PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Flutter

Flutter

Penulis:chiravillage

Tamat

Pengantar
Liu Ann Chi adalah gadis yang terlahir dengan tanda seuntai bunga lotus di dadanya. Ada kisah yang mengatakan bahwa, apabila seseorang dengan tanda itu muncul lagi di dunia, maka dinasti akan dalam bahaya! Kaisar sangat khawatir tentang itu, jadi dia mencoba menarik gadis itu ke dalam lingkarannya alih-alih berseteru dengan dia. Puteri dari keluarga Liu itu kemudian dia anugerah kan pernikahan dengan putranya, pangeran ketiga. Enam belas tahun berlalu dan Ann Chi sama sekali tidak mengerti, mengapa dia harus mengikuti takdir itu? Dia sama sekali tidak tertarik pada tahta, dia hanyalah seorang gadis biasa. Tenggelam dalam kebaikan pemuda yang menjadi cinta pertamanya, Ann Chi memilih untuk menolak mengikuti takdir yang diberikan padanya. Belakangan, rahasia mengenai alasan pernikahan diberikan dan latar belakang Ann Chi sebagai gadis bunga teratai diketahui oleh lima keluarga utama. Masing-masing dari mereka kemudian berebut untuk membuat gadis itu berada di pihak mereka. Pangeran ketiga adalah orang yang diberi tugas menangani masalah ini, padahal Ann Chi sangat membenci pria itu. Terlilit dalam plot rumit antara istana dengan keluarga utama, benarkah cerita dari masa lalu itu sungguh-sungguh bisa terjadi? Apakah seorang Liu Ann Chi benar-benar memiliki kemampuan untuk menjungkir balikkan dinasti dalam satu malam? Atau dia memang hanya seorang gadis biasa yang mendambakan kebebasan. Flutter ©2021
Buka▼
Bab

"Secret behind the tale, only God and heaven will know. Let the sound of wind whisper into your heart."

Flutter : Sound of The Wind

- PROLOG -

***

Sudah sangat lama diceritakan, kisah di sekitar waktu yang sangat jauh sekali. Masa dimana pemerintahan dinasti milik Kaisar Yin Bao Jian masih memimpin. Ketika empat wilayah yang saat ini dibagi berdasarkan empat arah mata angin masih merupakan satu wilayah utuh yang berpusat di tengah-tengah, wilayah dataran tengah tempat Istana Yinlang berdiri.

Hari raya kelahiran putra mahkota adalah waktu dimana bulan penuh menggantung tinggi di langit. Malam itu, segala jenis perasaan suka cita memenuhi setiap sudut istana. Tapi saat bunga api menyala dan suara petasan pertama terdengar, aula megah yang dihiasi warna emas dan perak itu seketika berubah menjadi ladang penuh daging dan tulang. Tubuh mati bergelimpangan dimana-mana, separuh orang yang hidup bahkan tidak memiliki anggota tubuh yang lengkap lagi.

Tidak ada yang tau bagaimana tepatnya, tapi malam itu istana telah diserang. Seluruh pertahanan di Ibukota dilumpuhkan dan Istana berhasil diduduki oleh pemberontak. Kaisar tidak punya pilihan lain selain bertekuk lutut dan menyerah. Keluarga kekaisaran yang terdesak pada akhirnya mundur dan terpaksa melarikan diri ke selatan.

Perayaan kelahiran putra mahkota berubah menjadi peringatan insiden kabut berdarah. Kemegahan Dinasti Yin benar-benar runtuh dalam satu malam. Kaisar Bao Jian jatuh sakit lalu meninggal tidak lama kemudian. Permaisuri Luo He begitu patah hati hingga menggorok lehernya dan mengakhiri hidupnya sendiri. Selir Yuan berhasil kabur dari kekacauan ini, tapi hanya selang beberapa bulan sebelum dia akhirnya ikut menyusul kematian saudari dan suaminya karena tidak sanggup menahan penderitaan.

