PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Pengasuh CEO

Pengasuh CEO

Penulis:Pritca

Berlangsung

Pengantar
Kehilangan orang tersayang bukanlah suatu hal yang bisa diterima dengan lapang dada. Bagaimana bisa seorang perempuan hidup sebatang kara karena kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Keslyn, dialah perempuan tangguh yang menjalani hidup sendiri. Meski kini ia sudah berusia 22 tahun, tetaplah seorang perempuan perlu adanya perhatian dan perlindungan. Kini ia harus bekerja dan menghidupi dirinya sendiri. Tantangan pekerjaan yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya harus ia jalani. Menjadi seorang asisten pribadi CEO perusahaan Delux Company, pekerjaan yang awalnya ia bayangkan akan mudah, namun ternyata lebih buruk dari yang ia bayangkan. "Kalau seperti ini, rasanya jabatanku bukan sebagai asisten pribadi CEO, tapi lebih ke pangasuh CEO. Hal pribadi pun harus aku yang urus. Kenapa dia tidak menikah saja," batin Keslyn.
Buka▼
Bab

Survive

Dengan bangga Keslyn pulang setelah acara wisudanya, betapa ia ingin segera sampai ke rumah dan memberi tahu Ayahnya bahwa ia berhasil menjadi wisudawati terbaik. Walau pun ia tak seperti teman-temannya yang diantar oleh keluarga besar, namun Keslyn tak berkecil hati, ia cukup mengerti dengan kondisinya. Ibunya yang meninggal akibat penyakit kanker yang di derita saat 10 tahun yang lalu, juga Ayahnya yang sangat sibuk menjadi sopir seorang CEO di perusahaan ternama di Indonesia.

"Loh, kok rumahku rame banget. Ada apa?" Keslyn masuk ke dalam rumahnya yang sederhana namun sangat nyaman. Dengan halaman yang luas dan taman yang dipenuhi banyak bunga yang ditanam oleh Keslyn dan Ayahnya.

Keslyn masuk ke area rumahnya dengan para tetangganya yang menatap dirinya dengan rasa iba.

"Yang sabar ya, Nak Keslyn," ucap Ibu-ibu yang baru keluar dari rumahnya.

Perasaan Keslyn tiba-tiba tak enak. "Ayah..." Keslyn berlari ke dalam rumah dengan masih memakai baju kebaya dan membawa paper bag berisi baju wisudanya.

Keslyn melihat Ayahnya sudah terbaring kaku. "Ayah..." tangis Keslyn sudah tak bisa terbendung lagi, ia memeluk jasad Ayahnya yang sudah siap untuk dikebumikan.

"Ayah kenapa tinggalkan Keslyn. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi kalau Ayah pergi."

Seorang wanita berusia setengah abad menghampiri Keslyn dan mengusap punggungnya.

"Kamu yang sabar, ya."

"Ibu ini siapa?" Keslyn menoleh.

"Perkenalkan nama saya Aryani, saya adalah istri dari bosnya Ayah kamu."

"Memangnya apa yang terjadi pada Ayahku?"

"Diperjalanan dinas, Ayah kamu dan suami saya hampir saja di rampok, dan Ayah kamu sudah mengorbankan nyawanya demi suami saya. Dan sekarang suami saya kondisinya kritis di rumah sakit."

"Apa?" Keslyn kembali melihat Ayahnya. "Ayah, Ayah itu orang baik, tapi Ayah sudah mengingkari janji Ayah sama aku. Aku tidak bisa hidup sendirian, Yah."

"Saya tidak tahu harus mengucapkan terima kasih atau rasa penyesalan atas semua yang terjadi. Saya bersyukur suami saya baik-baik saja. Tapi, saya juga tidak berharap sesuatu yang buruk terjadi pada Ayah kamu yang sudah mengabdi bekerja selama 30 tahun kepada suami saya."

Keslyn berusaha setegar mungkin, ia sadar bahwa semua yang terjadi tentu pasti akan ada hikmahnya.

"Tak apa, Bu. Mungkin ini yang terbaik untuk Ayah. Tugas Ayah untuk menjagaku sudah selesai. Dan sekarang aku hanya perlu belajar untuk hidup sendiri."

"Bagaimana kalau kamu tinggal di rumah saya. Saya akan anggap kamu sebagai anak saya sendiri sebagai rasa terima kasih dan permintaan maaf saya."

"Tidak perlu, Bu. Aku juga tidak ingin meninggalkan rumah peninggalan Ayah dan Ibuku. Aku juga sudah besar, aku tinggal mencari pekerjaan dan melanjutkan hidupku."

"Kalau kamu menolak tawaran untuk tinggal di rumah saya, kamu mau kan jika saya menawarkan kamu bekerja di perusahaan suami saya?"

'Sebenarnya aku ingin menolak, tapi kesempatan ini sangat langka. Semua orang menginginkan bekerja di perusahaan itu.' Keslyn.

"Terima kasih tawarannya, Bu."

"Saya harap kamu tidak menolak tawaran saya kali ini. Kamu bisa datang ke perusahaan suami saya setelah kamu siap."

Hari-hari berlalu, Keslyn masih terbalut rasa duka kehilangan untuk yang kedua kalinya.. Tak ada kegiatan lain selain ia mengunjungi makam Ayah dan Ibunya sendiri.

'Aku tidak boleh seperti ini terus, aku harus bisa survive. Hidupku tidak berhenti hanya karena rasa sedih berlebihan yang aku rasakan sekarang.' Keslyn.

Satu minggu kemudian, Keslyn mantap untuk mendatangi perusahaan Delux Company, tempat Ayahnya bekerja dulu. 'Berharap tidak apa-apa, kan? Semoga tawaran Ibu Aryani tidak main-main.'

"Huh," Keslyn merapikan rambutnya saat ia turun di halte. Perusahaan Delux Company sudah terlihat begitu megah. Keslyn mengeluarkan bedaknya dari tas, ia merapikan make up dan menambahkan lipstik di bibirnya.

Dengan langkah percaya diri Keslyn memakai heels yang tak lebih dari 5 centimeter, dengan blouse warna peach yang dipadukan dengan rok span sebatas lutut, juga rambut yang sudah ia tata dengan membiarkannya tergerai indah.

"Permisi, Mbak."

"Ada yang bisa saya bantu," ucap resepsionis yang ia hampiri.

"Saya mau melamar pekerjaan. Ini berkas lamarannya."

"Oh, maaf, