PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Pengantin Pengganti

Pengantin Pengganti

Penulis:DIHNU

Berlangsung

Pengantar
Seana Anaka memilih mabuk-mabukan setelah dikhianati oleh kekasihnya sehari sebelum pernikahan. Ketika terbangun, ia menemukan seorang pria berada di sampingnya tanpa sehelai benang pun. Pria itu tidak lain adalah River Cakrawala seorang presdir PT. Cakrawala Group. Menganggap jika River adalah pria panggilan, Sea meletakkan beberapa lembar uang di atas nakas dan pergi begitu saja. Sea tidak menyangka, jika akan bertemu kembali di KUA. Ia begitu shock dan menuduh jika River menguntitnya. “Bukankah dia tidak memiliki mempelai pria? Kenapa tidak menjadi mempelaiku saja?”
Buka▼
Bab

"Bagaimana bisa dia pergi. Pernikahan kami 2 hari lagi." Sebuah teriakan dari dalam ruangan terdengar.

Tidak ada yang berani membantah pria itu. Suaranya begitu terdengar jelas, jika pria itu begitu marah ketika mengetahui jika kakak pergi dari rumah.

"Biar aku saja menggantikan kakak.” Tanpa diduga seorang wanita menerobos masuk ke ruangan, wajahnya terlihat ketakutan tetapi sikapnya cukup berani dengan tindakannya.

Semua mata memandangiku, termasuk pria itu.

"Ternyata ada seseorang yang menguping sejak tadi," katanya sambil menatap tajam ke arahku.

Sejak tadi memang aku menguping pembicaraan mereka, aku ingin tahu apa yang tengah mereka bahas.

Sebenarnya aku tak mengerti sama sekali, mengapa aku mengucapkan kata-kata itu. Lebih tepatnya dengan mudahnya aku mengatakan menggantikan kakak sebagai mempelai wanita.

Terlihat seorang Pria tengah duduk dengan santai, namun tatapan matanya begitu tajam seakan ingin menerkam se isi ruangan tersebut. Rambutnya berwarna kuning keemasan, dia adalah orang yang paling mencolok.

Mata pria itu menatap tajam ke arahku. Aku tahu dengan jelas siapa pria itu, dia adalah Erlan Dukrain tunangan kakakku.

Ayah dan Ibu hanya terdiam, karena karena Ayah tahu jika nasib perusahaan ada di tangan Pria bermata Biru itu. Jika pria itu berucap dia bisa membuat kami menjadi gelandangan di jalanan.

"Kau ingin mengantikan kakakmu?" tanya Erlan.

Aku hanya menjawab pertanyaannya dengan anggukan.

Erlan Dukrain, 27th. Dia mendapatkan Kategori Pengusaha termuda beberapa tahun terakhir dengan membawa namanya melambung tinggi hanya dengan 3thn saja. Dia telah bertunangan dengan kak Naura 3thn lalu. Entah apa yang di pikiran kakak, hingga dia malarikan diri.

"Baiklah. Kau menggantikan kakakmu," kata Pria itu sambil pergi meninggalkan Ruang kerja Ayah.

Semua merasa begitu lega, ketika pria itu keluar. Sedangkan aku sedikit menyesali perkataanku.

Ayah bahkan sama sekali tidak menanyakan bagaimana perasaanku ketika aku memutuskan untuk menggantikan kakak menikahi pria itu.

Aku menatap keluar jendela menjemput hari pernikahan yang telah di tentukan.

Sebuah gaun pengantin berada di dalam kamarku. Beberapa maid tengah membantuku. Ada yang rias wajahku, ada yang membantuku memakai gaun, dll.

Ku ukir senyum di bibir manisku yang kecil, yang telah di warnai berwarna pink muda. Dengan balutan gaun pengantin yang kugunakan, aku di bantu keluar dari kamar rias ke aula pernikahan.

Suasana begitu ramai. Para tamu undangan begitu menyambut acara pernikahan ini. Kini aku berada di ujung karpet merah bersama dengan Ayah yang tengah ku gengam erat tangannya sedari tadi. Aku dan Ayah melangkah perlahan-lahan di atas karpet merah tersebut. Sesekali aku mencuri pandang ke arah para tamu undangan, ku lihat Ibu menarik ujung bibirnya membuat lekukan sebuah senyuman di wajahnya.

Ku lihat di depan sana, seorang Erlan Dukrain tengah berdiri, dia memakai tuxedo hitam membalut di tubuh gagahnya itu. Aku tidak bisa memalingkan tatapanku padanya, dia begitu tampan.

Aku bahkan tak bisa tidak mengukir senyum di wajahku karena menikahi pria itu. Ya! Aku telah gila, mengambil kesempatan dalam kesempitan karena ingin menikahi pria itu, pria yang telah lama ku kagumi. Biasanya aku hanya mengintip dari jendela ketika melihatnya datang, mengintip dari cela pintu kamar ketika dia datang ke rumah, dan mengantarnya pulang dengan tetap mengintipnya. Katakanlah aku seorang stalker, yang berhasil menikahi pria pujaan hatiku.

