PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Lepaskan Bayiku!

Lepaskan Bayiku!

Berlangsung

Pengantar
Ketika melihat bayi yang wajahnya mirip dengannya, mendadak pikiran pria itu kosong. “Ibu kami adalah istrimu, kenapa? Kamu tidak tahu kalau istrimu punya dua bayi?” Bayi kecil itu memandangnya, seolah mengingatkan pada sesuatu. Pria itu tertegun selama dua detik, dan ekspresi wajahnya berubah dalam sekejap. “Sayangku, kamu dimana?” Setelah itu, dia menelepon, wajahnya yang dingin layaknya embun beku, mata yang dingin namun berapi-api, dengan nafas yang memburu menyesakkan, tapi suaranya datar seperti biasa. "Baik, tunggu aku, aku akan segera pergi dan memberikan kejutan untukmu." Bagus, sangat bagus, pria ini ingin melihat berapa banyak hal yang masih disembunyikan wanita itu darinya. Hal ini harus diperhitungkan baik-baik. “Ini terlalu kejam, kan?” Kedua bayi itu tercengang, “Kejutan” ini sepertinya agak besar, dan sepertinya seseorang akan menderita karena itu! ! !
Buka▼
Bab

Hotel Dunianda, hotel termewah dan terelite di Asmerang.

Di Kamar 2201, seorang wanita berbaju merah menyala berbaring di ranjang, kulitnya putih halus bagai salju memikat siapa saja yang melihatnya. 

Wanita di ranjang itu perlahan membuka matanya, merasakan lonjakan panas terus menerus di tubuhnya, raut wajahnya berubah.

Dia dibius oleh seseorang?

Yang membuatnya semakin gemetar adalah, pada saat ini seorang pria, sedang berdiri di depan tempat tidur, menatapnya dengan mata lurus.

Ada kamera besar yang sedang merekam tepat di depan tempat tidur!

Dalam situasi ini, meskipun dia selalu tenang, dia terkejut hingga seluruh tubuhnya berkeringat dingin.

Besok adalah hari pertunangannya. Dia tahu bahwa mereka tidak akan melepaskannya, tetapi dia tidak menyangka mereka akan sedemikian menyiksanya! Ini sangat kejam!

“Kau sudah bangun? Mari kita mulai.” Pria itu tersenyum dengan sinis dan mendekatinya, seraya bermain-main dengan pisau buah yang dipegangnya.

Berdarah dingin, kejam dan bengis.

“Bung, wanita itu sudah bangun.” Diluar dugaan, masih ada seseorang di kamar mandi, sebuah suara percakapan terdengar, semakin membuat orang ketakutan.

Rachmawati menghela nafas secara diam-diam, hati nuraninya memutuskan bahkan dalam situasi seperti ini, dia tidak mau tinggal diam menunggu kematian.

Kemudian, dia tiba-tiba melompat dari tempat tidur, menarik sprei dengan kasar, dan menutupkan sprei ke wajah pria itu.

Dia mengambil satu-satunya kesempatan, dengan cepat berlari ke balkon, berpikir, selama tidak terlalu tinggi, dia akan melompat ke bawah.

Ini adalah satu-satunya solusi untuknya saat ini.

Hanya saja, ketika dia membuka jendela dan melihat ke bawah, dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak terkesiap.

Pada ketinggian ini, jika Rachmawati melompat ke bawah, dapat dipastikan bahwa tulang-tulangnya akan hancur remuk.

Pria itu menatapnya dengan kejam: "Ini adalah lantai 22, tetapi kamu malah mau melompat. Hari ini aku dibayar untuk membereskanmu, hentikan! 

Namun, setelah itu dia melihat bahwa wanita itu masih memanjat jendela, tanpa ada rasa ragu, tak disangka, dia melompat ke bawah begitu saja.

Lantai 22, terjun begitu saja ke bawah?

Dengan sigap pria itu berlari cepat ke arah balkon dan menyadari bahwa wanita itu tidak melompat sama sekali, melainkan melompat ke kamar sebelah melalui balkon, entah mengapa, desain balkon dari dua kamar tersebut berjarak sangat dekat, jendela kamar sebelah kebetulan sedang terbuka.

“Bos, itu kamar Richardus .” Ekspresi pria yang lari dari kamar mandi itu tiba-tiba berubah.

Keluarga Yasmudi, di seluruh Asmerang, tidak ada yang berani mengusik mereka, apalagi Richardus Yasmudi, adalah tokoh mafia berwajah dingin, mengusiknya sama saja dengan mencari mati. 

