PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Youre BESTIE

Youre BESTIE

Penulis:Senja_mentari

Berlangsung

Pengantar
Ini kisah hidup Alya Al Amira. Tentang cinta, keluarga, sahabat, dan dunianya. Tentang Alya tua yang kembali mengenang masa mudanya dan Alya muda yang mencoba memperbaiki kembali hal-hal yang ia prediksi akan terjadi untuknya di masa depan. Apakah Alya mampu bertahan dengan segala kisah-kisah perjalanan masa muda dan tuanya? Mari, kita baca bersama-sama tentangnya.
Buka▼
Bab

Rumah kecil di sudut jalan besar itu tampak ramai oleh suara anak-anak kecil yang sedang bermain. Terlihat jelas dari suasana rumah yang bersih dan halaman rumah yang banyak ditumbuhi pohon-pohon besar dan buah-buahan yang semakin menambah kesan asri untuk rumah kecil nuansa tahun 90an itu. Hari ini pemilik rumah itu kedatangan tamu dari berbagai kota, mereka adalah putra dan putrinya yang sudah memiliki keluarga dan anak. Melihat kedatangan tamu yang amat dinanti nantikannya, senyum manis dari bibir tua itu tak henti-hentinya mengembang, Ditambah lagi dengan suara teriakan bahagia anak-anak yang berlarian disekitarnya. Ia menggenggam tangannya sendiri dengan penuh bahagia, andai sahabatnya masih berada di sisinya ia pasti akan sangat senang melihat anak-anak kecil ini.

Ia bahagia melihat malaikat-malaikat kecil yang sedang bermain dihalaman rumah dengan senyum yang mengembang indah. Mereka saling kejar-kejaran dengan bahagia. Anak-anaknya sedang meyiapkan makanan sedangkan menantu ikut bermain bersama anak-anak dihalaman rumah. Seketika ia mengingat masa-masa kecilnya bersama ayah dan bundanya dulu, ia berlarian dengan penuh semangat dan berhasil mengalahkan ayah. Kenangan yang begitu indah. Tiba-tiba, salah satu cucu kecilnya berlari kearahnya. ‘’nini, kok nini ngelamun?’’ Tanya gadis kecil itu dengan lembut. Melihat cucunya yang memiliki pahatan wajah seperti kakeknya, membuat Alya, nini dari gadis kecil ini memejamkan matanya sebentar. Ia rindu dengan sahabat hidupnya itu, ia bahagia melihat salah satu cucunya memiliki wajah yang sangat mirip dengan kakeknya walau dalam versi perempuan.

‘’ Nini seneng liat cucu-cucu nini bermain, nini jadi kangen masa kecil nini juga ‘’ jawabnya lembut sambil mengelus puncak kepala cucunya dengan penuh cinta. Ia menyentuh wajah cucunya dengan saying ‘’ wajah Ara mirip banget sama wajah kakek. Ara cantik dan tampan.’’ Ucapnya lirih. Ibu Ara yang mendengar ucapan ibunya lalu duduk disampinya dan menggenggam tangan bundanya dengan lembut, ia menciumi pundak tangan keriput ibunya dengan penuh cinta ‘’ bunda, maafkan kami karena telah meninggalkan bunda sendirian di rumah ini. ‘’ ungkap Aisya sesegukan. Ia tak tahan melihat wajah letih dan tangan ibunya yang mulai keriput, dulu ayahnya selalu berada disisi bunda. Mereka menghabiskan waktu bersama walau tak selalu bersama anak-anak mereka. ‘’ gak papa Aisya, bunda senang tinggal disini. Bunda bisa menata taman, halaman, dan membersihkan segalanya dengan senang. Lagipula, bunda bisa setiap hari jenguk ayah kamu dengan senang ‘’ ucapnya santai.

