PopNovel

Baca Buku di PopNovel

You Are My Joy

You Are My Joy

Penulis:LidyaMin

Berlangsung

Pengantar
Maksud hati pulang melanjutkan kuliah ke Indonesia agar bisa melupakan cinta pertamanya. Tetapi Panca malah diperhadapkan dengan kenyataan lain atas permintaan kedua orangtuanya yang tidak bisa ia tolak. Ia harus menikah dengan dosennya sendiri yang terkenal karena kecantikannya dan juga dicap Dosen killer oleh para mahasiswanya. Akankah Panca bisa melupakan cinta pertamanya karena kehadiran Joyce Sasmitha? Dosen yang dinikahkan dengan dirinya. Atau malah sebaliknya?
Buka▼
Bab

Dengan rasa malasnya, seorang lelaki tampan yang masih bergelung dibalik selimut tebalnya itu, harus memaksakan matanya untuk terbuka.

"Jam berapa sih ini?" lelaki itu mengucek kedua matanya sambil menguap lebar.

"Mandi sana! Nanti kamu telat ke kampus," peringat seorang wanita yang tiada lain adalah mamanya sendiri.

Setiap pagi, Nyonya besar itu akan selalu membangunkan putra sulungnya. Disertai dengan ceramah panjang yang akan selalu didengar putranya itu. Walau ia tahu semuanya akan lewat begitu saja.

Dalam arti, masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Namun karena rasa sayangnya, ia takkan pernah lelah melakukannya.

Setelah merapikan tempat tidur putranya selagi mandi, ia keluar dari sana dan menyiapkan sarapan bagi anak-anak dan suaminya.

"Panca! Cepat turun sarapan!"

Suara teriakan mamanya terdengar dari lantai bawah. Pria tampan itu bernama Panca Rahardian Jodi, putra sulung dari pengusaha ternama di bidang properti, Reza Malvin Jodi.

Dengan tergesa memakai pakaiannya dan mengambil tasnya yang ditaruhnya sembarang di atas meja belajarnya, Panca menuruni tangga sambil bersiul.

"Kamu pulang cepat hari ini?" Reza mengangkat kepalanya saat melihat Panca sudah duduk di seberang meja makan.

"Cuma sampai jam dua siang. Ada apa Pa?" tanya Panca setelah menggigit roti bakar miliknya.

"Kita ada acara makan malam dengan keluarga sahabat Papa. Papa minta kamu ikut kali ini," ujar papanya dengan nada tegas syarat tanpa adanya penolakan.

Panca menghembuskan nafasnya berat tanpa menyahut ucapan papanya. Sejak keputusannya untuk kembali ke Indonesia dan lanjut kuliah di salah satu Universitas Swasta milik keluarganya, Panca memang lebih sering menghabiskan waktunya bersama dengan teman-teman kuliahnya.

Semula ia memang kuliah di luar negeri. Lebih tepatnya di Thailand. Namun karena sesuatu yang membuatnya tidak tahan berada di sana lebih lama, Panca berniat melanjutkan kuliahnya ke London.

Tetapi entah kenapa rencana itu malah berubah haluan dan membuat dirinya kembali ke tanah kelahirannya, Indonesia.

Bukannya membuat ia bisa move on seperti yang diinginkannya, tetapi malah membuatnya terus memikirkan sosok perempuan yang kini sudah menjadi istri orang.

Sialnya, mereka juga tinggal di negara yang sama dan kota yang sama.

"Pa, Ma, Panca berangkat ke kampus dulu."

Panca pamit pada kedua orangtuanya dengan sopan. Kedua orangtuanya hanya menatap kepergian Panca dengan saling pandang. Begitu juga dengan Salsa, adiknya.

***

"Pagi Bu Dosen cantik."

Sosok yang dipanggil 'Bu Dosen cantik' itu menghentikan langkahnya dan menatap pria yang sedang berdiri di depan pintu kelas, sambil bersedekap dada.

