PopNovel

Baca Buku di PopNovel

VIN ZEI

VIN ZEI

Penulis:Ellenrill

Berlangsung

Pengantar
Ibarat jalinan ikatan abadi takkan terputus oleh hempasan tragedi juga guliran waktu, VIN pun mendapati tempatnya berlabuh; ZEI. ----- Menjadi yatim piatu tidaklah mudah bagi Vin yang kala itu masih berusia belia. Dia harus berjuang seorang diri mempertahankan kelangsungan hidup bersama kedua adiknya. Dengan kekuatan mental dan fisik luar biasa yang diwarisinya dari darah militer almarhum ayahnya, dia mampu bertahan hingga tumbuh menjadi seorang cewek remaja yang berjiwa tangguh dan mandiri. Ambisi yang besar untuk maju, dapat menggapai cita-cita dan meraih sukses secemerlang mungkin di masa depan, memotivasi dirinya hingga nekat menerima tawaran bersekolah di kota besar. Sekolah Zei. Dari sinilah, coretan tangan Pencipta untuk mereka mulai terpeta jelas.
Buka▼
Bab

Bagian I

Saat SMA

-----

"Jadilah pacarku."

Tinggal beberapa tapak lagi sepatu butut Vin memasuki pintu gerbang sekolah ketika tahu-tahu seorang cowok mencegat langkahnya.

Vin mengusap wajahnya yang kuyu sebelum mendongak. Dia memandang cowok di depannya dengan tertegun. Jiwanya belum sepenuhnya menghuni raganya. Kesulitan tidur semalam membuat perasaannya terasa mengambang. Tapi begitu melihat yang berdiri di depannya, seketika otaknya menjadi terang benderang.

"Barusan kamu ngomong apa?"

Entah mengapa mendadak rasa gugup melanda diri Vin. Dia ingin meyakinkan sekali lagi apa yang ditangkap oleh telinganya.

"Aku ingin kamu jadi cewekku."

Sejenak Vin tak mampu berpikir. Dia berdiri tegak dengan seluruh jari tangan terasa dingin. Hanya matanya yang menunjukkan reaksi keterkejutannya.

"Kurasa kau salah orang," Vin menjawab lebih berupa gumaman orang yang kebingungan. "Maaf, aku masih punya urusan." Sambil menunduk, Vin melangkah melewati tubuh jangkung itu.

"Peringkat nilaiku tertinggi satu jurusan. Apa kau pikir aku bisa salah orang?"

Tanpa berbalik Vin berkata dengan gemetar ditahan, "Kita tidak saling kenal. Kau pikir bagaimana lagi seharusnya tanggapanku terhadap cowok tak dikenal yang mendadak memintaku menjadi ceweknya? Ini bukan zaman baheula, bukan?"

"Aku tidak percaya kau tidak mengenalku, kecuali kalau kau tidak punya mata dan telinga."

Tentu saja, batin Vin, karena kau adalah cowok yang paling ganteng dan selalu dibicarakan orang-orang satu sekolah. Karena itu kau menyebut cuma saudara kita yang berkekurangan yang tak tahu akan kepopuleranmu di sekolah. Tapi kiasan kata-katamu justru menunjukkan keangkuhan dirimu.

SOK!

Rasa grogi yang muncul pada diri Vin pada awal berdekatan dengan si idola sekolah berubah menjadi kegeraman. Hampir setahun menghuni SMA beken ini, tak pernah dia berhadapan langsung dan berbicara dengan Ferdhio Zeiga. Sebagai cewek normal, selama ini dia memiliki asa kekaguman yang sama dengan para cewek di sekolah tentang betapa sempurnanya Zeiga.

Ganteng, cerdas, tubuh jangkungnya yang atletis, gaya coolnya yang menjadikannya tak cuma berwajah malaikat, melainkan juga sangat keren.

Begitu sempurna seorang Zei hingga para cewek sangat menyukainya dan mengidolakan sosoknya.

Apalagi selama ini dia bersikap seperti intan di dalam kotak kaca yang tak dapat dijamah. Cowok tingkat akhir jurusan IPS itu dikenal punya hati sebaik malaikat, tapi tak pernah sekali pun pacaran.

Begitu keren, baik hati, ditambah status single tanpa pernah pacaran, cewek mana yang tidak suka. Cowok tipe begitu pasti mengagungkan cinta dan bakal setia sampai mati pada pasangan hidupnya.

Gambaran manis seperti itulah yang juga terekam dalam benak Vin selama ini. Tak salah jika dia pun diam-diam menyukai Zei meski tak sampai kesemsem berat seperti yang lain. Dia menyadari keadaan dirinya yang tak mungkin dapat bersaing dengan cewek-cewek lain yang begitu stylish dan eye catching. Penampilannya terlalu biasa dengan rambut hitam sepunggung yang dikuncir setiap hari.

