PopNovel

Baca Buku di PopNovel

I LOVE YOU AND YOUR SON

I LOVE YOU AND YOUR SON

Penulis:Purple_16

Berlangsung

Pengantar
Leana yang tak jadi menikah karena calon suaminya meninggal. Hidup serasa tak hidup. Tak ada keinginan untuk memulai hubungan dengan pria lagi. Namun pertemuan dengan anak seorang bos mulai mengubahnya. Sang anak meyukai Leana. Ayah sang anak mulai tertarik pada Leana. Hubungan mereka semakin punya cerita.
Buka▼
Bab

I LOVE YOU AND YOUR SON

BAB I

Langit berwarna jingga. Menandakan hari menjelang malam. Membuat Leana teringat kenangan manisnya dengan Devan, pacarnya. Ia tersenyum sembari memandangi indahnya langit kala itu. Setiap potongan memori dengan Devan menghampiri seolah itu baru kemarin terjadi. Tak kuasa lagi, ia membasahi pipinya. Lama – lama air mata itu makin deras jatuhnya. Dalam batinnya ia tak menyangka, pria yamg membuat hari – harinya ceria kini telah tiada. Ia jadi teringat awal pertemuannya dengan pria pujaan hatinya itu. Kala itu Leana masih kelas 2 SMA. Saat itu ada murid pindahan yang masuk ke kelasnya. Suara gaduh terdengar jelas dari kelas Leana. Guru masuk dan berkata “Diam anak – anak. Kembali ke tempat duduk kalian“. Tiba – tiba ada seorang pria yang memakai seragam SMA masuk ke kelas. “Anak – anak. Hari ini kalian kedatangan teman baru. Dia ini pindahan dari Surabaya. Baik – baik kalian sama dia“ jelas guru. “Perkenalkan diri kamu“ sambungnya sambil menatap murid baru. “Baik bu“ jawabnya. “Teman – teman, perkenalkan aku Devano Dargantara. Kalian bisa panggil Devan. Aku baru pindah dari Surabaya“ sambungnya. Satu kelas bersorak menyambut teman barunya. “Sudah. Jangan berisik kalian“ tegur guru. “Baik Devan. Sekarang kamu silakan duduk di bangku yang kosong“ imbuhnya. Mata Devan berkeliling mencari bangku yang kosong. Matanya terhenti melihat bangku kosong yang berada paling belakang. Ia juga melihat Leana yang tertidur di sana. Ia menuju bangku itu dan duduk. Ia membangunkan Leana. Leana langsung gelabakan karena kaget. Ia langsung berdiri dan berkata “Hadir Bu”. Satu kelas tertawa melihat itu. “Kamu tidur lagi Leana“ tegur guru. Leana langsung melirik Devan dan memelototinya. “Kamu sengaja ya ?!” bentaknya pelan. Devan hanya tersenyum kecil. “Awas kamu ya“ bisik Leana ke telinga Devan. Devan hanya tersenyum kecil. Dari pertemuan pertama mereka, tiada hari tanpa bertengkar.

Leana bersiap – siap berangkat sekolah. Ia sarapan lalu pamitan dengan Mamanya. Lalu berangkat dengan motornya. Di tengah perjalanan sebuah mobil melaju dengan kencang dan menyundul bagian belakang motor Leana. Leana kehilangan keseimbangan dan tersungkur. “Aduh !!!. Siapa sih bawa mobil ugal – ugal begini. Cari mati apa ?!“ teriaknya sambil merintih kesakitan. Lalu keluar dua lelaki yang salah satunya adalah Devan. Lelaki satunya dengan sigap membantu Leana bangun. “ Kamu nggak papa ? tanyanya. Maaf, temanku tadi ugal – ugalan nyetirnya “ imbuhnya. Devan lalu membela diri “Cuma jatuh gitu aja”. Tak terima dengan perkataaan Devan, Leana membalas dengan nada tinggi “Emangnya ini jalan Cuma punya kamu apa ?!. Hahh !!”. Mereka jadi ribut sendiri. Teman Devan, Fiko lalu menawarkan bantuan pada Leana “Le, kaki kamu kan sakit. Aku bonceng aja ya“. “Nggak usah“ jawab Leana. “Tapi Le..”. “Apaan sih Fik ?!. Dia masih bisa itu bawa motor. Lukanya juga nggak parah. Nggak usah lebay deh“ Devan memotong pembicaraan Fiko. “Kakinya luka itu. Berdarah pula“ Balas Fiko. Leana mengernyitkan dahi melihat mereka bertengkar. Ia berusaha membangunkan motor yang tergeletak. Belum sampai motornya berdiri sempurna, kakinya kesakitan tak sanggup mengangkat badan Leana. Dia hendak terjatuh. Dengan sigap Fiko menahan badannya. Mata mereka saling berpandangan sesaat. Suara batuk Devan menyadarkan mereka. “Tuhh kan...kaki kamu masih sakit. Aku bonceng aja ya“ timbal Fiko. Leana mengangguk. Dari setengah perjalanan ke sekolah, Fiko membonceng Leana. Devan mengikuti dari belakang. Setibanya di sekolah Fiko meminta Devan “Van, kamu gandeng Leana. Kakinya masih sakit“. Dengan mengernyitkan dahi Devan membalas “Apaan sih ?!. Dia bisa jalan sendiri juga“. “Nggak usah ngegas juga. Gue juga nggak mau digandeng sama lo“ Balas Leana lalu meninggalkan dua pria itu. Terlihat Leana berjalan dengan pincang. “Tuh..nggak kasihan. Jangan galak – galak dong. Kamu itu murid pindahan. Jaga sikap“ saran Fiko. Devan masa bodoh dengan ucapan Fiko. Mereka berpisah dan hendak masuk kelas masing – masing. Di lorong Devan melihat Leana yang berjalan sambil merintih. Ia lalu menggangunya. “Dari tadi jalan belum sampek kelas juga. Kayak siput aja“ Ejek Devan sambil tertawa. “ Ini semua karena kamu yang nabrak aku “ Balas Leana. “Cuma kesenggol dikit aja juga. Lebay !“ Devan membela diri. Ia lalu meninggalkan Leana. Ia berbalik badan sambil menjulurkan lidah. Membuat Leana marah. “Awas ya. Pasti kubalas nanti“ teriak Leana.