Sekarang, hanya ada putra mahkota Yin Xuan Jun yang tersisa. Keluarga selir merawatnya, tapi dia hidup dalam kebencian dan keinginannya untuk balas dendam.

Yin Xuan Jun selalu dikenal sebagai pemuda yang rendah hati. Seorang bangsawan turunan langsung dan sangat dihormati. Tidak butuh waktu lama untuk dia menegaskan statusnya dan memperoleh kepercayaan dari orang-orang. Dia lantas diam-diam menyusun basis kekuatannya lagi, lalu mulai berfikir untuk merebut kekuasaan dengan mengatur siasat perang.

Istana di bawah tangan pemberontak, benar-benar dibuat kacau dan berantakan. Kaisar saat ini adalah manusia gila harta dan kekuasaan, memerintah tanpa belas kasihan dan kebijaksanaan sama sekali. Belum lagi peliharaannya itu. Ya, peliharaan! Seorang gadis kecil yang mengikuti tuannya kemana-mana, tapi sanggup menundukkan setiap pasang mata yang berusaha melihatnya.

Gadis muda bergaun merah. Dia selalu tersenyum ketika berjalan, lalu menendang siapa saja yang menghalangi langkahnya. Tiap-tiap orang di kota akan menyebut dia sebagai gadis bunga teratai. Ia disebut begitu bukan karena perangainya seperti seorang gadis kuil yang berkelakuan baik, percayalah itu akan seperti bualan omong kosong! Julukan itu hanya ia terima berkat tanda vermilion yang terukir di keningnya. Satu untai bunga teratai yang mekar, terlihat begitu indah tapi mengerikan disaat yang bersamaan.

Ketika gadis itu menjalankan perintah, apapun yang diminta tuannya akan dia lakukan dengan senang hati. Entah itu mencekik, menerkam, hingga membunuh dengan kuku jarinya saja selalu dia turuti. Rumor mengatakan bahwa gadis itu senang meminum darah dan mengunyah tulang manusia untuk dijadikan camilan. Jadi, siapa orang bodoh yang berani menyinggung makhluk semacam itu?

Pernah sekali waktu Yin Xuan Jun memimpin penyerangan ke istana. Lima ribu orang berangkat dari selatan menyerang ibukota. Tapi siapa yang mengira? Dia tetap kembali dengan tangan hampa! Lebih dari separuh pasukannya mati sia-sia. Bahkan sebelum mereka berhasil menerobos tembok kota nyawanya saja hampir melayang. Katakan, bukankah gadis itu benar-benar tidak masuk akal? Lawan mereka jelas-jelas bukan manusia!

Yin Xuan Jun putus asa karena tidak ada yang bisa dia lakukan untuk sementara waktu. Semua jenis upaya penyerangan selalu gagal, derita kerugian juga tidak bisa dia abaikan. Lima belas tahun berlalu begitu saja. Sampai di titik ini, dia bahkan sudah berfikir untuk menyerah. Bantuan manusia tidak berguna. Dengan wajah pucat dia melangkah ke kuil dewa, mengadu pada mereka berharap langit akan memberikan sedikit bantuan padanya.

Begitulah, tahun-tahun ini Yin Xuan Jun sibuk mengasingkan diri. Orang-orangnya bahkan mengira bahwa pangeran mereka sudah setengah gila. Setiap hari hanya pergi membakar dupa, merenung di depan altar persembahan sambil menolak makan dan minum. Beruntung gadis bungsu keluarga Yuan masih memberi dia perhatian lebih. Memaksa dia menelan seteguk air, atau menampar wajahnya agar mulutnya terbuka dan mau menggigit sepotong roti. Yin Xuan Jun terus hidup seperti ini sampai berita mengejutkan itu sampai di telinganya.

Pemimpin arogan itu telah wafat!

