Titania Florence adalah seorang warga negara Indonesia yang bekerja di Inggris.
Tita, biasa dia di panggil bukanlah berasal dari keluarga kaya raya, Ayahnya yang blasteran Indo Belanda menikah dengan sang Ibu yang asli Indonesia, tepatnya berasal dari Sulawesi Utara.
Kehidupan Tita berubah ketika sang Ayah mengalami stroke hingga tidak bisa bekerja. Keadaan itulah yang memaksa Tita sebagai anak tunggal dalam keluarga itu untuk ikut serta membantu perekonomian keluarganya. Awalnya Tita kuliah sambil bekerja di Manado, namun setelah melihat saudara jauh dari Ibunya yang bekerja di Luar negeri, Tita pun bertekad untuk bisa kerja diluar juga karena iming-iming gaji besar tentunya.
Setelah berhasil mengumpulkan uang dan mendapat restu dari Orang tuanya, Tita pun memilih berangkat ke Inggris dan bekerja disana dengan visa turis yang ilegal. Inggris adalah pilihan utama Tita karena Tita sangat menyukai negara Inggris.
Kini 2 tahun sudah lamanya Tita berada di inggris. Tita kini bekerja di sebuah hotel ternama Royal Crown hotel di Inggris sebagai office girl. Kerjaan Tita tentunya merapihkan kamar kamar hotel dan membersihkan semuanya.
Marco Oliver terkenal selain sebagai salah satu anak dari pengusaha Inggris ternama, Robert Oliver. Marco juga dikenal sebagai seorang publik figur, Aktor, Sutradara juga Model. Terlahir dengan wajah tampan dan mempunyai bentuk badan yang proposional menjadi daya tarik sendiri bagi Marco, itu sebabnya tidak sulit bagi Marco untuk mendapatkan seorang perempuan cantik manapun yang dia suka.
Marco memang disukai banyak kaum hawa namun di sisi lain, Marco juga mempunyai banyak musuh yang ingin menjatuhkan karirnya, mulai dari memfitnahnya sampai berusaha bermain curang dibelakangnya.
Sikap Marco yang terkenal dingin dan sombong itulah yang membuatnya tidak disukai lawan bisnisnya. Sifat baiknya dan ramahnya hanya ditujukan untuk orang orang terdekatnya atau yang sudah dikenalnya.
Siang itu,
Marco baru saja menyelesaikan kegiatannya sebagai seorang model, yaitu melakukan pemotretan untuk produk jam tangan mewah.
Pemotretan dilakukan di salah satu kamar VVIP Room di Royal Crown hotel. Seperti biasa selesai melakukan pekerjaannya, Marco menghabiskan waktu beberapa jam dengan model cantik yang menjadi pasangannya dari iklan.
Setelah selesai dengan aksinya, keduanya pun segera bergegas kembali ke kehidupan mereka masing masing.
Marco harus kembali ke kantornya karena mendapat telepon dari Brian, asistennya bahwa Marco harus kembali ke kantor untuk menemui klien penting yang baru tiba dari Korea.
Hingga tanpa sadar, setelah menerima telefon, Marco lari ke dalam kamar mandi, setelah itu Marco tidak sengaja meninggalkan dompet juga ponsel yang habis dia gunakan di meja rias kamar hotel.
Tita mendapatkan jadwal untuk membersihkan beberapa kamar VVIP di lantai 5 Royal Crown Hotel.
Saat Tita memasuki kamar 201, Tita menemukan sebuah dompet juga ponsel yang bisa dia taksir harganya sangat mahal sekali kalau dia lihat dari bentuk dan modelnya.
"Loh! apa ini?" Sambil mengambil Dompet dan juga ponsel yang dibiarkan tergeletak di nakas meja. "Wahh, ini ponsel keluaran terbaru nih," ucap Tita terpukau. "Aku yakin, harga ponsel ini pasti 10x lipat lebih mahal dari harga ponsel aku nih," ucapnya lagi tak henti terkagum mengamati ponsel mewah di tangannya. Sekarang mata Tita tertuju ke dompet yang juga berbalut berlian indah. "Astaga, dompet luarnya aja keliatan mahal banget, apalagi isi di dalamnya yah" Kembali layaknya orang yang tidak pernah melihat barang barang mahal, reaksi Tita benar benar cukup membuatnya kaget sendiri. "Kalau aku ambil 2 barang ini dan aku jual wahh bisa bisa aku kaya mendadak nih," serunya lagi.
"Enggak enggak"
Tita dengan cepat meletakan kembali ponsel juga dompet yang tadi dia pegang lalu reflek memukul tangannya.
