PopNovel

Baca Buku di PopNovel

PEMUAS HASRAT ANGELA

PEMUAS HASRAT ANGELA

Penulis:Rhaniie

Berlangsung

Pengantar
Angela adalah seorang Janda kaya yang haus akan belaian. Dia memiliki paras cantik dan tubuh yang sexy. Bukan hanya itu, Angela juga seorang Wanita yang cerdas. Oleh karna itu, Angela bisa memajukan usahanya sampai sesukses sekarang. Meski tanpa mempunyai seorang pendamping di sisinya. Kelakuan buruk, Angela adalah, Ia sering membayar para Lelaki ONE NIGTH STAND hanya untuk menjadi pemuasnya saja. Harta dan kekuasaan yang ia miliki memudahkannya untuk mendapatkan apa yang ia mau dan ia perintahkan. Suatu hari, Angela bertemu dengan seorang Pria biasa. Ia jatuh hati padanya, dan menginginkannya. Akankah, Angela bisa memiliki Pria tersebut?
Buka▼
Bab

.Jika aku beri tanda ini "

" berarti naskah ini sudah direvisi, ya? Dan kalian bisa membacanya.

Perlahan aku akan memperbaikinya.

.

.

Happy reading ….

.

.

.

.

TIDAKKKKKKK ! ! !

Angela menjerit saat mendengar kabar duka dari seorang Polisi yang datang ke rumahnya untuk ikut bersamanya ke sebuah Rumah Sakit.

Angela lemas, lesu, dan pingsan seketika itu juga.

"Nona! Nona!"

Para Bibi yang juga ikut syok malah tambah syok saat melihat majikannya pingsan.

Mereka kocar-kacir berusaha untuk menyadarkannya.

Setengah jam lamanya Angela tidak sadarkan diri.

"Tidak. Ini tidak mungkin. Tidak, tidak, tidaaaaakkkkkkkk!" Angela beringsut dengan deraian air mata yang semakin deras membasahi pipinya.

"Maasssss!" Angela meremas kepalanya frustasi, "Ibuuuuuuuu." Ia terisak sambil meremas kedua lututnya, "Ayaaaahhhhhh."

Brukkkk ….

Angela kembali terkulai lemas, dan kali ini sangat lah lama.

Semua para Pelayan ikut prihatin. Sebagian dari mereka membawa Angela ke kamarnya dan berusaha untuk menyadarkannya, dan sebagian lagi mengurus jenazah yang masih berada di Rumah Sakit.

Hari yang mulai gelap, dan Angela masih belum sadarkan diri.

"Gimana ini, Pak?" Anggun ---- Seorang kepercayaan Angela mondar-mandir bingung juga khawatir.

Jenazah yang sudah terbalut kain putih perlu untuk segera dimakamkan, sedangkan Angela masih belum juga sadar.

"Coba kamu oleskan minyak itu lagi, dan sebanyak-banyaknya."

Anggun mengangguk. Ia kemudian mengoleskan minyak wangi tersebut sebanyak mungkin pada area hidung Angela. "Maafkan aku, Nona," ucapnya dengan terus mengoleskan kayu putih itu pada hidung Angela.

Eunghhhhh ….

Angela melenguh halus seraya mengerjapkan matanya.

Senyum tipis tercetak di wajah ketiga orang yang ada disana.

"Alhamdulillah," gumam mereka bersamaan.

"Mas! Mas! Kamu dimana, Mas! … Ibu, Ibu, Ibuuuuuuuuu."

Angela langsung turun dari atas ranjang dengan gontai melangkahkan kakinya menuju pintu.

"Nona, Nona." Mereka berusaha untuk menghalanginya, namun ….

"Biarkan saja, Gun. Kasihan sama jasad yang malah dibiarkan," ucap seorang Pria yang baru naik dan berpapasan dengan mereka bertiga.

Mereka menunduk lesu.

Tidaaaaakkkkkkk. Masssssss ! ! !

Mereka berempat mendongak cepat, lalu berlari ke lantai bawah.

"Mas. Gak mungkin. Mas, kamu masih hidup 'kan? Mas?! Mas!" Angela memeluk satu jasad dengan air mata yang berderai. "Mas, katanya kamu mau sehidup semati denganku, Mas," Angela sesenggukan di atas tubuh yang terbujur kaku dengan kain putih.

"Nona, mohon jangan seperti itu. Kasihan suami Nona." Siti yang sudah berada disampingnya berusaha untuk melepaskan pelukan Angela pada tubuh suaminya.

"Diam!" Angela menyingkirkan tangannya. Sorot matanya beralih pada dua jasad yang berada di samping suaminya.

"Ibuuuuu. Ayaaaahhhhh. Kenapa kalian tega meninggalkanku, Bu. Kenapa, Yah? Angela sama siapa, Bu, Yah? Angela tidak mau, Bu? Angela tidak mauuuuuu?"

Rumah mewah yang sangat nyaman sebelumnya, kini berubah menjadi lautan duka dan air mata.

Seisi rumah ikut menangis dengan kematian majikan-majikan mereka.

Sebuah kecelakaan yang entah apa penyebabnya yang sudah merenggut semua anggota keluarga Angela, dan membuatnya menjadi sebatang kara.

.

.

.

Setelah kepergian mereka bertiga, Angela bukanlah Angela yang dulu lagi. Bukanlah Angela yang periang lagi. Ia menjadi pribadi lain.

Kantor yang sudah dibesarkan, kini terlantar akibat sebuah insiden yang memilukan hari itu.

Angela terus mengurung dirinya di kamar dengan segudang kepiluan yang teramat dalam pada hatinya.

"Kenapa Tuhan jahat padaku?! Kenapa kau ambil semua anggota keluargaku? Kenapa?"