Rumor mengatakan bahwa gadis bunga teratai itulah yang telah membunuh tuannya. Pangeran terkejut bukan main. Bagaimana bisa? Apa iblis itu tengah dirasuki setan? Tunggu, apakah iblis juga bisa dirasuki setan? Apa pun itu yang jelas dia bahagia. Warna di wajahnya kembali cerah seolah tiga puluh tahun hidupnya yang sia-sia telah kembali seutuhnya.

Bukan hanya pangeran yang berbahagia, rakyat pun jauh merasa lega. Mereka terselamatkan! Yin Xuan Jun adalah pangeran yang diakui. Setelah merebut istananya kembali, bendera dinasti sekali lagi dapat dia kibarkan. Empat wilayah yang terpecah menyatu kembali, lalu memilih Yin Xuan Jun sebagai kaisarnya.

Dua ratus tahun berlalu dan disinilah istana yang didominasi aksen berwarna emas dan perak itu berdiri. Berbagai potongan giok dan batu mulia tersemat pada pilar ruangan berlangit-langit tinggi. Dinding berwarna batu pualam menambah kesan kemegahan Istana Yinlang. Bahkan harga satu helai tirai yang mereka gunakan pun mungkin bisa dijadikan modal untuk membeli satu buah rumah kecil di pinggiran kota.

Berlebihan!

Itu adalah kesan pertama yang melintas di pikiran Penatua Huang ketika dia masuk dan berjalan melintasi ruang paviliun belajar milik Kaisar ini.

Penatua Huang membuat gerakan seakan memeluk udara di hadapannya seraya membungkuk tiga puluh derajat. Di depan penguasa Dinasti Yin saat ini, Kaisar Yin Ruo Han, kebiasaan seperti ini adalah bentuk penghormatan resmi yang biasa mereka lakukan.

"Salam untuk Yang Mulia Kaisar, Penatua ini datang untuk menyapa.."

Kaisar sedang sibuk mengunyah kacang sambil membaca dokumen kenegaraan. Masih tetap fokus dengan bacaanya, dia membalas sapaan itu dengan sedikit anggukan kecil.

"Kau punya hal menarik untuk dibicarakan denganku, Penatua?" tanya Kaisar kemudian.

Penatua Huang mengangguk.

"Mungkin lebih dari sekedar menarik, Yang Mulia. Gadis bunga teratai dari masa lalu, dia kembali.."

Mendengar kalimat 'gadis bunga teratai' dikatakan, Kaisar hampir-hampir saja tersedak. Dia segera membenarkan duduknya lalu menatap Penatua Huang dengan alis yang mengeryit bingung.

"Penatua Huang, kau jauh-jauh datang kemari hanya untuk mendongeng padaku? Tsk, kau pasti bercanda"

Tudung berwarna putih yang menggantung menutupi wajah Penatua Huang berkibar. Ketika dia menganggukkan kepalanya sedikit, kain penutup itu akan ikut bergoyang mengikuti gerakannya.

"Apa yang bisa aku katakan adalah langit berkehendak. Penatua ini hanya menyampaikan apa yang bisa disampaikan.."

Mendengar ini, wajah Kaisar langsung berubah menjadi hijau seolah dia baru saja menggigit buah yang sangat masam. "Apa-apaan? Kenapa sekarang? Kenapa saat pemerintahanku? Apa Dewa begitu bosan hingga mereka memutuskan untuk menggangguku dengan ini?"

"Yang Mulia, tidak ada hal baik yang datang jika anda menyalahkan dewa. Yang Mulia bijaksana, karena api telah disulut anda hanya perlu memadamkannya"

Kaisar mengepalkan tinjunya geram, memperlihatkan buku-buku jarinya yang memerah menahan marah. "Omong kosong! Jika kemampuan gadis itu memang seperti yang diceritakan, lantas bagaimana caranya aku bisa menang melawan dia?"