Erlan memasangkan cincin di jari manisku, hatiku berdebar dengan sangat cepat, tanganku bergetar hebat saat cincin itu telah melingkar di jariku. Rasanya seperti sebuah mimpi di siang bolong.

Aku tak menyesali menggantikan Kakak sebagai mempelai wanitanya. Apapun yang terjadi kedepannya, ku harap aku menikmati takdir yang di berikan untukku.

Tatapan mata pria itu masih saja dingin dan menusuk, namun karena itu aku mencintainya.

Sorakan terdengar mengema di ruang aula pernikahan ketika pria itu mendaratkan bibirnya dengan sempurna dibibirku.

Aku hanya diam dan terkejut. Itu adalah ciuman pertamaku, dan ku berikan untuk dia laki-laki yang telah ku kagumi selama ini. Pastinya telah menjadi suamiku beberapa detik yang lalu.

Bibirnya memainkan peran, dan menyuarakan sesuatu untuk masuk ke dalam mulutku. Tanpa sadar aku memejamkan mata, dan menikmati sensasi yang baru pertama kali ku rasakan.

Aku terbuai dalam ciumannya, seakan aku merasakan tengah terbang di angkasa. Aku merasakan dengan pasti, jika sesuatu tengah mengalir hangat dan terasa menyengat di tubuhku, namun membuatku semakin ketagihan. Aku mengalungkan lenganku di lehernya. Ciumannya semakin rakus. Kami berdua seakan tak mengindahkan seisi Aula Pernikahan.

“Nggh,” tiba-tiba aku melenguh.

Aku bisa merasakan dengan jelas, jika pria itu tersenyum ketika aku tiba-tiba melenguh. Dia merapatkan pelukannya padaku, dan semakin buas dan liar. Di saat kami tengah berciuman, dia menarik bibirnya menjauh dariku.

“Kita akan lanjutkan ketika kita sampai di rumah,” katanya sambil mengedipkan mata kanannya.

Blush

Pipiku pasti merah merona, terasa jelas jika hawa panas berada di wajahku. Hari ini aku dengan resmi menyandang Nyonya Dukrain.

Aku tak ingin menjadi tontonan mereka,” katanya lagi mengingatkanku jika kami berada di hadapan banyak orang.

Suara serokan demi sorakan terdengar mengema di ruangan. Aku mendongakkan kepalaku, kemudian melihat sekeliling sambil menggandeng tangan Erlan. Pancaran kebahagiaan terlihat di raut wajah para tamu undangan. Beberapa di antara mereka menabur kelopak bunga mawar, di sepanjang jalan aku dan Erlan lewati.

Ku nikmati Hari bahagia ini, hari di mana aku di perlakukan sebagai Ratu selama sehari.

“Ciuman liar di hari bahagia,”

“Kau sungguh cantik,”

“Eheem... Kau jadi sombong, memamerkan suamimu di hadapan kami,”

“Aku tak tahu jika seorang Anyuna akan menikah lebih dulu dari kita,”

“Dia terlihat polos, nyatanya dia bermain di belakang kita-kita,”

Aku hanya tertawa mendengar celotehan teman-temanku itu.

Aku hampir lupa, namaku Anyuna Viandra, anak ke-2. Usiaku 25thn. Ayahku pemilik sebuah perusahaan Otomotif. Sejak kecil, aku tak pernah menjadi yang di utamakan di keluargaku. Tapi aku tak mempermasalahkan hal itu. Karena tak apa-apa, walaupun hanya menjadi bayangan kakak.

Berbeda dengan kakak, yang semua hal yang di inginkan pasti terturuti, aku harus bekerja keras dulu agar aku bisa mendapatkan apa yang aku dapatkan.

Saat kakak pergi dari rumah, dia hanya mengirimkan sebuah pesan chat padaku. Memintanya agar aku menikahi pria yang telah resmi menyandang kata Suamiku.

Aku tak tahu, alasan mengapa kakak pergi, padahal pernikahan yang telah lama di idam-idamkan tinggal menghitung hari. Hhm. Masa bodoh dengan alasan itu, asalkan aku bisa memiliki pria ini. Aku tak ingin hal lain.

Aku sangat bahagia, seakan kesedihan yang lalu hilang dalam sekejap karena telah memiliki sosok malaikat bumi yang kini menjadi suamiku itu.

Nyatanya, dari sinilah, kehidupan sebenarnya di mulai. Awal bahagia bersama karena aku menjunjung tinggi nilai sebuah cinta, harus tergores dengan lika-liku karena keputusanku menikahi dirinya.

Bencana sesungguhnya baru saja di mulai.

To be continued