Joyce Sasmitha, yang biasa disapa dengan Joy, hanya menatap Pria yang bernama Panca itu sekilas.

"Pagi Panca," sahut Joy dan melewati Panca begitu saja menuju ruang kelasnya.

Panca tersenyum penuh arti karena pagi ini ia berhasil menggoda dosennya sendiri. Dosen yang terkenal dengan kecantikannya dan juga dikenal sebagai dosen killer di kampusnya.

Sejak kepindahannya dari Thailand, Panca sudah banyak mendengar tentang Joy. Panca sangat membenarkan kecantikan yang Joy miliki, selain otak cerdas yang dimilikinya.

Dan yang paling mengejutkan bagi Panca adalah ternyata mereka seumuran. karena otak cerdasnya itu, di usianya yang masih 23 tahun, ia berhasil meraih gelar S-2 nya. Sungguh perempuan yang mengagumkan.

"Cantik, tapi gak bisa digapai."

Panca terkekeh mendengar celetukan dan nada pasrah Randy, salah satu teman kelasnya saat ia baru saja duduk.

Semua mahasiswa di kampusnya begitu mengagumi kecantikan Joy. Hanya saja keinginan untuk menjadikan Joy kekasih hati tidak akan pernah terwujud dengan mudah. Untuk bicara di depannya saja butuh keberanian level tinggi, apalagi untuk mendekatinya.

Panca melihat ke arah Joy yang sedang menyampaikan materi kuliah di depan kelas. Lantas kembali tersenyum dengan senyuman khasnya.

Panca akui saat pertama kali melihat Joy, ada desiran aneh dalam dirinya. Namun perasaan itu segera Panca tepis. Karena bayangan masa lalunya tiba-tiba muncul begitu saja.

Panca benar-benar belum bisa move on dari masa lalunya itu. Tetapi anehnya Panca sangat suka menggoda Joy setiap kali mereka bertemu.

Bukannya tersipu malu seperti kebanyakan para gadis yang ada di kampus jika digoda oleh seorang Panca, Joy malah memasang wajah datarnya.

Tentu saja hal itu sangat menarik bagi Panca untuk lebih sering menggoda Joy. Ada kesenangan tersendiri dalam hatinya jika berhasil melakukannya.

"Panca! Coba kamu jelaskan ulang apa yang saya jelaskan tadi!" suara Joy yang tegas itu seketika menambah keheningan dalam ruang kelas tersebut.

Merasa namanya disebut, Panca mengangkat kepalanya dan tersenyum jahil ke arah Joy. Dengan tanpa rasa bersalahnya, perkataan Panca membuat Joy menggenggam spidol di tangannya dengan kuat. Seakan ingin mematahkannya.

"Maaf Bu, saya gak konsentrasi mendengar penjelasan Ibu. Karena kecantikan Ibu mengalihkan duniaku," kata Panca sambil mengedipkan satu matanya ke arah Joy.

Suara riuh terdengar memenuhi kelas saat mendengar perkataan Panca. Tetapi tidak berlaku bagi mahasiswi yang ada di sana. Mereka merasa iri terhadap Joy, karena berhasil mendapatkan perhatian lebih dari Panca.

"Kamu!" ucap Joy dengan geram sambil menunjuk Panca dengan spidolnya.

"Ya saya, kenapa Bu?" Panca kembali menggoda Joy tanpa rasa takut.

Joy hanya bisa menghela nafasnya dengan berat karena kelakuan tengil mahasiswanya ini. Selama ini tidak ada mahasiswa yang berani berulah kepadanya, seperti Panca.

Joy sadar jika Panca itu tampan dengan penampilannya yang sesuai dengan ketampanan yang dimilikinya. Joy juga tahu banyak mahasiswi yang menyukai Panca sejak kepindahannya ke kampus ini.

Tetapi Joy tidak ingin jatuh dalam pesona Panca hanya karena ulah tengil Panca yang sering menggodanya. Bagaimanapun ia adalah seorang Dosen. Jadi ia harus menjaga wibawanya sebagai seorang Dosen sebagaimana mestinya.

