PopNovel

Baca Buku di PopNovel

The Villainess's Second Life

The Villainess's Second Life

Penulis:Akhelois

Berlangsung

Pengantar
Rennesha Cayne Lannister. Putri tunggal keluarga Lannister. Meskipun seorang putri tunggal, tetapi tidak membuatnya hidup bagai seorang putri. Putri yang terbuang dan dibenci membuatnya menjadi pribadi yang begitu angkuh dan jahat. The Villainess adalah julukannya. Saat terpikir bahwa tidak ada yang mencintainya di dunia, Rene pun bertemu dengan CEO muda yang tampan dan begitu kuat dimatanya. Menurut Rene, sosok itu adalah cahaya sekaligus cintanya. Hingga membutakan Rene untuk menikahi sosok itu bagaimanapun caranya. Bahkan dengan cara yang licik sekalipun. Tetapi, ternyata sekali lagi Rene salah. Bukannya kebahagiaan yang dia dapat dari cintanya itu, melainkan sebuah neraka. Hukuman yang tidak terelakkan, menyebabkan seluruh keluarganya juga dibasmi tanpa ampun. Ayah serta kedua kakak laki-lakinya, yang tidak pernah sekalipun menganggap Rene ada, pun juga ikut dihukum. Hukuman mati akibat kejahatan yang dilakukan Rene terhadap kekasih CEO tampan dan kejam itu. "Jika ada yang namanya kehidupan selanjutnya. Aku tidak akan mau mencintaimu lagi .... Rezef Featherington!" Maka datanglah The Butterfly's God yang memberikan Rene hidup kedua. What will happen in The Villainess's Second Life? —— Describe Cover: Pict from Shutterstock Premium | Design by Canva Pro—Akhelois IG: @akhelois1 | Akhelois©2021 All rights reserved.
Buka▼
Bab

"Seret dia kemari!" teriak seorang pria dengan bengis.

Tak berselang, seorang wanita dengan rambut pirang yang menyilau seperti emas. Rambut yang terlihat berantakan dan tidak beraturan akan panjang pendeknya. Bahkan dress yang dipakainya pun tidak kalah buruk.

Dress berwarna abu polos yang sudah lusuh, kotor, dan compang-camping menjadi penutup tubuh wanita itu. Tubuh yang begitu kurus, kering, kotor, dan penuh luka.

Tap ... tap ... tap.

Cring ... cring ... cring.

Langkah kaki seorang pengawal yang menyeret wanita yang mana dengan kaki terantai, telah menggema di sepenjuru halaman mansion Featherington.

Wanita itu berjalan dengan lunglai. Mata yang sembab menatap kosong ke depan. Bibir yang begitu kering dan kasar, terpaut dengan rapat. Ia dipaksa dan didudukkan untuk bersimpuh di tengah-tengah halaman mansion.

Mata yang kosong itu, pun menatap sosok laki-laki di depannya. Laki-laki yang berdiri di ujung atas tangga menuju pintu utama mansion. Berdiri dengan angkuhnya. Tatapan yang begitu dingin tidak berperasaan menatap sang wanita.

Laki-laki yang bernama Rezef Featheringthon. Laki-laki tampan yang hanya dicintai oleh wanita menyedihkan itu, wanita yang bernama Renesha Cayne Lannister.

"Renesha ...," ucap Rezef lirih dengan segala nada dinginnya.

"Kau adalah seorang villainess yang biadab! Bahkan kau begitu angkuh dan kejamnya membunuh seorang calon bayi yang tidak tahu apa-apa hanya karena kecemburuanmu yang tidak berdasar."

Rezef mulai bermonolog menatap bengis Rene, sembari merangkul seorang wanita cantik yang terlihat lemah di sampingnya.

"Apa kau kira, dengan menjadi istriku maka kau merasa sudah sangat berkuasa?" tanyanya menohok lagi. "Ck! Ternyata kau terlalu memandang tinggi dirimu, huh?"

Sebenarnya ... darimana kesalahan ini terjadi? Bukankah aku memang istrimu, Rezef?

"Kau hanyalah wanita kotor, jalang busuk yang tidak pantas bersanding di sampingku atau bahkan menyandang gelar 'Nyonya Featherington' yang kau dambakan itu!"

Aku hanyalah wanita yang mencintaimu dengan segenap hatiku. Aku hanya ingin memperjuangkanmu sebagai seorang istri sah.

Apakah aku telah berdosa jika mencintaimu dan berharap mendapatkan kasih sayang dari seorang suami?

"Dan berani-beraninya kau menyentuh wanitaku bahkan membuatnya keguguran? Kau membunuh anakku, Jalang!" teriak Rezef penuh amarah. Bahkan tatapan tajam dan aura membunuhnya sudah sangat kental.

Rene yang melihat itu, seketika tubuhnya bergetar. Lidahnya kelu dan tenggorokannya tercekat. Jantungnya yang tadi telah mati, kini kembali berdetak dengan kencang. Hingga membuat dadanya begitu sesak dan berat.

