Panas, seluruh tubuh seperti terbakar, rasa panas itu sangat tidak tertahankan.
Kesenangan yang bercampur dengan penderitaan mendera tubuhnya, sepertinya ada sesuatu yang bergerak naik turun di tubuhnya, terkadang sangat lembut dan terkadang sangat brutal, sedikit demi sedikit mendominasi dan menaklukkan dirinya.
Keesokan harinya, Erika Hendrawan terbangun, dan hari sudah siang, dia melihat sinar matahari yang menembus celah jendela, dia melamun untuk waktu yang cukup lama.
Di mana ini? Mengapa dia ada di sini?
Erika mengingat dirinya semalam sedang minum anggur di bar bersama sahabatnya, dan kemudian dia mabuk, setelah itu, saat keluar dari bar, dia tersandung di depan pintu dan menabrak seorang pria, mungkin pria itu adalah gigolo yang bekerja di bar, setelah itu...
Lalu apa?
Erika mengetuk-ngetuk kepalanya, menyibak selimut dan duduk.
Seketika, rasa amat pegal langsung menyerang pinggangnya, rasa dingin juga merayap ke tubuhnya, Erika tercengang sejenak dan dengan segera menunduk, pemandangan yang dia lihat adalah, dirinya yang tidak mengenakan pakaian apapun, Erika pun tertegun.
Apa yang terjadi? Sebenarnya apa yang terjadi semalam?
Mengapa bisa begini?!
Wajah Erika menjadi pucat, dia memperhatikan sekitarnya dan melihat kemeja pria yang sudah robek serta pakaiannya sendiri.
Berserakan di lantai, dengan melihat situasi ruangan ini sudah dapat membayangkan hal menggemparkan apa yang terjadi tadi malam.
Erika melongo melihat pemandangan ini, adegan-adegan tadi malam perlahan-lahan terbersit di benaknya.
Erika samar-samar mengingat bahwa tadi malam dia mabuk di bar, kemudian saat dia keluar dari bar, dia menabrak seorang gigolo, di bawah desakan sahabatnya, Erika menarik pria itu naik ke taksi dan tiba di hotel.
Setelah tiba di hotel, Erika sangat antusias dan berinisiatif menerkam pria itu, seolah ingin melahapnya sampai tuntas, sama sekali tidak sungkan.
Kemudian pria itu mengambil alih kendali dan menindihnya di bawah tubuhnya, pria itu terus menjelajahi tubuhnya. Mereka bermesraan semalaman hingga fajar menyingsing, pria itu baru meninggalkannya.
Erika tidak melihat wajah pria itu dengan jelas, hanya pada saat pria itu meninggalkannya, dia sekilas melihat tato kepala singa yang menyeramkan melekat di pinggang pria itu.
Erika menyangga kepalanya dengan gundah, rasa sakit dan kesenangan yang datang bersamaan itu masih terasa di tubuhnya.
Dirinya telah memberikan keperawanannya kepada seorang pria asing.
Mengapa dia bisa begitu menyedihkan, saat dewa kemalangan datang, segala hal buruk pun menimpanya!
Kemarin saat di pesta pertunangan, ibu dari tunangannya tiba-tiba mengumumkan ingin membatalkan pertunangan, saat Erika merasa sedih dan kesal, keluarga tunangannya malah langsung membatalkan pesta pertunangan, dan mempermalukannya di depan umum!
Kemudian Erika menyeret sahabatnya untuk minum-minum di bar.
Tadinya dia ingin memanfaatkan alkohol untuk menghilangkan kerisauannya, sekarang dia malah menjadi semakin risau!
Erika sangat menyesal, dia mencengkeram rambutnya dan memukul-mukul dirinya sendiri, setelah beberapa saat, dia baru bisa mengendalikan emosinya dan membersihkan diri, lalu mendorong pintu dan meninggalkan kamar itu.
Di pintu utama hotel, segerombolan wartawan dengan kamera dan mikrofon sedang menunggu.
Begitu Erika keluar dari hotel, mereka semua bergegas mengerumuninya.
