PopNovel

Baca Buku di PopNovel

I Am The Mafia Girl

I Am The Mafia Girl

Penulis:Angelika wiedy

Berlangsung

Pengantar
Kisah seorang perempuan bernama Evelyn yang masih polos akan tetapi dia terlahir di kawasan dan lingkungan yang berbau mafia. Axion dan Daniel adalah teman sekelasnya yang sesama mafia akan tetapi mereka tidak saling tahu identitas mereka. Evelyn yang mulai terdidik menjadi jahat kasar tegas jatuh cinta kepada Axion akan tetapi Axion akan dibunuhnya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Lalu Daniel mulai menaklukkan hati Evelyn untuk keuntungan pribadi.
Buka▼
Bab

Di suatu malam yang amat gelap dan terasa angin dingin, terlintas dipikiranku apakah mungkin seorang wanita muda polos sepertiku ini mungkin menjadi seorang mafia?

"Hahahah, ck" aku terkekeh dengan pikiranku sendiri.

"Apa sih yang gua pikirin tadi, gua anak baik-baik ya kali jadi mafia." Tanganku mengaburkan bayangan tentang mafia tadi.

Tambah dilupakan pikiran tentang mafia itu bukannya hilang tapi malah semakin melekat di pikiran. Sampai akhirnya aku pun tertidur karenanya.

Saat sudah mulai terlelap tidur aku merasa angin dingin menusuk kulit menembus ke tulang dan aku pun langsung terbangun.

"Hih, kok dingin amat gak kaya biasanya." Aku menengok ke arah jendela yang ternyata terbuka dan tirainya tertiup angin kencang.

"Ohh, ternyata jendelanya lupa gua tutup pantesan dingin". Ku bangun dari tempat tidur untuk menutup jendela lalu alangkah terkejutnya aku ketika ada sesosok orang dengan pakaian rapi sedang melihat dan mengamati kamarku.

Aku spontan untuk bersembunyi karena takut dia akan macam-macam.

"Ya ampun, siapa dia? Mau apa malem-malem kaya gini ada orang rapi sendirian lagi. Bikin takut aja."

Aku pun memberanikan diri lagi untuk menengok ke arah jendela untuk memastikan apakah dia masih ada atau tidak.

Namun saat ku tengok lagi dia sudah tidak ada, tapi sepertinya lampu ruang tamu rumahku menyala.

"Eh dia gak ada dong, jadi takut gua".

"Tapi lampu ruang tamu nyala, masa ada orang bertamu jam segini sih ini kan dah tengah malem".

Aku yang ingin tahu pun mencoba keluar tanpa berisik supaya gak ketauan. Mengendap-endap layaknya maling yang takut tertangkap basah.

Aku menyelinap ke arah ruang tamu untuk mengintip, ternyata dia sedang menemui ayah dan ibuku, mereka terlihat sangat akrab.

"Tenyata tamu, gua kira hantu. Aneh sih bertamu malem-malem, tapi mungkin temen ayah ama ibu mau ngomongin hal penting yang gak bisa di cancel."

Aku yang sudah mengetahui siapa orang tadi pun berniat kembali ke kamar. Saat hendak berbalik....

"Hwaaaa... Lu lagi ngapain dek disitu, kayak maling aja ngintip-ngintip". Kaka berbicara disebelah mukaku dan membuat ku kaget

"Plakk, mamak maling." Aku pun latah menampar pipi kakaku karena kaget.

"Lu yang ngintip gua yang disebut maling meresahkan lu". Ujar Kaka sambil mengelus pipi bekas ku tampar.

"Spontan, sorry". Kekehku

Karena kebisingan yang Kaka dan aku perbuat mata ayah,ibu,dan orang misterius tadi jadi tertuju kepada kita.

"Hmmm. Kalian nguping ya?" Ucap ibu seraya melipat tangan di dada.

