PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Gadis Impian

Gadis Impian

Penulis:Dedek_lupi

Berlangsung

Pengantar
Percintaan yang membuatnya bingung untuk memilih karena dirinya dikagumi oleh banyak lelaki membuat Citra yang mempunyai nama asli Aura tersebut menjadi seorang wanita yang sangat memilih lelaki yang akan menjadi teman hidupnya. Siapa yang tak tergiur dan tak jatuh cinta kepada seorang wanita yang baik hati dan mempunyai paras yang sangat cantik? "Bagaimana bisa kamu mempunyai kulit bersih dan terawat seperti itu?" tutur temannya. "Gampang saja sihh hanya perlu..." Bagaimanakah kelanjutan kisahnya? Yuk baca hanya di Gadis Impian!
Buka▼
Bab

"Aura ..." panggil seorang Ibu sambil membuka tirai jendela, "Walau M jangan malas-malasan dong! Cepat bangun," lanjutnya, Ibu yang cantik dengan hijab syar'i.

"Heemm" Aura pun membuka matanya, ia beranjak dan memeluk wanita yang melahirkannya.

"Bau.." gurau Ibunya dengan menutup hidung, Aura mengembus bau badannya, segera ke kamar mandi.

Dua puluh menit, ia keluar dari kamar mandi terlihat fresh dan cantik, gadis umur 23 tahun ini tinggi 155 cm dan berkulit bersih, asli kelahiran Jakarta.

Rambut panjangnya ia usap dengan handuk sambil bersolawat pelan.

"Asroqol badru a'laina.." ia asik bersolawat hingga tak sadar ada telpon masuk.

"Yah telat." keluhnya, Aura kembali menelpon nomer yang tertulis di layarnya, Bang Dimas.

"Assalamua'laikum..." jawabnya ketus tiada manis-manisnya.

"Wa'alaikumsalam, bagaimana kuliahmu ada pekerjaan nih!" tanya sekaligus menawari.

"Kakak iparku..., aku masih skripsi, kerja di kantor? Apa di mana?" Aura mulai penasaran.

"Iya, gantiin aku, bisa kan? Aku lagi sakit nih, Bosnya juga masih muda mungkin jika kamu bekerja bisalah gantiin aku, ya..., ayolah!" bujuk Dimas, Aura membuang nafas ia masih berfikir-fikir.

"Kantornya di mana? Tapi jika aku berhasil kerja uangnya untuk aku kan!" Aura meminta kejelasan.

"Ya bagi dong Adik ipar! Apa kamu tidak kasian sama Naima kan butuh susu sedang bapaknya lagi sakit." jelas Dimas, Aura tertawa.

"Okelah dari pada mikirin Bapak mau jodohin terus, pusing aku!" ceplosnya.

"Di jodohin? Sama siapa?" Dimas penasaran

"Kepo! Heh nanti kirimkan alamatnya, biar aku cus kesana, oke, aku laper mau makan dulu. Assalamua'alaikum.

"Wa'alaikumsalam" telpon tertutup.

Aura pergi ke meja makan, Bapaknya sedang mengaji di kamarnya. Aura hanya mengamati sambil memakan buah pisang. Tak lama Bapaknya datang, menarik kursi kayu dan duduk di samping Aura.

"Cepat nikah, pemuda penjual bunga itu soleh lho...," bujuk Bapaknya yang kemudian mengambil nasi lalu menuangkan di piring kosongnya.

"Bapak, jangan dulu, aku mau kerja..., lagian pemuda itu bukan tipeku, aku inginnya yang soleh juga sedikit dingin biar seru." ujar Aura mengelak.

"Nikah ok pakek seru-seruan."

"Selama ini kan aku mengindar dari pacaran, jadi biar aku sendiri yang menentukan pendamping untuk hidupku, Bapak tenang saja, aku juga memilih pria soleh yang tepat untuk jadi imamku." Aura terlihat tenang, ia kembali ke kamarnya, Bapaknya hanya menggeleng heran.

Aura melepas handuk di kepalanya lalu menyisir rambut panjangnya.

"Aku takut kehilangan cintamu, aku takut, takut kehilanganmu..., aku tak akan bisa, aku yang bisa gila...

Nyanyi apa sih kamu..." Aura memakai jilbabnya, ia sudah berpenampilan rapi, anggun dan cantik, jilbab pasmina warna abu-abu, yang ia kenakan menambah ayu berseri, sambil menyanyi.

"Saat pertama, ku melihatmu, ku rasa sesuatu yang berbeda..., ku ingin mendekatimu tapi ku takut kau menjauh...., Ana uhibbu kafillah, ku mencintaimu karna Allah, jika dia yang terbaik untukku satukan hati kamuli ya Allah..." Ia menghela nafas, "Aku menyanyi seperti orang yang tersiksa rindu." Aura segera pergi dari kamarnya, ia mengambil tas, hp lalu berjalan cepat, ia berpamitan dengan mencium tangan kedua orang tuanya.

"Assalamu'alaikum" teriaknya dengan keluar dari rumah.

