PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Hasrat CEO

Hasrat CEO

Penulis:R U M B L E

Tamat

Pengantar
TAMAT PER SEASON! BISA DIBACA PER SEASON Greed Ardour, pria lajang—begitulah katanya— sudah sukses menjadi CEO di perusahaan keluarganya. Greed juga merupakan ketua dari kelompok mafia yang memang sudah ada sebelum Greed dilahirkan, Greed hanya meneruskan apa yang sudah ada sejak dulu. Ia tidak perlu khawatir soal wanita-wanita yang akan selalu siap mengangkankan kakinya jika pria 27 tahun ini meninginkannya. Namun, semuanya berubah saat ia bertemu dengan perempuan ingusan yang masih berstatus mahasiswi di sebuah universitas ternama. Malam di sebuah bar. Greed menumpahkan cairan alkohol masuk ke dalam mulutnya. Berusaha meyakini bahwa ia masihlah belum mabuk. Sampai sebuah jemari lentik berhasil menghentikan aktivitasnya. Waktu seakan berhenti di sekitar pria penuh pesona itu saat ia merasakan bibir lembut dan sialnya akan selalu membuatnya kecanduan. Hell ... Dia?
Buka▼
Bab

Seperti biasa, Greed terbangun dari tidur dan di sampingnya ada wanita yang tadi malam menggodanya di Club dan berakhir di ranjang hotel. Greed bangun dan memakai pakaian. Setelahnya, dia merogoh dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang yang diletakkan di bawah lampu tidur. Tanpa ingin tahu siapa wanita yang tidur dengannya, dia segera pergi menuju di mana mobilnya terparkir.

Namanya Greed Ardour, pria lajang—begitulah katanya—yang berusia 27 tahun yang sudah sukses menjadi CEO di perusahaan keluarganya. Greed juga merupakan ketua dari kelompok mafia yang memang sudah ada sebelum Greed dilahirkan, Greed hanya meneruskan apa yang sudah ada sejak dulu.

Greed membawa mobil, membelah jalan dengan santai, ini masih pukul 3 dini hari dan dia tidak perlu terburu-buru menuju rumah dan pergi untuk bekerja.

Setelah kurang lebih 30 menit perjalanan, akhirnya Greed tiba di rumah yang lebih mirip istana bagi sebagian orang. Beruntung rumah Greed terletak di sekitar hutan yang jarang diketahui orang. Greed memang suka kesunyian, maka dari itu dia membangun rumah di sana.

"Aku pulang," ruahnya. Kalimat yang sudah terbiasa Greed ruahkan, walau hanya ada beberapa orang yang tinggal di sana, itupun hanya pekerja yang membersihkan rumah dari debu.

"Kamu dari mana saja?" tanya seseorang, saat Greed hendak menaiki tangga menuju ruang kerjanya.

"Seperti biasa, Dad," Greed menjawab sambil menyengir dan melangkah melewati pria paruh baya itu.

"Lebih baik kau mandi dan setelah itu temui aku di meja makan. Aku ingin membicarakan sesuatu padamu."

"Yes, Captain."

***

Greed terus tersenyum sembari bersenandung riang, mobil yang dikendarainya melaju sangat pelan. 10 menit lagi dia akan menghadiri sebuah rapat penting. Tapi, bukan itu yang ada dalam pikirannya sekarang. Greed terkekeh melihat tingkahnya kali ini.

"Ayolah Greed. Dia itu hanya gadis ingusan yang baru saja menginjak remaja," ucapnya pada diri sendiri.

"Tapi ... dia sangat manis untuk ukuran gadis ingusan," tambahnya.

"Ini kedua kalinya aku dan dia bertemu, kalau sampai ketiga kalinya. Berarti dia benar-benar milikku," Greed berujar yakin, tanpa menyadari maknanya, dia hanya mengucapkan apa yang hatinya bisikkan.