‘’nini, nini mau gak ceritain Ara tentang kakek…? Mau yah ‘’ rengek gadis kecil itu sambil bergelayutan di kaki neneknya. Aisya menarik tubuh anaknya, ‘’gak boleh gelayutan begitu Ara, kaki nini nanti sakit ‘’tukas Aisya. Alya tersenyum melihat cucunya yang begitu manja dengannya. Anna dan Andira keluar dari dapur sambil membawa the lemon kesukaan ibunya dan beberapa cemilan. Anak-anak yang masih bermain seketika berlari ketika melihat minuman segar yang dibawa oleh ibu dan auntynya. ‘’Ara mau dengar nini cerita tentang kakek? ‘’ Tanya Andira dengan lembut kearah keponakannya. Ara mengangguk ‘’ kalo gitu, ayok minum minumannya dulu. Nini bakalan nyeritain kisah yang indah untuk Ara setelah ini ‘’ lanjut Andira sambil menuangkan teh lemon kedalam gelas dan memberikannya kepada Alya setelah itu baru menuangkannya lagi untuk Ara. ‘’ nini, Andri juga mau dengar.’’ Celetuk laki-laki kecil berbadan gembul itu dengan mulut yang masih penuh dengan roti coklat. Alya tersenyum melihat cucu laki satu-satunya itu. ‘’ iya iya…nanti nini ceritain, tapi Andri habisin dulu rotinya’’ jawabnya dengan kekehan kecil.

Salah satu menantunya mengeluarkan tas dari dalam mobil yang sedari tadi lupa ia keluarkan. ‘’bunda, kemarin Akbar baru pulang dari Kalimantan. Dan kebetulan Akbar ngeliat selendang sutra ini..’’ potongnya lalu mengambil sehelai kain dari dalam tas tersebut. ‘’ tidak terlalu mirip dengan yang Ayah punya, tapi ini bagus ‘’ lanjutnya. Alya mengambil selendang itu dengan tangan gemetar, memang tidak terlalu mirip pada beberapa corak anyamnya. Tapi, kain itu benar-benar membuat kerinduannya pada sang sahabat dan kekasih hatinya itu menyeruak keluar. Ia memejamkan matanya sesaat sambil menciumi aroma kain sulam khas Kalimantan itu, bayangan laki-laki tampan tinggi itu muncul didepan matanya. Ia mengenakan jas putih kesukaannya dan melangkah menghampiri Alya yang juga mengenakan dress putih setumit yang indah. Mata Alya mengeluarkan setetes air mata, Anna menggenggam tangan ibunya dengan hati yang sama rindunya dengan Alya. Lalu Alya tersadar dari hayalannya, menghapus jejak air mata yang jatuh dari sana dan berbalik tersenyum kearah putri-putrinya dan menantunya.

Cucunya menatapnya penuh rasa kasih, mereka menghampiri nini satu-satunya itu perlahan Lalu memeluk nininya dengan erat. ‘’ nini kangen kakek? Kan ada Ara yang mukanya mirip kakek. ‘’ ungkap Annisa, cucunya yang paling besar dari anaknya Anna dan menantunya Akbar. Umur Annisa 11 tahun, dan kedua adik sepupunya Andri dan Ara sama-sama berumur 4 tahun. Mereka kembar yang sangat identik, untungnya Alya dapat mengenali keduanya dengan mudah karena tahi lalat yang ada pada wajah Andri dan Ara. Andri punya tahi lalat dibawah bibirnya dan Ara mempunyai tahi lalat diatas bibirnya, lagipula mereka kembar tak sama jenis. Andri laki-laki dan Ara perempuan, sehingga sedikit lebih muda dibedakan. Ayah Andri dan Ara tidak ikut karena sedang bertugas diBali, dan menantunya yang datang hanya Akbar dan Angga suami dari Andira. Ngomong-ngomong tentang anak Andira, saat ini anak bungsunya itu sedang hamil dan usia kehamilannya sudah menginjak delapan bulan. Sehingga, Angga tak dapat meninggalkan istrinya sendirian ke Sumbawa.