"Kamu buat makalah tentang dunia bisnis online. Makalahnya harus sudah ada besok pagi di meja saya," ucap Joy dengan jelas dan tegas.

"Oke," sahut Panca dengan santai dan tersenyum jahil ke arah Joy.

***

"Kalian sudah siap?" Reza menuruni tangga dan melihat ke arah istri dan putrinya. Tetapi tidak melihat keberadaan putra sulungnya.

"Panca mana?" tanya Reza lagi.

"Masih di kamar Pa," jawab Salsa sembari main game di ponselnya.

Tak berselang lama Panca terlihat menuruni tangga dan kini sudah bergabung dengan kedua orangtua dan adiknya.

Mereka tiba di sebuah rumah yang terlihat sangat sederhana. Meskipun malam, tapi Panca bisa melihat kalau rumah ini terlihat begitu asri. Ada begitu banyak bunga yang berjejer rapi di pinggir teras rumah, dan di beberapa bagian halaman rumah.

Entah kenapa Panca merasa nyaman berada di rumah ini. Sangat kontras dengan suasana rumah mewah keluarganya.

Kedatangan Panca dan keluarganya disambut hangat oleh pasangan suami istri, pemilik rumah tersebut. Papanya memperkenalkan mereka pada pasangan suami istri itu yang ia ketahui bernama Pak Ditto dan Ibu Yanuar.

"Sudah lama sekali kita gak ketemu ya Dit," ujar Reza papanya.

"Benar sekali. Aku harap pertemuan kita ini akan menjadi jalinan yang gak terputuskan lagi," sahut Ditto sambil tersenyum.

"Ya aku harap juga begitu. Aku sudah gak sabar ingin punya cucu," seloroh Reza sambil tertawa.

Panca tidak mengerti dengan arah pembicaraan para orang tua di depannya ini. Panca hanya sibuk bertukar pesan di grup Whatsapp dengan teman-temannya.

"Oh iya, calon mantuku mana?" tanya Reza dengan tidak sabar.

"Sebentar lagi juga keluar dari kamarnya. Tadi pulang kesorean dari kampus."

Yanuar memberi penjelasan kepada Reza dan istrinya sambil tersenyum ramah. Tak berselang lama sosok gadis yang mereka tunggu akhirnya muncul juga.

Reza dan istrinya begitu terpana dengan kecantikan dari putri Ditto dan Yanuar. Apalagi Salsa, begitu melihatnya langsung melonjak kegirangan.

"Ya ampun! Cantik banget Ma," ujar Salsa dengan bersorak gembira.

"Salsa! Malu teriak gitu nak," tegur mamanya.

"Tapi Salsa benar, kamu memang sangat cantik."

Mama Panca tersenyum dengan matanya terus menatap gadis cantik di hadapannya itu. Gadis itu hanya tersenyum menanggapi ucapan Mamah Panca.

"Papa gak salah pilih calon mantu kan, Ma?" tanya Reza menggoda istrinya. Sementara Ditto dan istrinya hanya tersenyum terus sejak tadi.

Mendengar kata 'mantu' baik Panca maupun gadis itu seketika tegang. Panca menghentikan gerakan jarinya bermain ponsel. Secara perlahan Panca mengangkat kepalanya.

Pandangannya bertemu dengan gadis cantik yang ada di hadapannya itu. Dari sorot mata saja, mereka berdua tahu kalau mereka sama-sama terkejut. Sungguh pertemuan yang tak disangka keduanya.

Panca sangat setuju dengan perkataan Mama dan adiknya tadi, kalau yang dihadapannya ini memang cantik. Sangat cantik malah. Bahkan sejak lama Panca tahu itu.

Bagaimana Panca tahu? Ya karena gadis cantik itu adalah dosennya sendiri. Dosen yang biasa digodanya setiap hari.

"Bu Joy/ Panca?"