Ini kedua kalinya Greed bertemu dengan gadis itu, 2 hari yang lalu, Greed dibuat rindu setengah mati. Kemudian takdir membawanya bertemu dengan gadis itu di Coffee Time.

*Flashback on*

Ini sudah gelas ke-5 Greed, namun ia masih belum merasakan mabuk sedikitpun. Tadi pagi Mr. Ardour memberitahu untuk menggantikan posisi ibunya di sekolah yang merupakan aset dari Ardour Corp, jelas Greed menolak karena dia tidak tahu apa yang akan dia ajarkan nantinya, namun Ardour terus memaksa. Membuat Greed mau tidak mau menurutinya.

"Apa tidak bisa digantikan dengan yang lain, Dad?" tanya Greed malas.

"Tidak, kakakmu sedang bulan madu dengan suaminya. Bukankah kau menyayangi ibumu, Greed? Aku akan menemaninya!" jawab Mr. Ardour.

"Jadi siapa yang akan menggantikanku di perusahaan?" Greed bertanya lagi, mustahil untuknya jika meninggalkan perusahaan.

"Tetap kau yang menghandle semuanya, kau tidak perlu menjadi Kepala Sekolah, serta mengajarkan murid materi, ibumu sudah memposisikanmu di bagian konseling, juga siswa di sana jarang membuat masalah. Jadi pekerjaanmu itu ringan, kau juga bisa meminta Thrift—Sekretaris Greed—untuk membawakan dokumenmu, bagaimana? Mudahkan?" jelas Mr. Ardour.

Greed mengusap seluruh wajahnya dengan kasar menggunakan telapak tangannya.

"Mudah, tapi itu benar-benar melelahkan." Greed menghela nafas gusar, sementara Mr. Ardour menatap Greed dengan penuh harap. "Baik ... baik, kau menang orang tua. Kapan aku akan ke sekolah sialan itu?"

"Minggu depan, terima kasih anakku sayang. Sekarang ayo makan dan habiskan makanan mu," ucap Mr. Ardour cepat tidak ingin kehilangan kesempatan.

Greed meneguk gelas ke-7 nya, pandangan matanya beralih pada gadis yang masih terlihat ingusan, yang mungkin memiliki tinggi sekitar 180 cm, sedang bermesraan dengan seorang pria yang lebih tua darinya. Greed tidak mengambil pusing dan kembali meneguk minumannya. Jika Greed ada di posisi pria itu, ia tidak akan bermesraan dengan anak yang baru menginjak remaja.

Saat Greed hendak meminum gelas ke-8 nya seorang gadis yang tadi dilihatnya sedang bermesraan dengan pria di sofa sudut Club menghampirinya, gadis itu memiliki rambut coklat gelap.

Kejadiannya sangat cepat hingga sekarang Greed merasakan gadis di hadapannya menghisap bibirnya lembut dan memainkan lidahnya di dalam mulut Greed, Greed mengerang nikmat dan membalasnya, sekarang Greed merasa benar-benar mabuk. Gadis di hadapannya melepaskan kecupan mereka.

"Mu–ra–han," ucap gadis itu, menyeringai sebelum berjalan menuju temannya, dia melangkah dengan tubuh linglung pertanda dia mabuk.

"Sialan!" maki Greed, dengan keadaan mabuk, Greed hendak menghampiri gadis sialan yang menyebutnya murahan dan mengecupnya seenak jidat, namun ia sudah tidak ada.

Double shit!

*Flashback off*

Greed masih tersenyum jika mengingat kejadian di Club. Tiba-tiba dari arah samping, terdengar bunyi tabrakan, juga mobil yang dikendarai Greed sedikit bergoyang. Ia menghentikan mobilnya dan keluar dengan wajah marah.

Tunggu.

Greed yakin gadis itu sama dengan yang dia temui di Coffee Time dan yang menabrak mobil keluaran terbarunya. Wajah marahnya langsung menghilang digantikan senyum bodoh. Biasanya jika seseorang merusak barang kebanggaannya, ia akan marah dan berakhir pelaku itu akan hilang tak dicari lagi. Siapapun juga akan berpikiran seperti itu.