Bel berbunyi. Semua siswa masuk kelas masing – masing. Guru memasuki kelas Leana. Guru mulai menjelaskan pelajaran. Setelah 30 menit menjelaskan, guru memberi tugas kelompok. Satu kelompok satu bangku. Leana langsung memandang Devan tak suka. Ia tak suka harus satu kelompok dengan Devan. “Oh iya Leana, karena kamu sekelompok dengan murid baru. Kamu bantu dia ya“ kata guru mengejutkan Leana. “Baik pak“ jawab Leana. Ia semakin kesal. Tiga mata pelajaran telah selesai. Saatnya pulang. Para siswa membubarkan diri setelah guru meninggaalkan kelas. “Tunggu, jangan pulang dulu. Kita bahas tugad kelompok dulu“ kata Devan pada Leana. “‘Deadline’ nya kan masih minggu depan . Masih panjang juga waktunya“ balas Leana. “Tapi kan lebih baik kalau cepat dikerjakan dan cepat selesai “ balas Devan. Leana mulai kesal. Tak pernah ia sepaham dengan Devan. “Kalau kamu mau mengerjakan dulu silakan. Kamu bisa mengerjakaan setengah dan nanti aku yang lanjutkan setengahya“ kata Leana dengan sedikit melotot. Devan hanya menghela napas panjang dan membiarkan Leana pergi.

Satu minggu berlalu. Saatnya presentase tugas kelompok. Leana benar – benar kaget. Ia benar – benar lupa dengan tugas kelompok itu. Saat nama mereka dipanggil, Leana mematung. Tak tahu ia harus bereaksi bagaimana. Guru pun menegur mereka dan memberi hukuman menata buku di perpustakaan sepulang sekolah. Leana sangat marah pada Devan karena tak mengingatkannya. Devan hanya masa bodoh. Ia menyangkal bahwa ia sudah memberi tahu Leana agar mengerjakan tugasnya lebih awal. Selesai pelajaran guru mengantar Leana dan Devan ke perpustakaan. Guru menyuruh mereka menata buku yang berantakan. Leana terus menggerutu. Devan masa bodoh. Ia langsung mengerjakan hukuman tersebut. Ia juga menyuruh agar Leana juga mengerjakan agar cepat selesai. Leana memasang muka masam “Ini semua gara – gara kamu. Kenapa kamu nggak ngingetin aku sih“ katanya. Devan membela diri “Kalau kamu nurut buat ngerjain tugas ini dari awal, kita ngggak akan dihukum kayak gini“ balas Devan. Mereka saling menyalahkan. Mereka lalu berpencar mengerjakan hukuman. Leana menata rak bagian selatan. Devan menata rak bagian utara. Mereka fokus mengerjakan bagian mereka. Suasana jadi hening. Setelah beberapa jam, mereka akhirnya selesai mengerjakan hukuman. Tiba – tiba Leana berlari keluar. Devan yang heran mengejarnya. Tapi Leana sudah tak terlihat. “Kenapa dia ?. Apa ada masalah“ Devan bicara sendiri.