"Hehe, gak sengaja tadi adek mau minum tapi liat lampu nyala eh pas mau balik Kaka malah ngagetin adek." Ujar ku sambil menundukkan kepala merasa bersalah.

"Sorry mom" ucap kaka.

"Yodah sini duduk dulu kenalin om, saya Andreas temen kerja ayah kamu yang bakal ikut tinggal disini sementara waktu."

"Kamu si Galang kan, dulu pas awal saya kenal ayah kamu, kamu masih umur lima tahun." Ucap om Andreas sambil menatap Kaka

"Terus kamu tuh Evelyn, makin cantik ya. Pas bayi mukamu keliatan imut tapi sekarang tampangnya kaya mafia." Tersenyum genit menggodaku.

"Ah anakku yang cewe emang keliatan gak ramah tapi dia tetep baik kok. Mungkin perlu adaptasi aja." Ujar ayah

"Ih nih om-om genit amat dah, inget umur om." Batinku

"Ayah jangan ngobrol terus ntar kapan mau istirahat, udah larut malam nih." Ucap ibu seraya membawa kaka dan aku ke kamar masing-masing.

Dan ayah pun mengantar om Andreas ke kamar kosong sebelah kamar ku.

Aku langsung berbaring dan aku pun mulai terpikir tentang permasalahan mafia lagi.

"Huft, gua kepikiran mafia lagi. Keren kali ya kalo gua jadi mafia." Aku pun terus memikirkan tentang itu.

"Ayo tidur lyn besok lu sekolah, besok hari pertama sekolah setelah lama lu home schooling lyn".

Aku pun langsung bergegas tidur supaya tidak kesiangan.

~Keesokkan harinya~

Tringgggggg... Tringgggggg...

Alarmku berbunyi tepat jam setengah enam pagi.

"Evelyn bangun! Ayo bangun udah siang ayo sekolah! Bangun!" Teriak ibu membangunkanku

Mataku terbuka perlahan-lahan dan ku mulai mengumpulkan nyawaku. Penampakan seorang ibu sudah terlihat dan aku langsung bergegas bangun.

"Yaampun baru juga gua tidur." Batinku

"Yes Mom, Lyn udah bangun." Jawabku lalu duduk dipinggir tempat tidur untuk mengumpulkan semua energi bumi.

"Ayo semangat Lyn ini hari pertama sekolah gak boleh males, semangat, semangat!" Isi pikiranku seolah-olah sedang berteriak menyemangati.

"Ih masih ngantuk, tidur lagi ntar bangun jam 6 kali ya." Isi pikiran dan hatiku seolah saling bermusuhan.

Aku yang ingin merasakan pergi ke sekolah pun semangat, aku langsung berdiri bergegas ke kamar mandi langsung cuci muka gosok gigi dan mandi.

Saat selesai mandi jangan lupa buat bercermin dan menganggumi keindahan dan kecatikan paripurna wajahku ini.

"Gila sih gua cantik banget, cantik gua tuh kaya udah melewati standar kecantikan ryujin itzy". Rasa sombong memenuhi diriku saat ada di depan cermin.

Setelah puas mengagumi diri sendiri aku pun bergegas untuk memakai seragam high school alias seragam SMA ku. Aku sekolah disekolah elit global, eh maksudnya sekolah elit swasta.

"Sip, rapi, cantik, wangi, dah komplit tinggal sarapan."

Aku berjalan menuju ruang makan tapi dimeja makan tidak ada ayah, akan tetapi malah ada om Andreas.

"Cie yang mau sekolah." Ejek kakaku.

"Iya dong emang kamu dirumah terus wlee." Balasku

"Btw kok gak ada ayah, gak biasa ayah gak sarapan." Tanya ku kepada ibu.

"Iya tadi your father udah berangkat because ada meeting penting dan mendadak. Tadi ayah ditelpon suruh ke kantor jadi ayah langsung berangkat." Jelas ibu

"Terus yang nganter aku siapa mom? Masa kaka Kan kaka meresahkan kalo bawa mobil kaya ngajak ke grand heaven" ujarku.