Greed malah makin tersenyum bodoh, biasanya Greed akan menghabisi siapapun yang berani menginjak harga dirinya. Gadis itu bingung, harus apa.

"Aku butuh uang cash," ucap Greed pura-pura datar.

Gadis itu melongo. "Aku tidak punya uang cash,"

"Kalau begitu, sampai kau punya uang cash, kau baru bisa membayar kerugian mobilku," ucapnya, merogoh ke dalam jas yang ia pakai dan menyerahkan apa yang ia dapat. "Ini kartu namaku." Greed melirik gadis yang menggigit bibirnya di depannya.

"Baik." Gadis itu meninggalkan Greed yang terbengong, motor besar yang di kendarai gadis itu membelah jalanan dengan cepat meliuk-liuk bak profesional.

"Unik. Dia orang pertama yang berani mengabaikanku, menatapku datar dan menginjak harga diriku," ucap Greed.

"Dan ... aah dia tidak ingat siapa aku," sambung Greed, dia kesal tapi untuk saat ini dia lebih banyak tersenyum.

Senyum Greed lenyap saat mengangkat telepon dari Thrift.

[Bunuh saja, si tua bangka itu!] perintah Greed dingin.

[Dan jual putri mereka di pelelangan manusia, Lusa,] sambung Greed dan menutup teleponnya sepihak.

Setelahnya, Greed melemparkan ponselnya di atas dasboard dan memegang gagang setir. Tak lama, dering ponsel terdengar lagi. Dering ponsel yang berbeda dari Thrift tadi. Ada seseroang yang sedang menelponnya dengan menggunakan nomor pribadi yang hanya diketahui orang-orang dekatnya.

Greed kembali melirik ke arah ponselnya yang masih berdering. Menimbang-nimbang siapakah penelpon itu, tapi yang jelas itu bukanlah Thrift. Sebab ia sudah berbicara dengannya.

Akhirnya, Greed meraih ponsel itu, melihat tidak nama disana, namun menerimanya.

[Temui aku di Cafe RisingOne, akan kubayar ganti ruginya.]

Setelahnya, sambungan telponnya dimatikan secara sepihak oleh penelpon itu.

Greed tersentak, tidak ada orang yang berani memutuskan panggilan sepihak, selain dirinya. Tapi, sudut bibirnya terangkat. Penelpon tadi adalah gadis yang bertemu dengannya tiga kali ini.

Greed langsung menjalankan mobilnya, membela jalan menuju alamat cafe tersebut, di parkiran ia sudah melihat motor yang sama yang gadis itu pakai.

"Ternyata dia kaya," gumamnya.

Greed keluar dari mobilnya dan berjalan masuk untuk mencari gadis tujuannya itu. Saat ia sudah melihatnya, Greed tidak langsung menghampirinya. Ia malah berdiri tidak jauh disana sambil menatapnya.

Gadis itu cukup jenuh, sebab beberapa kali melihat jam tangannya. Kemudian ia beranjak. Membuat Greed dengan cepat melangkah menghampirinya, dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana.

"Sebaiknya, kamu duduk dulu," ucap Greed, tanpa diperintah Greed yang angkuh duduk dengan tenang. "Apa kau ingin memesan sesuatu?" tanyanya, melihat-lihat buku menu, tanpa mempedulikan gadis itu yang masih berdiri.

"Tidak!" jawabnya, menarik kursi di depan Greed.

"Aku tahu, kamu belum makan bukan? Aku Greed. Dan kamu?" Menutup buku menu dan memanggil pelayan.

"Aku pesan paket 1, minumannya; 2 caramello dan susu vanilla, susu coklat serta puding mangga," pesannya, gadis itu menatap datar ke arah Greed. "Ahh ... susu baik untuk pertumbuhan remaja sepertimu," lanjut Greed. Tidak memperhatikan gadis yang di depannya mendengus.