***
Menikah denganmu adalah kado terindah dalam hidup. Menikah denganmu adalah satu-satunya keindahan dalam pekatnya hidupku yang selalu bertabur luka. Melangkah denganmu mungkin adalah jawaban dari Tuhan atas segala kesabaranku menerima percikan duka yang selalu menemani perjalananku di dunia.
Hari ini adalah hari yang tidak bisa Paramitha lupakan. Hari ini, ia sah menjadi istri dari lelaki yang memang sudah ia kagumi sejak lama. Tristan Oliver, lelaki yang sudah berpuluh tahun bertahta di hatinya.
Mereka berdua terus saja menebar senyum kepada para tamu undangan. Tristan pun tak pernah melepaskan genggaman tangannya. Lelaki yang tak pernah Paramitha sangka akan menjadi suaminya. Paramitha bahagia luar biasa hari ini, hari pernikahannya adalah momentum yang selalu ia tulis sebagai kisah yang tak bisa ia lupakan dengan mudah.
Setelah pesta selesai, Paramitha bergegas menuju kamar. Namun entah kenapa sosok Tristan tampak dingin saat ini, ada sorot kebencian di kedua mata lelaki itu. Paramitha mengenyahkan dugaannya itu. Baginya, hari ini ia harus menulis cerita baru, kisah bahagia yang sudah siap-siap ia tulis bersama Tristan.
Mereka berdua menuju kamar pengantin. Dada Paramitha tentu saja berdegup kencang, ia membayangkan bagaimana malam pertama mereka nanti. Kedua pipi Paramitha merona malu membayangkannya.
Tepat berada di dalam kamar, Tristan langsung melepaskan genggaman tangannya dengan kasar, lelaki itu langsung masuk ke kamar mandi. Tak berapa lama, Tristan keluar dari kamar mandi dengan tatapan mata yang tajam. Lelaki itu berubah menyeramkan di mata Paramitha.
"Apa ini semua yang kamu rencanakan?" tanya Tristan dengan sorot mata yang seolah akan membunuh Paramitha.
"Maksud Mas apa?" Paramitha bertanya balik, ia tak mengerti dengan apa yang ditanyakan suaminya itu.
Tristan berjalan mendekati Paramitha, ia langsung mendekat dan berbisik di daun telinga perempuan itu. "Menikah denganku adalah mimpimu kan? Dan kamu sukses mewujudkannya dengan melukai banyak hati. Apa kamu layak di sebut sebagai manusia? Kamu juga tahu kalau aku sudah memiliki kekasih! Kenapa kamu malah mau menerima tawaran menikah denganku? Motifmu apa? Harta? Kedudukan? Atau sebuah keluarga utuh yang memang belum pernah kamu rasakan selama hidupmu? Katakan apa alasannya! Jangan pernah menipuku!"
"Mas Tristan sudah punya kekasih?" tanya Paramitha terkejut. "Aku kira Mas masih sendiri. Jujur, aku tidak tahu kalau Mas sudah memiliki kekasih. Ibu bilang katanya Mas Tristan tak pernah memiliki kekasih atau dekat dengan perempuan mana pun."
Tristan tersenyum dengan sinis. "Jangan berpura-pura polos di depanku, Mitha! Aku sudah tahu rencanamu! Kamu berusaha membujuk ibu agar aku mau menikah denganku, aku tahu kamu yang membuat ibu jadi berubah! Kamu harus tahu kalau aku menikah denganmu terpaksa, aku tidak pernah jatuh cinta padamu atau berharap kamu lah yang menemaniku sampai akhir!"
DEG!
Tiba-tiba saja dada Paramitha sakit, ia merasakan nyeri yang luar biasa.
"Mas Tristan menyesal menikah denganku?" tanya Paramitha dengan terbata-bata, air mata turun deras di kedua pipinya.
"Bahkan bukan hanya menyesal! Aku merasa sudah berada dalam pintu neraka. Semua mimpiku kamu hancurkan! Dan kamu membuat mimpi dua anak manusia hancur! Apa kamu bahagia di atas penderitaan orang lain?"
"Aku tidak tahu, Mas! Jika aku tahu kamu masih memiliki kekasih, aku akan menolak perjodohan ini! Jika memang kamu sudah memiliki kekasih, kenapa kamu malah menyetujui pernikahan ini? Kenapa kamu tidak jujur pada ibu?"
