PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Orang Ketiga

Orang Ketiga

Penulis:Moon_

Berlangsung

Pengantar
Setelah sekian lama menyandang status single, akhirnya William Alexander Jey akan memiliki status baru, yakni menjadi suami bagi Amanda Fee Alunar. Namun, malam resepsi itu segera kacau setelah hadirnya seorang balita berusia 3 tahun di tengah pesta. "Pa-pa." Seorang balita datang, memeluk kaki William. Wajahnya bahkan sangat mirip dengan laki-laki itu. "Di mana Ibumu?" William menggendong balita itu. Dan muncullah Ayesha Delanore. Wanita yang dulu senantiasa menjadi penghangat ranjang William. Seketika William berlutut di hadapan Ayesha. Siapakah Ayesha sebenarnya? Dan apa yang membuatnya kembali pada kehidupan William?
Buka▼
Bab

Banyak sekali para tamu undangan yang sudah datang, mulai memadati Ballroom mewah dari sebuah hotel bintang lima ternama.

Acara pertunangan yang digadang-gadang menelan biaya yang cukup fantastis itu, dihadiri oleh banyak tokoh penting. Diantaranya ialah para pejabat tinggi daerah setempat, dan jajaran pengusaha go internasional.

Melihat daftar tamu yang hadir saja sudah membuat para pegawai hotel melongo takjub, apalagi dengan si empunya hajat. Tak lain tak bukan, dialah William Alexander Jey. Miliarder casanova dengan wajah bak dewa Yunani, yang pada malam ini akan resmi bertunangan dengan kekasihnya, Amanda Fee Alunar. Tak lama lagi, laki-laki tampan itu akan segera melepas masa lajangnya, setelah sekian lama menyandang gelar sebagai Casanova impian.

Bagaimana tidak Casanova impian? Dengan tampilan wajah rupawan tanpa cela, postur tubuh tinggi nyaris sempurna tanpa cacat. Kedua hal itu akan sangat mampu membuat setiap wanita bertekuk-lutut agar bisa naik ke atas ranjangnya.

Seolah Tuhan begitu memberkati hidup seorang William. Iapun tak hanya memiliki kelebihan dalam penampilan fisiknya saja, melainkan juga kecerdasan, serta kesuksesan karier di usia yang terbilang muda. 30 tahun usianya kini, ketika ia akhirnya memutuskan untuk mengikat hatinya pada seorang Amanda. Wanita cantik ber-title Dokter spesialis anak.

Dengan senyum merekah indah, William naik ke atas altar menuntun Amanda yang terlihat begitu anggun mempesona. Balutan gaun kebaya, melekat sempurna di tubuh rampingnya. Dengan rambut yang disanggul sedemikian rupa, Amanda tampak begitu cantik. Iapun sukses mencuri perhatian para awak media yang datang untuk meliput acara tersebut.

Raut bahagia terlihat jelas sekali membingkai ketampanan seorang William, tatkala ia mulai menyematkan cincin pada jari manis wanitanya.

"Cantik sekali," bisik William menerbitkan seulas senyum dari dua sudut bibir.

Amanda-pun tersipu, karena sanjungan dari sang kekasih.

Prok... prok... prok...

Riuh tepukan tangan segera terdengar mengudara, usai pertukaran cincin antara William dan Amanda. Tidak diragukan lagi, pasangan itu adalah raja dan ratu untuk malam yang indah ini. Bergenggaman tangan, keduanya kini menghadap ke arah lautan tamu undangan yang hadir.

"Pa-pa …."

Tepat ketika MC baru saja mendekat untuk memberikan sebuah mikrofon pada William, terdengar suara anak kecil berteriak. Seketika para tamu mulai celingukan, mencari asal dari suara tersebut. Tak terkecuali William dan Amanda yang juga mencari-cari pemilik suara imut itu.

"Anak siapa itu?" lirih Amanda penasaran.

William menoleh pada wanita itu, "Mungkin ada anak tamu undangan yang lepas dari perhatian orang tuanya. Tidak usah bingung begitu," sahut William dengan jawaban sekenanya.

Akan tetapi, hal itu segera terbantahkan setelah munculnya sosok balita laki-laki yang membelah ramainya jajaran para tamu. Bocah itu berjalan setengah berlari menuju ke area panggung, di mana William dan Amanda berdiri.

Blep!

Seketika Amanda melebarkan kedua mata, saat ia menyaksikan anak kecil yang entah dari mana datangnya itu, berhambur memeluk satu kaki William.

Bukan hanya Amanda saja yang kaget, pun William yang juga terkejut atas aksi tiba-tiba dari si bocah.

"Pa-pa!" Kembali bocah balita itu memekik. Kepalanya menengadah, seperti mencari-cari wajah laki-laki yang kini tengah ia dekap kakinya dengan erat.

Mata bulat khas balita dengan kepolosannya itu, sukses membuat William terpaku. Aneh, tapi William merasa wajah balita laki-laki itu sangat mirip dengannya. Hidungnya, bibirnya … William merasa tidak asing.