"Gak sama kaka tapi sama om Andreas kan kalian searah, gapapa kan ya?" Mata ibu seperti memohon kepadaku supaya mengatakan iya.

"Iya udah oke no problem" jawabku

"Ayo cepat dihabisin sarapannya nanti kalian bisa terlambat." Ujar ibu.

Kita pun selesai makan dan langsung bersiap berangkat. Aku membuka pintu mobil belakang mobil belakang tapi sepertinya macet dan akhirnya ku duduk di depan.

"Om ini pintu belakangnya macet apa gimana kok susah banget ya." Ucapku

"Yaudah duduk didepan aja kalo pintu belakang susah dibuka." Jawabnya

Aku duduk di depan namun didalam mobil baunya seperti ada bau bangkai dan mobilnya seperti agak banyak bekas basretan. Aku diam saja sambil mengamati seisi mobil.

"Kok kamu diem aja?" Tanyanya.

"Gatau mau ngomong apa makanya diem." Jawabku rada ketus

"Kok gitu sih jawabnya, ketus amat sih." Ucapnya sambil meraba pahaku.

Aku yang merasa sangat tidak nyaman dan sangat terintimidasi spontan menamparnya.

"Ih gak sopan amat sih pegang-pegang. Berhentiin mobilnya aku mau turun, terus pesen taxi aja." Nadaku mengeras namun hatiku sedikit tergoyah.

Om Andreas pun langsung menghentikan mobilnya, lalu aku turun dari mobil dan melambaikan tangan untuk menggeetikan taxi.

Mobil om Andreas masih berhenti sedangkan taxi yang ku kendarai sudah jauh di depannya.

Aku sangat kesal hingga rasanya ingin mencabik-cabik tangannya.

"Gak sopan amat sih, baru juga ketemu tapi tingkahnya sok akrab udah itu ngelewatin batas lagi. Dia kira gua cewe apaan yang bisa disentuh-sentuh seenak jidatnya." Batinku terus meracau.

Sepanjang perjalanan aku masih kesal dengan perlakuan gak sopan yang dialami tadi. Tak terasa aku pun sampai di sekolah.

"Sudah sampai nona" ucap sang sopir taxi.

Aku langsung bergegas turun dan langsung membayar tarif taxi tersebut.

Rasa senang bahagia seperti sangat meluap didalam diriku.

"Oh ini toh rasanya berangkat sekolah, ya ampun gua kaya Rapunzel aja selalu dikurung." Tatap kagum diriku melihat persekitaran sekolah.

Aku masuk selangkah demi selangkah memasuki gerbang sekolah, melihat teman-teman.

"Kenapa gua baru ngerasain sekarang, tapi no problem because lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali."

Terdengar suara-suara berbisik seperti sedang membicarakanku.

"Tuh anak norak amat"

"Gak pernah sekolah apa gimana dah"

"Anak kampung masuk sekolah elit kaya gitu dah"

Suara-suara mereka samar terdengar tapi ya yang mereka bilang gak salah. Walau aku terlahir dari keluarga kaya orang tuaku selalu mengajarkan hidup sederhana. Aku sebelumnya tinggal di kampung dan saat dikampung aku bersekolah dirumah. Tapi sebenernya aku mempunyai sifat yang selalu ingin menguasai.

"Mereka gak salah sih, tapi bakal gua buktiin kalau mereka bakal nyesel sama apa yang mereka omongin." Terlintas kata-kata seperti itu di benakku.

Meninggalkan semua keributan itu aku berjalan memasuki area gedung sekolah, menyusuri lorong melihat-lihat seisi gedung sambil mencari ruang guru.

"Mana ya ruang guru, dari tadi gak ketemu-temu".

Akhirnya ku bertanya kepada seorang laki-laki yang sedang berjalan lawan arah denganku, di bet namanya tertera nama Axion S.

"Maaf ruang guru dimana ya? Saya murid baru disini."