"Wa'alaikumsalam." jawab pemuda yang entah datang dari mana, ia menurunkan pot-pot yang di pesan Ibunya Aura, Ibunya Aura sangat menyukai bunga-bunga indah dan cantik berjejeran di depan Rumah Aura, Aura memakai helmnya.

"Eh Mas, jangan modus!" tegur Aura, yang kemudian pergi dengan motor metic merek fino. Pemuda itu hanya tersenyum tipis mendengar perkataan Aura dan kembali menata bunga-bunga.

"Pagi-pagi udah ke rumah mengantar bunga, modus banget sih. Aduh..." gumam Aura, yang jelas tidak suka pada pemuda itu, ia naik sepeda motornya.

Jam delapan pagi, ia mengambil berkas di kampusnya, mata pemuda pun tak henti memandang Aura.

"Heh maksiat!" tegur Aura, ia segera menutupi wajahnya dengan map berwarna hijau, berjalan merunduk ia pun menabrak seseorang.

Brug.

Aura segera berdiri, "Maaf..." Aura merunduk.

"Lain kali hati-hati." jawab pemuda itu, Aura berjalan cepat.

"Aura..." panggil gadis berambut pirang.

"Iya!" Aura menoleh dan berhenti berjalan.

"Kamu berhasil membuat dosen muda itu menatapmu." ujarnya yang memperhatikan Aura.

"O..., nggak penting." Aura pergi begitu saja, dan membuat kesal temannya, padahal dosen muda itu adalah idola kampus ganteng, keren, dan cute. Begitu acuh Aura, ia segera ke perpus untuk mengambil buku yang harus ia pelajari jika ingin di terima di kantornya.

Tak lama ia hanya menyewa buku-buku tebal itu, ia segera ke kantor yang alamatnya baru masuk chat whatsappnya.

"Jalan Zebra nama kantornya PBC itu alamatnya, bilang saja kamu aku yang mempresentasikan."

"Oke Mas." Aura hanya singkat membalas chat kakak iparnya, ia bergegas ke kantor dengan menaiki motornya, dengan memakai GPS, petunjuk jalan di hpnya, ia sampai.

Turun dan melepas helmnya, namun mobil di belakangnya mengklakson sampai membuat Aura terjingkat.

"Tin, Tin Tin." Suara bising dari mobil Inova terbaru. Aura merunduk dan menutup kedua telinganya.

Pemilik mobil keluar, dan menyuruh Aura membawa pergi motornya.

"Pasti dia bos." gumamnya.

"Iya maaf," Aura tidak mau berdebat ia membawa pergi motornya, dan memarkirkan di tempat lain.

Ia segera masuk kekantor, di antara pagi hari ini ia sudah bertemu 3 pria keren dan menarik hati, pemuda pengantar bunga, dosen muda, dan bos keren dan ganteng.

Namun ia sama sekali tak peduli, Aura datang membawa berkas pengajuan pekerjaan.

"Pagi..." Aura masuk ke ruangan bosnya,

"Pagi silahkan!" sambut bos yang sibuk menata berkas-berkas, ia baru melihat Aura, sedikit tercengang karna kecantikan alami dari gadis itu, sungguh benar gadis idaman.

"Saya di rujuk dari Mas Dimas." ujar Aura, Bosnya malah diam karna terpesona.

"Pak." panggil Aura menyadarkan Bosnya dari lamunan.

Dasar pria! Apa coba yang ada di fikirannya, sangat mengerikan!

batinnya.

"Maaf, silahkan duduk." suruh bosnya.

"Ini proposal saya silahkan di priksa." Aura menyodorkan map yang di dalamnya berisi penilai-penilainya di kampusnya, gadis ini memang sangat cerdas dan berkualitas.

Gadis sempurna, "Tapi saya belum di sarjanakan!" Aura jujur dengan statusnya.

"Kamu sangat berprestasi, okelah 1 bulan lagi jika sudah sarjana kamu kembali kemari oke!" suruh bosnya yang masih mengantung Aura.

"Oke Pak!" Aura berdiri.

"Kamu mau jadi babysitter sementara!" tawaran yang sangat mengejutkan, "Aku akan menggajimu dengan bayaran mahal." tatapan bos itu punya arti.

"Maaf pak, saya tidak telaten mengurus anak, saya tidak bisa." tolak Aura agar tidak menyinggung.

"Sebenarnya ini anak nemu, aku pusing!" gumam bosnya.

"Apa!" Aura yang mendengar langsung duduk.

"Kemarin ada seseorang yang meletakkan bayi di depan rumah. Aku sudah melapor ke polisi, dan masih di selidiki, dan pembantuku sendiri sedang sakit pulang kampung. Ya sudah tidak papa!" jelas bosnya, Aura berfikir.

"Bagaimana kalau temanku!" Aura menawarkan temannnya, Bosnya langsung menatap Aura, namun ia segera merunduk.

"Ini nomer telponku, nanti bapak saya kabari. Assalamu'alaikum." Aura meninggalkan nomer telponnya.

"Oke Wa'alaikumsalam." Bosnya masih mengamati Aura, Aura segera pergi.

Bukanya aku kepedean tapi tatapannya, sungguh mengerikan!

batinnya.

Bersambung