Hatinya sungguh sakit. Amat sangat sakit dan perih. Bagai ribuan anak panah ditancapkan begitu dalam ke ulung hatinya tanpa ampun. Sakit yang tidak berdarah, karena melihat tatapan bengis dari seorang laki-laki yang sangat dicintainya.

Laki-laki yang berstatus sebagai seorang suami. Tetapi kini laki-laki itu memandang rendah dirinya dan merangkul posesif kekasih gelapnya itu.

Rene membuka mulutnya sedikit, ia hendak berkata sesuatu tetapi suaranya tidak keluar! Seolah lidahnya ikut tercabut bersamaan dengan hatinya yang sudah begitu berdarah.

Melihat kondisi Rene, Rezef pun tersenyum miring. "Apa kau tahu, Jalang? Kini seluruh keluargamu akan menyebrang ke nerakaku yang paling jahanam."

Degh!

Jantung Rene seakan berhenti untuk kesekian kalinya.

"Apa kau ingin bertemu keluarga yang juga membencimu itu?" tanya Rezef dengan manaikkan sebelah alisnya. "Aku tahu kalau kau adalah putri yang dibenci di keluarga Lannister. tetapi meski begitu, aku tetap tidak akan melepaskan mereka."

"Karena mereka memiliki darah kotor yang sama sepertimu, Jalang!" sarkas Rezef.

"A-apa yang kau lakukan kepada mereka?" Dengan sekuat tenaga, Rene berucap degan sangat lirih dan menahan rasa nyeri di dadanya.

Rene tahu kalau dia adalah putri yang tidak diharapkan di keluargaya. Semua mata keluarganya memandang sinis dan dingin. Tetapi, bukan berarti dirinya ingin melihat seluruh keluarganya dibantai dengan sadis oleh laki-laki di depannya itu.

"Hahaha ... apa kau ingin menyelamatkan mereka?" Rezef menaikkan sebelah alisnya lagi dan masih menatap dengan dingin.

"Ku ... ku mohon," rintih Rene.

Jujur, Rene tidak tahu kenapa dia bisa ada di sini. Di tengah-tengah halaman kediaman Featherington dengan kondisi yang mengenaskan.

Tetapi, ia tidak ingin keluarganya ikut menjadi korban atas dirinya. Meski ia tidak pernah sekalipun mendapat kasih sayang dari keluarga.

"Hahaha ... ternyata kau anak yang berbakti, huh? Wanita angkuh dan dingin sepertimu memohon untuk keselamatan keluarga, yang mana selama ini begitu membencimu? Sungguh tidak disangka."

"Kau adalah wanita iblis dan jalang murahan yang kotor! Pantas saja keluargamu begitu membencimu," imbuh Rezef. "Namun sayang ... hanya karena mereka memiliki darah kotor yang sama denganmu, maka mereka harus mati!"

Jantung dan jiwa Rene seakan ditebas oleh ratusan pedang. Ia kembali hancur dan hancur lagi tanpa diberikan istirahat sejenak.

Apa Dewa begitu membencinya?

Apakah Tuhan begitu murka dengannya?

Sedari kecil Rene tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sebuah keluarga. Seluruh keluarganya selalu mengabaikan dan memandang dingin Rene.

Meskipun Rene berusaha keras untuk membuat prestasi yang membanggakan. Pulang dengan senyuman lebar dan menunjukkan hasil prestasinya kepada sang ayah.

Tetapi, tetap saja mereka semua hanya akan semakin mendorong Rene untuk menjauh.

Di saat hati dan jiwanya yang rapuh. Luka yang begitu menganga tanpa ia ketahui apa kesalahannya hingga membuat luka itu ia dapatkan. Hingga hadirlah sosok yang begitu indah. Seindah cahaya rembulan yang sejuk dan menenangkan.

Mungkin ada sedikit belas kasihan Tuhan kepada Rene saat itu. Hingga mengirimkan seseorang ditengah-tengah jalan gelap yang ia lalui.

Ternyata ... itu semua hanyalah ilusi yang dipermainkan para Dewa untuknya.

"Sujudlah!" titah dingin Rezef.

Matanya yang berkilat bak dinginnya rembulan malam seperti bongkahan es yang padat. Rezef menatap Rene penuh dengan kebencian yang sudah mendarah daging.

"Sujud dan memohonlah sekarang. Mungkin aku akan memikirkan ulang atas keselamatan keluargamu itu."

Tentu saja perintah dari Rezef yang tidak berperasaan itu telah membuat luka yang sudah menganga semakin mengeluarkan darahnya. Tetapi, untuk kali ini Rene tidak memperdulikan lukanya.

Tangannya mengepal dengan sangat kuat. Dadanya yang sesak memandang penuh dengan rasa memohon ke Rezef. Tubuhnya yang kurus dan kerontang itu, pun menundukkan kepalanya. Menempelkan kepalanya ke alas bumi yang penuh dengan lumpur.

Dadanya tercekat, lidahnya kelu, tenggorokannya begitu kering. Bahkan kini air matanya sudah tidak bisa berhembus keluar. Begitu sakit yang luar biasa. Jiwanya hancur berkeping.

