlihat diwajahnya,walaupun ibu Emma sudah mengetahui hal itu tetapi dia masih bertanya dengan penuh harapan.

"Dok bagaimana,suami saya tidak baik-baik saja kan?."

Walaupun ibu dan ayahnya Emma sudah setahun bercerai tapi ibu Emma masih menganggapnya sebagai suaminya karena dia tidak tahu harus memanggilnya apa setelah itu. Dengan wajah penuh penyesalan dokter itu menjawab,"maaf bu bapak sudah dipanggil sang pencipta."

dengan terkejut ibu Emma memeluk dan menggendong Emma. Air matanya mengalir dari dalam matanya yang indah itu,hatinya sakit tak tertolong bagaikan hari ini adalah hari terburuk dalam hidupnya.

"Ibu,ayah kenapa?,"dengan menangis terisak Emma yang sudah menyadari bahwa ayahnya sudah meninggal,mulai menangis dengan suara keras,memberontak dalam gendongan ibunya.

Ibu emma yang masih sangat terkejut mengambil kembali Emma yang sudah berjalan didepan melihat kedalam ruangan UGD tapi tak berani masuk kedalam mulai memeluk dan mengusap air mata Emma dengan berkata,"Emma, ayahnya Emma sudah pergi dengan kakek,mereka bepergian dan tidak akan kembali lagi."

Dengan memberontak lagi Emma turun dari gendongan ibunya sekali lagi dan berlari menuju ruangan dimana ayahnya sudah berbaring dengan kakutanpa merasa ragu lagi sambil berteriak-teriak dengan kencang sampai mereka menjadi pusat perhatian didepan ruangan itu banyak orang yang datang melihat mereka.

"Ayah! Ayah! Ayah! bangun!,katanya ayah mau antar Emma pergi ke kota ibu kenapa ayah berbaring di sini.?"

Emma dengan kepolosan anak berumur 5 tahun masih mengatakan hal-hal yang sering dia bicarakan dengan ayahnya,ibunya yang tidak sanggup melihat hal itu mengambil Emma dengan lembut dan memeluknya dengan berkata,"Emma kita harus bawah ayah pulang dan menidurkannya ditempat yang nyaman,jadi Emma berhentilah menangis."

"Ibu aku sudah tidak bisa bertemu dengan ayah lagi dong sama seperti kakek yang pergi ayah juga pergi yah bu?,"dengan memberontak lagi Emma menyambung kalimatnya. " aku mau pergi sama ayah bu, aku mau main sama ayah bu."

Emma menangis begitu keras seakan dia tahu betul apa sebenarnya yang terjadi dia seperti paham betul lebih daripada umurnya yang masih muda dia paham betul situasi yang dia alami sekarang seseorang yang sudah meninggal tidak akan pernah kembali atau bangun lagi dia akan terus tertidur walau pagi atau hari siang dia akan terus tertidur. Ibu Emma yang berusaha menahan air matanya sesekali mengusap air matanya yang hampir jatuh dari matanya yang cantik itu,dia tidak ingin Emma melihatnya menangis karena itu akan membuat Emma lebih bersedih lagi.