Cowok mana yang tertarik. Wajahnya pun tak menarik.

Karena itulah sungguh terkejut dirinya begitu mendengar ucapan Zei yang ingin dia menjadi ceweknya. Ternyata apa yang menggaung di telinga belum tentu menggambarkan kenyataan sebenarnya.

Zei yang selama ini disangka orang sebagai cowok alim ternyata tak lebih dari seorang playboy yang gemar mengumbar cinta pada cewek-cewek.

Vin membuang jauh-jauh kekagumannya akan sosok si idola ideal. Perasaannya berganti menjadi muak dan jijik.

"Apa kau selalu sesombong ini jika menembak cewek?" tegur Vin sinis. "Tak perlu kau ingatkan padaku tentang kebesaran namamu itu. Kalau cuma tampang, di kolong bumi pun bisa kutemukan. Jika menyentuh tanah, siapa pun hanya akan berupa tengkorak."

"Tapi di surga rohku tetap menunjukkan rupaku di bumi." Zei tersenyum lebar, tapi di mata Vin justru tampak seperti drakula yang sedang menyeringai. "Bencilah padaku. Semakin kau membenciku, semakin aku ingin kau jadi cewekku."

Vin berbalik dan menantang wajah malaikat di depannya dengan geram.

"Aku tak pernah mengganggumu. Kenapa kau memilihku untuk kau jadikan boneka mainanmu? Dengar, ya, aku tidak sudi jadi cewekmu. Jadi pergilah. Cari saja cewek lain yang lebih cantik dan dengan sukarela melayani maumu."

"Kau satu-satunya cewek yang pernah kuminta jadi pacarku seumur hidup. Seharusnya kau merasa bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan betapa beruntungnya dirimu."

Ya, berkatalah sesukamu, batin Vin sambil melangkah memasuki gerbang sekolah dengan hati panas. Aku justru tidak bisa memahami apa sebetulnya yang sedang terjadi sehingga mendadak aku harus berurusan dengan makhluk tak berperasaan sepertimu!

Zei mengikutinya di belakang. Sama sekali tidak berusaha menghentikannya ataupun menyejajari langkahnya. Vin paham cowok paling ngetop seantero sekolah itu tak ingin dilihat orang sedang berduaan dengannya. Jika satu saja penghuni sekolah tahu dia sedang mengejar-ngejar seorang cewek, apalagi cewek dari desa, reputasinya sebagai si golden boy mungkin bakal hancur.

Vin bertambah sebal.

Bagaimana mungkin dengan sikapnya itu dia bilang ingin aku menjadi ceweknya!

"Pergilah! Aku tak ingin berurusan lagi denganmu!" kata Vin sengit.

"Kau tidak bisa menolakku. Tak ada seorang pun yang bisa menolakku, kau dengar? Jangan bersikap tolol. Bilang saja kau terima, maka kita akan membuat kesepakatan. Kau mau berapa?"

Vin tidak mengacuhkan.

"Kau tahu, aku punya segalanya, Vinia."

Vin menghirup udara banyak-banyak. Sekarang dia menyebut namaku. Apa sebetulnya yang sedang berlaku Tuhan? Apa semua cewek cantik di dunia sudah membuatnya bosan hingga dia tertarik untuk mengganggu cewek jelek sepertiku?

"Anggap saja kita barteran jasa. Kau jadi cewekku, maka aku akan memberimu segala yang kau minta. Percayalah, kau tidak akan rugi sedikit pun."

Vin semakin muak mendengarnya.

"Baiklah, kalau kau tidak suka uang mentah." Zei berhenti bicara lalu melanjutkan dengan intonasi suara ditekan, "Bagaimana kalau kuberikan pekerjaan sebagai ganti pekerjaanmu di restoran itu?"

Tidak sia-sia Zei menahan hatinya dari tadi. Akhirnya cewek berkepala batu itu terusik.

Vin menoleh dan membelalak pada Zeiga.

"Dari mana kau tahu?" katanya dengan bibir bergetar. "Dari mana kau tahu tentangku?"

Zei tersenyum senang melihat ekspresi wajah cewek di depannya. "Kau cuma perlu berperan sebagai cewekku, maka segala kesulitanmu akan kutangani. Tidak ada yang lebih adil dari perjanjian itu, bukan?"

"Apa kau mau membeliku," desis Vin marah. "Mentang-mentang kau kaya dan punya segalanya ...."

"Ingat adik-adikmu yang kau kasihi di rumah," kata Zei sambil menatapnya setajam pisau. "Kurasa kau cukup cerdas dan bisa berpikir."