"Owh ayo ikut saja dengan saya, saya juga akan kesana." Jawabnya sambil meraih tanganku.

"Oh okey."

Aku mengikutinya dan pada akhirnya berhenti di suatu ruangan yang tadi sudah ku lewati.

"Kamu mau menemui siapa? Biar saya panggil dan kamu tunggu dulu disini."

"Ehmm.. mau bertemu Pak Edward". Otakku sedikit berpikir karena aku lupa ingin menemui siapa.

"Oke tunggu dulu disini nanti aku panggil lagi."

Aku pun mengangguk kepala dan melihat dia masuk untuk memanggil pak Edward.

"Uhh,, Untung gua ketemu dia coba gak ketemu dia bisa-bisa gua nyasar dan plonga-plongo doang." Buang nafas lega.

Tidak berselang lama pak Edward keluar bersama Axion yang ternyata adalah ketua kelas yang akan ku tempati.

"Owh ini murid pindahannya, sepertinya bisa jadi murid primadona kelas XI.Mipa4 yang rata-rata dihuni oleh maung jantan." Ucap pak Edward dengan nada bercanda.

"Kenalkan saya wali kelas kamu dan ini Axion dia ketua kelas kita, udah cakep baik ramah lingkungan lagi. Nama kamu siapa ?" Pak Edward terus berbicara.

"Nama saya Evelyn Rasya X pak." Jawabku sambil tersenyum hormat pada pak Edward.

"Ah bapak terlalu liat saya dari positifnya sekali-kali liat saya dari negatif gitu." Axion menjawab kata-kata pak Edward yang banyak memujinya.

"Evelyn Rasya X, x nya apa tuh? Axion S, s nya apa tuh?"

"Gatau pak" jawab Axion bersamaan denganku.

"Cie.... Kalian kompak banget" pak Edward tertawa meledek.

Kringgggg..... Jam pelajaran pertama akan segera dimulai, peserta didik harap memasuki kelas masing-masing.

"Wah kayanya kita kelamaan bercanda disini sampe bel udah bunyi, ayo cepat kita ke kelas."

Pa Edward jalan didepan, aku dan Axion berjalan dibelakangnya. Axion beberapa kali menengok ke arah ku seolah-olah merasa ada yang aneh denganku.

"Ya ampun, nih orang cakep bener bikin salting aja." Batinku

Pak Edward masuk kelas dan mengumumkanku sebagai anak baru yang akan berada disini.

"Selamat pagi anak-anak, kita kedatangan murid baru nih. Ayo silahkan perkenalkan diri ke teman-teman'' ucap pak Edward sambil menoleh ke arah ku.

Aku sedikit gugup tapi ku mulai memberanikan diri

"Hai teman-teman, perkenalkan nama saya Evelyn Rasya X." Kegugupan hampir menguasai ku hingga aku bingung ingin berbicara apa.

"Panggilannya apa?"

"Lyn pak"

"Oke baiklah Lyn bisa duduk di dekat Daniel, gapapa kan duduk sama cowo, kan cewe cowo sama aja tapi hati-hati Daniel buaya darat" ucap pak Edward sambil mempersilahkan ku.

Daniel langsung tersentak malu dan teman-teman langsung menyoraki Daniel.

Aku duduk di sebelah Daniel dan dibelakang Axion ternyata.

Pelajaran demi pelajaran berlalu akhirnya tiba waktunya untuk istirahat.

Saat jam istirahat ku didekati oleh beberapa perempuan.

"Oh lu yang tadi anak norak, ternyata masuk kelas gua." Ucap salah satu perempuan yang sepertinya adalah ketuanya.

"Anak kampungan kok bisa masuk sekolah elit sih, beasiswa ya. Kenalin nih gua Sania Mirza anak pengusaha perusahaan furniture yang paling terkenal.

Karena males dengan ocehan mereka aku pun pergi meninggalkan mereka. Disitu Axion seperti masih mengamati gerak-gerik ku.