Kaisar tidak bisa memikirkan suatu cara, jadi dia hanya menunggu Penatua Huang gantian berbicara.

Mendapat pelototan seperti itu, Penatua Huang hanya bisa mengalihkan pandangannya dan tersenyum kaku.

"Anda tidak bisa.." katanya singkat. Kaisar sudah marah sampai mati hingga hampir melompat dari kursinya dan mencekik orang tua itu, jika saja dia tidak buru-buru menambahkan. "Yang Mulia, daripada menjadi pihak yang berseteru dengannya, bukankah lebih baik untuk berdamai dengan dia?"

"Berdamai dengan dia, huh?" Kaisar tertawa. Itu terdengar seperti lelucon paling hambar yang pernah dia dengar. Selain mengirim seratus ribu pasukan ke kediaman gadis itu untuk membunuhnya sekarang, sebenarnya tidak ada solusi lain yang dia pikirkan. Daripada menunggu bantuan datang dari langit, bukankah lebih baik bergerak lebih dulu lalu menunggu hasilnya?

"Memangnya kau ingin aku melakukan apa? Berdamai dengan cara menikahi gadis itu lalu membangun rumah tangga kami bersama? Lantas kami akan hidup bahagia selamanya?" kata Kaisar menambahkan.

Kaisar melontarkan itu dengan maksud mencibir. Diluar dugaan, Penatua Huang justru benar-benar mempertimbangkan gagasan itu. "Pemikiran seperti itu, penatua ini tidak berani. Tapi kalau Yang Mulia memikirkannya, lalu kenapa tidak?"

"Apa kau benar-benar berpikir aku akan melakukannya dengan iblis semacam itu?!" bentak Kaisar marah.

Penatua Huang hanya menutup kedua matanya lalu menghindar dengan kepalanya. Terlalu lama di tempat ini tidak akan baik. Dia bisa saja kehilangan pendengarannya karena teriakan Kaisar.

"Yang Mulia, jangan marah. Membunuhnya sekarang mungkin memang jauh lebih mudah dari membalik telapak tangan. Lagipula dia hanya seorang bayi.."

Kaisar mengangkat alisnya tinggi, "Dia seorang bayi?"

"Benar.." kata Penatua Huang.

"Kalau begitu beritahu aku dimana bayi itu sekarang. Aku akan mengirim Jendral Luo untuk membunuhnya!"

Penatua Huang tersenyum lalu dengan ringan berkata, "Dia putri bangsawan Liu, ayahnya adalah Tuan Liu Feng Yin dari Utara"

Kepercayaan diri Kaisar langsung runtuh seketika. Sekelebat ekspresi rumit memenuhi wajahnya, alis pedangnya bahkan berkerut semakin dalam. "Liu Feng Yin dari Utara? Penatua Huang, apa aku tidak salah dengar?"

"Anda mendengarkan dengan sangat baik, Yang Mulia.." jawab penatua itu.

"Bagaimana itu mungkin? Liu Feng Yin adalah kepala keluarga penting yang dihormati! Bukankah kepala pendeta dari Kuil Tianlang juga saudara dari kakeknya? Bagaimana bisa seorang penyihir lahir dari keluarga bermartabat seperti itu??"

Penatua Huang merunduk. Sulit untuk mengatakan raut wajah apa yang dia miliki dari balik tudungnya. "Apa yang telah tertulis dalam buku takdir, yang terjadi maka terjadilah. Manusia tidak pernah tau kehendak langit. Apakah dewa ingin menyelamatkan nyawa? Memberinya kehidupan atau malah menjebak mereka dalam roda reinkarnasi? Yang Mulia, apa saja bisa terjadi. Siapa diantara kita yang bisa menebak rencana dari surga?"

"Pei! Potong omong kosong!" Kaisar memukul meja baca di hadapannya. "Dewa pasti sudah mabuk jika menulis cerita semacam itu!"