"Semua karena ulahmu! Ibu mengancamku tidak akan menganggap anak jika aku menolak dijodohkan denganmu! Di dunia ini, aku hanya punya ibu dan jika aku menghancurkan hatinya, maka duniaku tak ada artinya! Kamu!!!" Tristan menunjuk wajah Paramitha dengan penuh amarah. "Kamu adalah penyebabnya! Kamu membuat hubunganku dengan Ibu hampir retak! Aku membencimu... Sangat membencimu!"
Paramitha membisu, ia bisa merasakan api kemarahan yang membara di kedua sorot mata Tristan. "Lalu aku harus berbuat apa, Mas? Kamu mau menceraikanku? Jika kamu ingin menjatuhkan talak, aku terima," ucap Paramitha dengan suara yang bergetar.
Tristan tersenyum mengejek. "Tentu saja aku pasti akan menceraikanmu. Tapi bukan dalam waktu dekat ini. Aku tidak ingin membuat hati ibu hancur."
"Pernikahan ini sangat sakral, Mas. Kenapa kamu mempermainkan janji suci yang kamu katakan pada Tuhan? Kenapa kamu menodainya?"
"Bukan aku yang menodainya! Kamu yang membuat pernikahan ini sudah bernoda sejak awal! Jadi jangan salahkan aku! Kamu yang menciptakan dosa ini!"
"Cukup, Mas! Lebih baik kita berpisah saja. Masalah dengan ibu biar aku menjelaskan. Aku yakin kalau ibu pasti bisa mengerti dan menerima keputusan kita," ucap Paramitha.
"Kamu jangan pernah menyakiti hati ibu! Cukup kamu menghancurkan hatiku dan kekasihku. Jika kamu mengatakan semuanya pada ibu, jangan salahkan aku jika aku akan membuatmu menderita!" ancam Tristan.
"Untuk apa kita menjalani pernikahan ini, Mas? Untuk apa kita bertahan dengan pernikahan yang tak didasari rasa cinta? Lebih baik kita akhiri semua dan Mas bisa menikah dengan perempuan itu.
Tristan memutar tubuhnya dan mengambil beberapa dokumen yang tersimpan di laci meja yang terletak di sudut kamar. Lelaki itu melemparkan dengan kasar ke arah Paramitha.
"Ini apa?" tanya Paramitha.
"Surat perjanjian pernikahan. Kamu baca dengan teliti," jawab Tristan dingin.
Paramitha membuka dokumen itu dan ia membacanya, kedua matanya langsung terbelalak. "Mas ingin melakukan kontrak nikah denganku?" tanya Paramitha dengan kecewa.
"Iya. Itu harus kita lakukan agar perceraian kita tidak jadi drama! Semua demi kebaikan ibu. Jika kita bercerai sekarang, hati ibu pasti hancur. Aku tidak ridho melukai hatinya. Aku tunggu jawabanmu besok," balas Tristan.
"Jika aku menolaknya, apa yang akan Mas Tristan lakukan?" tanya Paramitha lirih.
"Hidupmu hancur," jawab Tristan dengan sinis. "Bukan kamu saja yang hancur, tapi keluarga angkatmu pun akan menderita! Bukankah saudara angkatmu saat ini sedang butuh dana untuk operasi cangkok tulang? Jika kamu menolaknya, maka aku pastikan kalau saudaramu itu tidak akan pernah bisa mendapatkan donor dari siapapun!
Paramitha langsung ambruk, tubuhnya bergetar mendengar ancaman dari Tristan. Lelaki yang ia kagumi diam-diam ternyata berhati monster."Kenapa kamu tega melakukan hal itu, Mas? Kenapa kamu begitu kejam?"
Tristan tertawa. "Kamu yang lebih kejam dariku! Aku tidak mau hidupku hancur karena ulahmu! Jika kamu tak menuruti apa yang aku mau, kamu tahu sendiri akibatnya!"
Paramitha menangis sesenggukan, ia tak menyangka kalau pernikahannya adalah awal luka yang lebih menyayat. Bagaimana bisa ia menerima luka lagi? Apalagi luka itu ditorehkan oleh seseorang yang ia anggap adalah mataharinya.
"Simpan air mata palsumu! Aku tidak akan pernah tertipu!" kesal Tristan, ia langsung pergi meninggalkan Paramitha yang terus saja menangis tanpa henti.
"Tuhan... Beri aku kekuatan!"
***