Karena aku yang pergi saat mereka berbicara, mereka mencegat jalanku.

"Heh beraninya lu" ucapnya sambil berteriak dibelakangku.

Aku langsung berbalik dan menatap matanya sinis.

"Gua berani emang kenapa? Lu takut?"

"Berani jawab lu, gua nih orang paling berpengaruh di sekolah ini dan belum ada yang berani ngelawan gua dan lu anak baru berani beraninya kasar sama gua?" Dia terus meneriaki aku.

Ku tegakkan badan tarik nafas dalam tatap matanya santai beresin kerah bajunya.

"Belum ada bukan berarti gak ada sayang, gua gak takut sama lu dan gua gak peduli sama lu!" Menekankan ujung kalimat ku dan mendorongnya kuat.

Saat itu sebenarnya hatiku sangat kacau seperti ada rasa takut, dan seperti ekpektasi ku tentang sekolah telah dihancurkan. Salah satu temannya pun menarik rambutku sambil berteriak.

"Heh kamu bakal nyesel kalo nentang Sania" ujar salah satu anggota geng

Aku merasakan kram dikulit kepalaku. Aku langsung berbalik, meraih tangannya dan mencengkeram erat tangan nya supaya dia melepaskan rambutku.

"Saya tidak akan menyesal, tidak akan takut, dan saya akan membuat kalian menyesal." Jawabku sinis sambil menatap matanya dan mendorong badannya.

"Oh iya satu lagi, saya tidak akan tinggal diam jika kalian terus menindas saya. Saya bisa melakukan lebih dari ini." Ujarku sambil meninggalkan mereka.

Ku berjalan dipenuhi amarah, kecewa, dan rasa yang bercampur aduk. Dari belakang aku merasakan ada seseorang yang mengikutiku dan ternyata dia adalah Axion, dia meraih tanganku menggandengku ke arah kantin.

Aku berusaha melepaskan tangannya namun genggamannya semakin kuat dan aku pun hanya bisa mengikutinya. Dia membawa ku ke meja pojok kantin dan mendudukan ku di kursi, ku langsung duduk dan dia duduk dihadapan ku tanpa melepaskan genggaman tangannya terhadap tanganku.

Dia memenangkan ku dan mengusap ibu jariku supaya aku bisa tenang.

"Tahan Lyn tarik nafas panjang terus hembuskan, lakuin terus sampai tenang."

"Gua tau perasaan lu sekarang tapi gua harap lu tenang dulu. Lu hebat karena berani ngelawan dia."

"Tunggu disini gua beliin air minum biar lu gak sesek gara-gara emosi."

Axion pergi membelikan air dan aku masih mengendalikan emosi.

"Gua gak pernah berpikir kalo disekolah bakal ada penindasan kaya gini". Ucap ku sambil masih menenangkan diri.

"Bullying udah kaya hal biasa disini, dan baru lu yang berani ngelawan Sania." Sahut Axion sambil berjalan kearah meja ku.

"Gak nyangka banget gua sumpah, yang ada dipikiran gua tuh sekolah tuh penuh dengan senyuman, asik punya temen, gua gak pernah liat sisi negatifnya, because it's my first day gua pergi sekolah. Pas tadi pagi gua ketemu lu tuh wah ramah banget." Ocehku untuk meluapkan emosi.

"Makanya apa-apa tuh harus liat secara seimbang, gua emang keliatan positif tapi gua juga punya sisi negatif. Nih minum dulu biar gak sesek!". Ucapnya seraya menyodorkan air minum yang tadi ia bilang.

Aku pun meraih air minum terserah dan langsung menghabiskan air minum tersebut.

"Eh emang tadinya sekolah dimana kok baru pertama kali sekolah?" Tanyanya penasaran.

"Home schooling gua tuh."

"Wah anak holkay ternyata pantesan berani juga, tapi nyali lu mantap sih." Ujarnya sambil tertawa-tawa lirih.