"A-aku ... memohon kepada engkau ... wa-wahai Re-Rezef Featherongton." Suara yang begitu lemah namun terdengar penekanan dan permohonan serendah-rendahnya.

Rene memohon dengan penuh luka dan pengharapan terakhirnya. Memohon setidaknya untuk satu keluarganya agar dibiarkan hidup. Memohon setidaknya keluarga yang membencinya itu tidak merasakan penyiksaan atau bahkan kehilangan nyawa mereka hanya karena dirinya.

Memohon serendah-rendahnya.

"Ternyata wanita angkuh dan jalang rendahan sepertimu benar-benar memohon untuk keselamatan keluarga yang membencimu, Ya," desis Rezef dingin. "Kau ingin menjadi malaikat di akhir hidupmu?"

Rene masih menempelkan dahinya ke tanah yang berlumpur dan kotor. Ia tidak sedikitpun mengangkat kepalanya demi sebuah pengampunan untuk keluarganya. Setidaknya hanya ini yang bisa ia lakukan.

Tak apa jika dirinya dihina dan dan dijatuhkan berkali-kali. Disiksa atau bahkan dibunuh. Rene akan tetap memohon serendah-rendahnya.

"Hemm ...," gumam Rezef. "Tetapi bagaimana, Ya?"

Rene menggigit bibirnya yang sudah kering dan pecah tak berbentuk. Tangan dan tubuhnya juga bergetar, menahan beban kesakitan yang amat berat.

"Ayah dan kedua kakakmu itu ... mereka sudah mati tadi pagi!" ucap Rezef dengan sudut bibir yang terangkat sebelah.

Jder!

Kini ribuan petir menyambar jiwa pertahanan terakhir Rena. Jantungnya kembali berhenti dan mati dalam sekejap. Sesak, amat sangat sesak dan menyakitkan.

Penuh dengan kekuatan yang tersisa, Rene mengangkat kepalanya. Meski begitu berat dan bergetar dengan kesakitan, Rene mendongak menatap bola mata yang sedingin balok es itu.

Mencoba mencari pembenaran dan sedikit belas kasih terhadap pria yang paling ia cintai. Meski hanya setitik, Rene sungguh memohon.

Tetapi yang Rene dapatkan hanyalah sebuah senyuman miring yang melebar. Tatapan yang dingin dan penuh kesan merendahkan dan tertawa penuh kemenangan. Lalu seseorang pria lain, membuka kain yang menutupi sesuatu di sisi samping tempat Rene berada.

Penuh dengan perasaan yang takut. Bahkan petir yang tidak henti-hentinya menyambar jiwanya yang sudah hancur tak tersisa. Rene menolehkan wajahnya. Hingga terlihatlah sebuah pemandangan yang amat sangat buruk.

Kepala dari ayah dan kedua kakaknya telah tergantung di sebuah tiang. Kepala yang sudah terpisah dari tubuh.

"Aaaakhhhhh ... noooo ...!"

Seketika jeritan pilu yang menyayat terdengar sampai ke langit ketujuh. Begitu menyesakkan dan penuh dengan kesakitan yang luar biasa.

Ayahnya, kakak-kakaknya, keluarga terakhirnya ... mereka mati dengan cara yang mengenaskan karena ulah brengsek dari pria yang paling ia cintai. Penyiksaan seperti apa lagi yang bisa lebih kejam dari ini?

Deraian air mata yang dikiranya sudah mengering itu, pun kini mengucur dengan deras. Sorot mata yang penuh luka menatap kembali cintanya. Tatapan yang mana kini menjadi sebuah sorot kebencian dan ketakutan yang luar biasa.

"Sekarang ... giliran kau yang akan menyusul mereka, Jalang!" desis Arga penuh kebencian.

"Potong lehernya sekarang juga!" titah Rezef dengan lantang.

Seketika ada beberapa pria dengan perawakan yang kekar, datang menghampiri Rene. Kedua tangan Rene dicengkram dengan kasar. Pun dengan rambutnya yang sudah tidak berbentuk itu, juga dijambak dengan keras. Satu lagi pria yang sudah siap akan hunusan pedang pemotong leher Rene.

Rene tidak membungkukkan kepalanya. Ia mendongak dan melihat pria yang ia cintai penuh dengan seluruh hatinya.

Pria itu tersenyum puas dengan sorot mata yang begitu dingin. Serta kekasih yang ia peluk posesif itu, terlihat tersenyum puas menatap Rene.

Ternyata aku selalu menjadi sampah di matamu, meski aku sudah berusaha cukup keras untuk mendapatkan setitik hatimu ....

Padahal kamu adalah satu-satunya alasanku untuk hidup ....

Apakah Tuhan itu ada? Entahlah ....

Tetapi jika memang ada, aku akan memohon untuk pertama kalinya.

Jika ada kehidupan selanjutnya, aku tidak akan mau untuk mencintaimu lagi ....

Rezef Featherington!

.

.

.

To Be Continued...

Happy reading untuk novel Lady yaa..

Don't forget to Comment, Vote, and Follow!

Itu moodboster bngt

°

Regards,

Lady Akhelois

-------

The Villainess's Second Life©2021

All rights reserved.