Sudut bibir panatua Huang berkedut. Ia tidak tau harus tertawa atau menangis mendengar penuturan yang mulia itu.

"Yang Mulia, asap membumbung dikala api membakar. Entah apa sebabnya, Penatua ini yakin kehadiran gadis itu tetap akan membawa nasib.."

Rahang Kaisar mengeras menahan marah. Kisah lama yang diceritakan turun temurun sejak jaman nenek moyangnya itu hanyalah dongeng pengantar tidur baginya. Untuk mengetahui bahwa gadis bunga teratai itu benar-benar muncul di hadapannya, bahkan lengkap dengan latar belakangnya yang mengagumkan itu adalah sesuatu yang jauh lebih buruk dari mimpi buruk!

"Yang Mulia, jangan khawatir.." kata Penatua Huang menenangkan. "Keluarga Liu tidak pernah bertentangan dengan istana, reputasi mereka di pinggiran utara juga sangat baik. Jika saat ini kekaisaran memilih mencari masalah dengan mereka, bukankah keputusan itu bisa dianggap sebagai hal yang sangat disayangkan?"

Kaisar memijat-mijat keningnya sambil berfikir. Situasi istana saat ini sedang kacau. Keluarga Wang sebagai pendukung utama, tapi kekuasaan mereka tidak disangkal membuatnya khawatir dari waktu ke waktu. Dua keluarga besar dari Timur dan Selatan juga merepotkan, sulit ditebak dan sangat membuatnya sakit kepala. Hanya keluarga Liu yang tidak pernah memberinya batu di pundak. Memilih alasan bodoh untuk bermusuhan dengan mereka sepertinya benar-benar bukan pilihan yang baik.

Menunggu Kaisar yang masih belum mengatakan apa-apa, Penatua Huang berbicara lagi. "Yang Mulia, mohon ampun. Hamba lancang, tapi mungkinkah menarik bayi ini ke dalam harem kekaisaran? Menjadi selir istana adalah sebuah kehormatan. Keluarga Liu tidak akan tersinggung tentang itu. Bahkan setelah dia masuk, Yang Mulia tidak akan butuh alasan jika memutuskan untuk tidak ingin menyentuhnya. Dia bisa tetap disini sebagai tahanan istana. Cara seperti ini ... bagaimana menurut Yang Mulia?"

Seberkas cahaya berkilat di mata Kaisar. Itu bukan ide buruk? Tapi ... menambah harem kekaisaran berarti dia akan melanggar janji yang telah dia buat pada Selir Han saat kelahiran putra mereka. "Ck! Aku tidak tertarik menikah dengan gadis yang bahkan lebih muda dari putraku!"

Penatua Huang melepaskan tawa kecil, berfikir bahwa Kaisar mungkin merasa terlalu tua untuk menikahi gadis yang baru berusia dua minggu. "Lalu Yang Mulia, bagaimana dengan Pangeran Ketiga? Bukankah dilihat dari usia, mereka seharusnya cocok?"

Kaisar menggigit bibir bawahnya ragu. Mengambil langkah antisipasi jauh lebih baik daripada harus menanggung penyesalan di kemudian hari. Mengikat dia dengan keluarga kekaisaran seperti bagaimana saran Penatua Huang mungkin bukan pilihan yang begitu buruk.

Kaisar menghela napas dingin. Dia membuat keputusan. Mungkin dia akan berdosa dengan putranya nanti tapi hari ini wajahnya penuh keyakinan. Dia menatap langsung ke arah kepala pendeta lalu berkata, "Baiklah.."

"Anda telah sampai pada keputusan?"

"Persetan dengan akibatnya. Aku akan menikahkan putrinya dengan putraku,"

Panatua Huang merunduk. Ia membuat gerakan memeluk udara sekali lagi, dan tersenyum.

"Yang Mulia sangat bijaksana.."

==========000==========

Flutter : Sound of The Wind

© 2021