"Siapa dia, Will?" Amanda bertanya lirih di dekat telinga William. Ia merasa risih, karena kilatan dari flash kamera wartawan yang mulai intens mengambil foto-foto mereka. Beberapa tamu juga tampak memandang bingung ke arah panggung.

Tak menggubris pertanyaan Amanda, William justru mulai berlutut dengan satu kaki agar bisa sejajar dengan balita di depannya. Diperhatikannya wajah mungil itu dengan seksama, sebelum akhirnya William mulai memegangi kedua sisi lengan bocah itu.

"Di mana Ibumu?" tanya William kemudian.

Bocah balita hanya tersenyum polos. Mungkin juga ia tak paham apa yang sedang William tanyakan padanya.

Blep!

Tanpa ragu, William mendekap balita itu ke dalam pelukannya. Seperti ia memeluk anaknya sendiri.

"Will?" Amanda coba menyadarkan William, yang sepertinya belum tau jika dirinya kini telah menjadi sasaran empuk bagi para pewarta berita yang ada di Ballroom itu.

Namun yang ada, William justru berdiri dan menggendong anak itu. Amanda tak mengerti, kenapa William bisa terlihat hangat sekali dengan seorang anak yang baru dilihatnya. Dan lebih aneh lagi, balita laki-laki itu juga tampak nyaman saja dalam gendongan William.

Wushhhh…

William mengambil mic yang masih dipegangi oleh MC tadi, "Terima kasih untuk semua yang hadir di sini, dan saya sangat bahagia karena acara ini bisa berjalan dengan lancar. Saya harap kalian juga menikmati pestanya. Selamat malam." Dingin sekali sambutan yang William sampaikan untuk para undangan yang datang.

Setelah mengatakan itu, William mengembalikan lagi mic kepada MC, kemudian melenggang pergi dari atas panggung. Selain membawa balita dalam gendongannya, iapun turut serta menuntun tangan Amanda agar pergi bersamanya.

Tidak terelakkan lagi, sebab apa yang dilakukan oleh William itu, banyak sekali opini miring dan stigma negatif dari para tamu undangan dan wartawan yang menghadiri pestanya.

****

Orang tua William dan Amanda segera menyusul anak-anak mereka yang pergi ke ruang rias.

"Apa-apaan ini, Will? Anak siapa yang kamu bawa itu!" sergah Dalton, selaku ayah dari William sendiri.

Sedari masih di Ballroom tadi, laki-laki itu sudah geram melihat William yang terkesan sangat memperhatikan balita itu. Belum lagi dia yang bersikap tak acuh pada para tamu, dan memilih untuk menarik diri dari pesta. Ini benar-benar sesuatu yang janggal, sekaligus mengganggu.

Amanda yang berdiri di samping William masih diam seribu bahasa. Sama halnya dengan para orang tua, Amanda pun sebenarnya bingung dengan apa yang dilakukan oleh William di dalam Ballroom tadi.

William melihat Dalton sekilas, kemudian kembali menatap balita dalam gendongannya. Ia tersenyum, mengusap lembut dagu mungil milik si balita laki-laki.

"Siapa nama kamu?" Kemudian William bertanya sangat lembut pada bocah itu.

Bertambah pening saja para orang-orang yang menyaksikan tingkah William kepada si balita asing. Ayah Amanda bahkan sampai tak habis pikir, bisa-bisanya William bersikap seolah dia adalah ayah dari bocah laki-laki yang dibawanya.

"Gama." Jawaban itu lolos dari bibir imut milik si balita. Rupanya ia bernama Gama.

"Will. Turunkan anak itu. Bisa saja ibunya sedang mencari-cari di luar sana," ujar Dalton lagi. Ia seperti akan hilang kesabaran, jika William masih saja bergelut dengan balita yang tak jelas asal-usulnya.

William melirik sinis sang ayah, "Santai saja, Pa. Ibunya pasti lebih tau, di mana dia harus mencari anak ini," jawabnya lugas.

Mengernyit dahi Amanda, mendengar jawaban William.

"Apa maksud kamu, Will? Kamu kenal sama ibu dari anak ini?" tanya Amanda yang kemudian mensejajarkan dirinya di hadapan William. Perasaannya mendadak resah, seperti ada firasat buruk setelah melihat kedekatan antara William dan balita bernama Gama itu.

William tak menjawab. Tatapannya berubah pias pada Amanda. Semua mendadak jadi hening, ketika situasi berubah menjadi kaku.

Ceklek.

Pintu ruangan terbuka, membuat ke-enam orang yang ada di dalam ruangan itu termasuk Gama menoleh ke arah pintu.

"Ma-ma …." Tubuh kecil Gama menggeliat dalam dekapan William, minta untuk diturunkan.

Dan seperti terbius oleh sesuatu, William menurunkan Gama perlahan. Sedangkan kedua matanya sudah lurus mengarah pada wanita yang sedang berjalan mendekati Gama.

"Hallo, Sayang. Kamu udah ketemu sama Papa, 'Nak?" Wanita yang mengenakan gaun hitam itu berjongkok, menyambut Gama yang langsung saja merangkul dirinya.