Alya menatap mereka satu persatu, ‘’ bunda senang anak-anak bunda mau berkunjung ke Sumbawa. ‘’ ungkapnya senang. ‘’ terutama malaikat-malaikat kecil yang sekarang sudah tumbuh besar ‘’ ini udah kebahagiaan tersendiri bagi bunda ‘’ lanjutnya sambil mencubit pipi tembem ketiga cucunya. ‘’ tambah tatu lagi nini, tama dedek bayi yang dipelut bunaa Andira ‘’ tambah Ara . ‘’ tentu saja sayang…’’ kata Alya lembut, lalu ia melanjutkan lagi kalimatnya ‘’ nini sudah menghitungnya, karena perut bunaa Andira tidak bisa disembunyikan bulatnya ‘’ kekeh wanita tua itu. Andri melirik sekilas kearah perut Andira lalu tertawa, ‘’bunaa Andira seperti membawa drum yang sering kita lihat di sekolah kakak Annisa. ‘’ ungkap bocah gembul itu. seketika semuanya tertawa. Andira juga ikut tertawa, lalu berkata ‘’ bunda Aisya waktu Andri sama Ara masih dalam perut juga gak kalah besar loh perutnya. ‘’ potong Andira lalu berdiri dan menaruh bantal sofa di perut buncitnya, alhasil membuat sekeluarga itu tertawa puas. ‘’nah, kira-kira sebesar inilah perut bunda Andri dulu’’ lanjutnya lalu kembali duduk dengan hati-hati, tampak wajah khawatir Angga yang melihat aksi Andira barusan. Tapi ia juga ikut tertawa melihat tingkah lucu istrinya yang meniru kakak keduanya itu.

‘’bunda jadi kayak bawah kulkas yah nini…’’ timpal Ara. ‘’hahaha….kok kulkas sih Ara sayang’’ tukas Anna, ‘’ itu udah kayak bawa lemari piringnya nini yang di ruang tamu ‘’ lanjut Anna, kini teras depan rumah itu semakin ramai dengan gelak tawa. Aisya yang sedari tadi dijadikan bahan tertawaan juga ikut tertawa. Ia sudah lama merindukan kelakar-kelakar lucu seperti ini. Dulu, saat mereka kecil Ayah adalah orang yang tak pernah bosan memberikan mereka dan bunda lelucon-lelucon garing. Tapi dengan mudah mereka tertawa hingga mengeluarkan air mata. Menurutnya, bunda adalah wanita beruntung yang telah mendapatkan laki-laki humoris seperti ayahnya. Walau ia tak tahu, laki-laki seperti apa ayahnya dulu.

Tiba-tiba, adzan dari mushola yang tak jauh dari rumah Alya berkumandang. Mereka mulai membereskan sisa-sisa makanan dan minuman yang terletak diatas meja. Akbar dan Angga bersiap-siap untuk kemushola. Annisa, Andri dan Ara mengikuti nini mereka untuk bersiap-siap sholat di dalam kamar. ‘’ Andira, biarkan mbak-mbak mu yang membereskannya. Kamu istirahat saja. ‘’ tukas Alya memperingati Andira yang tengah membawa nampan berisi gelas-gelas kosong itu. ‘’ baiklah bundaa ‘’ jawabnya lalu memberikan nampan ditangannya kepada Anna. Tiba-tiba, Ara berkata kepada Alya saat akan kearah kamar mandi ‘’ nini, kapan nini ceritain kakek ke Ara ‘’tanya gadis kecil itu. ‘’haha, nini kira Ara sudah lupa. ‘’ jawabnya lalu mengikat ramput semampai Ara ‘’ nanti nini ceritain kalo kita sudah selesai makam malam ‘’ pungkasnya lalu menuntun cucunya kearah tempat wudhu.