Raut wajah pria itu berubah menjadi semakin muram.

Kamar sebelah tidak menyalakan lampu, Rachmawati mengira tidak ada siapa pun, tetapi di saat dia melompat, dia menabrak dada seorang pria dengan keras.

Pria itu sepertinya habis mandi,hanya mengenakan piyama. Wanita itu tiba-tiba menabrak dan menarik piyama di tubuh pria itu hingga robek.

Kemudian, Richardus terdorong ke tempat tidur dengan telanjang, tubuh wanita itu menempel erat-erat kepadanya, menekan tubuhnya rapat rapat.

Adegan ini panas dan menggairahkan.

Nafas pria itu memang berhawa dingin, namun memiliki sensasi unik yang dapat membuat orang mabuk. Tiba-tiba Rachmawati merasa seperti diselimuti hembusan nafas itu.

Rachmawati menatapnya, kabur dan tidak dapat melihat dengan jelas, dia malah kebingungan.

Pria itu menyipitkan matanya, ekspresinya tidak terlihat jelas dalam kegelapan, tetapi nafas dinginnya malah menyebar dalam sekejap, menandakan sesuatu yang berbahaya yang menakutkan.

Seorang wanita membuka jendela dan masuk ke kamarnya, lalu 'mendorong' dia ke tempat tidur?

Sayang sekali saat ini Rachmawati tidak merasakan sesuatu yang berbahaya, dia hanya tahu bahwa kedekatan saat ini, membuat tubuhnya merasa nyaman. Bahkan, sepertinya ini belum cukup. Dia secara naluriah menginginkan lebih.

Kemudian, bibir merahnya terbuka sedikit, dan dia menciumnya begitu saja.

Gerakan wanita itu agak canggung,menyentak,semakin liar

Tubuh pria itu menegang,tatapan matanya berubah kelam. Saat bibirnya terangkat perlahan, napas dingin pria itu seakan-akan menerima hawa panas.

Dia menunduk dan menatap wanita yang mencium bibirnya itu dengan sekuat tenaga, Richardus terkejut sejenak. Dia memiliki pengendalian diri yang kuat, tetapi sekarang, godaan wanita yang tak tertahankan ini memberikan getaran pada tubuhnya.

Dia tahu bahwa wanita di pelukannya itu tidak dalam kondisi normal, tubuhnya panas, nafasnya kacau, dan nafsunya yang berlebihan, sangat terlihat jelas bahwa dia telah dibius.

Tangan Rachmawati melingkari bahunya Richardus dgn sekejap, dia mengangkat kepalanya sedikit, bibir merahnya akhirnya mendarat di bibir pria itu, dan tiba-tiba menciumnya.

“Enaknya.” Rachmawati tersenyum puas.

“Benarkah?” Richardus menatapnya, tatapan matanya murung, dan sudut bibirnya dimiringkan sedikit. Dia tiba-tiba berbalik dan menindih wanita itu.

“Apa yang kamu lakukan?” Karena tekanan yang tiba-tiba, Rachmawati merasa sedikit sakit, mengembalikan sedikit kesadarannya, membuka matanya sedikit, menatapnya, tetapi dia tidak bisa melihat apapun dalam kegelapan.

Saat ini, suaranya kehilangan kelembutan dan kemanisannya, suaranya berubah menjadi serak dan datar.

“Mempertanyakan hal ini sekarang, bukankah sudah terlambat?” Bibir tipisnya yang seksi ditunjukkan perlahan, mempesona dan sangat menggoda.

Wanita ini tiba-tiba masuk melalui jendelanya, memeluknya, menciumnya begitu lama. Mengapa tiba-tiba menanyakan hal ini?

Tentu saja, ada banyak wanita yang berada di pelukannya, tetapi dialah yang pertama membuat pria itu sangat menginginkannya.

Harus dikatakan bahwa dia berhasil membangkitkan gairahnya.

Tidak pernah terpikirkan bahwa seorang wanita dapat membuatnya kehilangan kendali. Selama dua puluh empat tahun, tidak pernah ada wanita di sisinya, karena tidak pernah ada wanita yang membangkitkan gairahnya seperti ini.

Dia menundukkan kepalanya, dia mengulum bibir merahnya, nafsu nya begitu kuat bahkan dirinya sendiri terkejut. Keraguan Rachmawati menghilang dalam sekejap, dan kesadarannya bahkan melayang entah ke mana. Mengikuti godaannya, dia merespon secara naluriah, lembut seperti air, bergairah seperti api.