Setiap teringat akan hari itu, Angela kembali menangis. Tak ada siapapun yang bisa menenangkannya, malah … siapapun yang berusaha untuk menghiburnya malah mendapatkan semprotan dari mulut pedasnya.

Brakkk ….

Tak sedikit barang yang sudah Angela rusak.

Prang ….

Tak sedikit perabotan Angela pecahkan. Semua barang kesayangannya habis tak tersisa. Termasuk kenang-kenangannya bersama suami tercintanya.

"Mas. Kenapa kau mengingkari janjimu, Mas? Kenapa?!" Hanya satu yang Angela punya tentangnya. Tentang kebaikan yang selalu ia tanamkan untuknya.

"Massssssss!"

Semua orang yang berjaga di luar dan di dalam kamar Angela meneteskan air matanya ikut sedih pada nasib yang datang pada majikannya.

"Nona. Nona sabar, ya?" Siti duduk di samping Angela. Ia mengelus punggungnya lembut sambil menyemangatinya.

"Nona tidak boleh seperti ini. Kasihan Tuan, Nona. Dia tidak akan bisa tenang di alam sana kalau Nona seperti ini terus." Anggun ikut duduk di sebelah Angela juga.

Angela menatap mereka berdua. "Kalian tidak tahu bagaimana rasanya ditinggalkan sama semua orang yang aku cintai! Kalian tidak akan pernah tahu?!"

"Nona." Pak Tejo mendekat. Ia tersenyum manis seraya meraih tangan Angela lembut, "Kami tahu, Nona. Kami sangat tahu. Apalagi aku, Nona. Aku tahu bagaimana rasanya ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi."

Angela terisak. "Kenapa harus mereka, Pak! Kenapa harus semua sekaligus, Pak! Kenapa?!" Angela kembali terisak.

Mereka semua kembali diam. Bicara Pun tidak akan pernah masuk dengan keadaannya yang masih seperti ini.

.

.

.

Hari demi hari Angela lewati dengan kesakitan yang masih belum bisa dilupakan olehnya.

Segudang pekerjaan menunggunya, tetapi Angela masih enggan untuk melanjutkannya.

Ia masih belum bisa menerima kepergian suami juga orang tuanya.

Tak ada senyum termanis di setiap pergerakkan juga hari-harinya, membuat semua pelayan di rumahnya ikut bersedih dengan berlarut-larut.

"Silahkan, Nona." Tiga orang pelayan menyajikan berbagai makanan kesukaannya, namun ….

Angela langsung terisak sambil menatap semua makanan yang ada di hadapannya.

"Kembalikan ke dapur semuanya, Bi." ucap Pimpinan yang tidak tega melihat majikannya yang malah terisak.

"Ibuuuuuu."

Mereka semua ikut menangis.

"Aku kangen Ibu," ucapnya di sela-sela isakan.

"Nona." Beberapa orang memeluknya hangat dengan deraian air mata juga.

"Nona. Sudah, ya? Jangan berlarut-larut dengan kesedihan." Pimpinan menyingkirkan mereka semua, lalu ia memeluknya hangat. Tak hanya memeluk, Pimpinan juga mengusap-ngusap bahunya lembut.

Angela mendongak, menatapnya dengan senyum tipis tercetak di wajahnya.

"Nona seharusnya bangkit. Nona harus buktikan pada dunia, bahwa Nona bisa tanpa mereka," ucapnya seraya menghapus seluruh air matanya yang mengalir.

"Nona juga cantik. Jadi, Nona bisa mendapatkan Pria yang lebih dari Tuan. Nona bisa mendapatkan Pria yang lebih baik dan lebih tampan dari Tuan."

"Pim! Apa kau mencob,"

"Shut!" Pimpinan menempelkan satu jarinya pada bibir Angela, "Nona. Memang dia adalah suami Nona. Tetapi dia sudah tiada."

"Pim!"

Pimpinan menggeleng dengan jari masih menempel di bibir majikannya. "Nona. Nona masih bisa berbakti padanya … dengan cara memberinya doa juga ayat-ayat suci. Tuan pasti akan bahagia dan tenang di alam sana."

"Tapi?"

"Nona. Bangkitlah. Semua orang butuh Nona. Butuh semangat dan senyuman dari Nona."

Angela melirik semua orang yang ada disana.

Senyuman manis tercetak di wajah mereka masing-masing.

"Nona. Perjalanan hidup Nona masih panjang. Jadi, ayo! Kita berjuang sama-sama. Kita semua mendukung Nona. Kita semua menanti Nona yang ceria seperti dulu lagi," tambah Pimpinan lagi.

Angela memeluk tubuh Pimpinan hangat. Tapi,

Trrrrrr ….

Darahnya berdesir naik turun dengan perasaan yang gelisah. "Apa ini?" gumamnya seraya melepas cepat-cepat pelukannya.

Pimpinan merengut aneh. "Kenapa, Nona?"

Angela menggeleng. Ia langsung pergi ke lantai atas meninggalkan mereka dengan segudang kebingungan.

"Kenapa?" tanya Pimpinan pada yang lain.

Mereka mengedikkan bahunya.

"Mungkin kamu bau, Pim?" ucap Pak Tejo.

"Ish! Sembarangan." Pimpinan mencoba mencium badannya sendiri, "Enggak, kok," ucapnya.

"Terus?"

"Mungkin lo salah-salah kata," timpal Anggun.

Pimpinan menggaruk tengkuknya bingung.

.

.

Sebelum lanjut, teken dulu love-nya.

Follow juga akunnya. Heheh ....

Baca juga cerita THE SEXY BABYSITTER. Seru!

.

.

Terima kasih banyak atas dukungannya

Love, love buat kalian....