"Nona Erika, menurut kabar, keluarga Kurniawan membatalkan pertunangan denganmu kemarin, Anda pergi ke bar untuk menghilangkan kesedihan dan menarik paksa seorang model pria di bar ke hotel dan menghabiskan satu malam dengannya?"
"Menurut kabar, kalian semalam melakukannya sebanyak tujuh kali, dan hampir tidak ada waktu untuk beristirahat?"
"Apakah Keluarga Kurniawan membatalkan pertunangan karena kehidupan pribadi Anda yang sangat kacau? Apakah citramu sebagai gadis polos itu hanya pencitraan saja?"
Wajah Erika terus diserang oleh lampu kamera yang berkeda-kedip, ditambah lagi dengan pertanyaan memalukan yang dilontarkan para wartawan, suasana hatinya sekarang sangat sedih dan juga kesal.
"Maaf, tolong beri jalan!" Erika yang lemah dan tidak berdaya diapit ditengah-tengah kerumunan wartawan, dia menghadapinya sendiri, tidak ada yang membantunya.
Seorang wartawan bertanya, "Nona Erika, PT Hendrawan pagi ini dinyatakan bangkrut, apakah anda mengetahui hal ini?"
"Kami baru mendapat informasi bahwa ayahmu bunuh diri dengan melompat dari gedung PT Hendrawan, sebagai putrinya, kamu malah bersenang-senang dengan seorang pria di sini, bukankah kamu keterlaluan?"
Erika terdiam di tempat, sepertinya tidak mendengar perkataan wartawan itu dengan jelas.
Ayah bunuh diri? Bagaimana mungkin?
Bagaimana mungkin pria yang begitu percaya diri dan tangguh itu bunuh diri karena bangkrut?
Berita ini pasti tidak benar! Para wartawan ini sedang berbohong padanya!"
Erika mengigit bibirnya dengan tidak percaya, tubuhnya pun mengeluarkan segenap tenaga untuk mendorong wartawan yang menghalanginya dan dia pun berhasil keluar dari kerumunan.
"Nona Erika!"
Wartawan pun mengejarnya, sedangkan Erika sudah berlari ke tengah jalan.
Pada saat ini, sebuah mobil melaju dengan kencang ke arah Erika, saat Erika tersadar, tubuhnya sudah terlempar ke udara dan terhempas ke jalan aspal dengan keras.
Malam itu, berita mengenai Keluarga Hendrawan menjadi berita utama.
#Malam penuh gairah, putri keluarga Hendrawan bercinta tujuh kali semalam dengan seorang model pria di hotel, sangat perkasa!#
#Pengusaha tajir Darmawan Hendrawan bangkrut, bunuh diri dengan melompat dari gedung PT Hendrawan!#
Keluarga Hendrawan yang tajir dan gemilang runtuh dalam semalam, sedangkan Nona Erika dari Keluarga Hendrawan yang membuat iri semua orang juga menjadi p*lacur yang dihina banyak orang.
......
Lima tahun kemudian..
Bandara Internasional Kota Mutiara
Erika menggiring tiga anak yang menggemaskan dan diikuti oleh Bibi Fatihah yang mendorong koper, kelima orang ini keluar dari bandara dengan teratur.
Kelima orang ini berjalan dengan tenang, pada saat ini, dari belakang tiba-tiba muncul seorang wanita yang mengenakan mantel bulu, dia langsung menabrak ketiga anak itu hingga terjerembab di lantai.
Erline Hendrawan adalah seorang gadis cilik, saat terjatuh dia langsung memanyunkan mulutnya dan menangis dengan sedih.
Erika yang melihatnya buru-buru memapahnya dan berkata, "Anak baik, jangan menangis."
Wanita yang mengenakan mantel bulu itu menabrak orang malah tidak meminta maaf, saat melihat kelima orang ini mengenakan pakaian sederhana, dia menilai mereka sebagai orang kampung yang datang ke kota untuk mencari kerabat, seketika mengernyit dan berkata, "Bagaimana kamu menggandeng anakmu, mengapa tidak melihat jalan? Hampir saja membuatku tersandung, aku membeli mantel bulu ini dengan harga empat puluh empat juta, jika sampai kotor, apakah kamu bisa menggantinya?"