"Demi apapun juga, Mama Papa gak pernah ajarin aku jadi pencuri. Enggak, aku gak boleh ambil ini, bahkan punya pikiran mencuri pun aku gak boleh," Ucap Tita bergumam sendiri.
Marco yang sudah sampai di kantornya itupun baru tersadar bahwa dia kehilangan ponsel juga dompetnya.
"Brian!"
"Iya Bos, ada apa?"
Sambil mengusap wajahnya, "Ponsel dan dompetku sepertinya ketinggalan di hotel," seru Marco.
"Kok bisa bos?" tanya Brian.
Jelas saja pertanyaan Brian ini memantik emosi di wajah Marco, "Apa maksud pertanyaanmu dengan "Kok bisa Bos?" seru Marco kesal.
Kan, aku lagi yang disalahin, hadeh! Kebiasaan Bos nih, orang cuma tanya baik baik juga~Decak Brian dalam hati.
"Maaf Bos, bukan seperti itu maksud saya, tapi....."
"Sudah hentikan!"
Ucap Marco memotong kalimat Brian. "Coba kau telepon nomorku siapa tau ada yang angkat," suruh Marco memberikan perintahnya.
"Baik Bos!"
Brian tidak mau membantah Marco karena dia tahu betul sikap Marco.
Brian lalu mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi nomor Marco.
Royal Crown Hotel, kamar 201 VVIP
"Lebih baik aku simpan dan bawa ke bagian resepsionis aja, siapa tau nanti pemiliknya mencarinya," ujar Tita. Tita pun kembali mengambil ponsel dan dompet Marco. Namun saat akan keluar kamar, tiba tiba ponsel Marco berdering di tangan Tita, Tita pun begitu terkejut, sampai membuatnya terduduk di lantai karena kuatnya dering ponsel Marco.
"Aisshhh!"
"Gila ya, dering ponsel apa klakson mobil sih kenceng banget," rutuk Tita kesal. "Untung aku gak jantungan," kembali ocehan keluar dari mulut Tita.
Dering ponsel Marco terus berbunyi, dan itu membuat pergolakan batin di hati Tita, dia ingin mengangkatnya namun dia takut.
"Aku angkat apa enggak yah!"
Brian terus menghubungi nomor Marco, namun ponsel Marco tidak kunjung diangkat.
Tita yang cukup pusing mendengar dering ponsel yang suaranya kencang itupun akhirnya memutuskan untuk mengangkatnya, namun karena tergesa gesa, Tita justru tidak sengaja memencet tombol menolak.
"Eh! yahh kok kepencet sih" Seru Tita.
"Lah! Kok di reject sih?" Gumam Brian, suara reflek dari Brian jelas bisa ditangkap indera pendengaran Marco.
"Wait, apa maksudmu di reject? jadi ponselku...."
"Buu--uukkaan Bos, Ponsel Bos pasti masih aman Bos," seru Brian.
Astaga, siapapun orangnya yang disana, lebih baik kembalikan ponselnya, daripada kalian menyesal nanti berurusan dengan seorang Marco~batin Brian.
Marco tidak mau mendengar kata kata Brian, dia pun menyambar ponsel Brian dari tangan Brian sang pemiliknya. "Biar aku yang hubungi," imbuh Marco.
Kembali dering ponsel berbunyi lagi di hadapan Tita.
"Lebih baik aku angkat ini," ucap Tita. Dan kali ini, tidak ingin mengulangi kesalahannya. Tita pun dengan hati hati mengambil ponsel di depannya dan memencet tombol hijau.
"Halo" Jawab Tita pelan.
Degh!
Baru saja kata kata makian ingin Marco luncurkan dari mulutnya, namun akhirnya suara lembut Tita berhasil membuat Marco diam beberapa saat.
Suaranya begitu menenangkan~batin Marco.
"Halo"
Kembali suara Tita bergema di indera pendengaran Marco. "Halo, siapa ini?" kembali Tita mencoba menyapa.
Sial! Kenapa denganku~Umpat Marco.
"Halo, saya Marco! Saya pemilik ponsel yang anda sedang pegang saat ini," balas Marco menyahuti Tita.
OH! ternyata dia pemiliknya.
"Marco Oliver, namaku Marco Oliver, aku pemilik ponsel yang sedang kamu pegang," imbuh Marco lagi.
Marco Oliver? Marco Oliver, siapa yah? kayaknya namanya gak asing tapi siapa ya?batin Tita terus berbicara.
"Cepat kembalikan ponselku kalau anda tidak ingin bermasalah denganku"
Tiba tiba suara ancaman keluar dari mulut Marco yang berhasil membuat Tita bergidik ngeri.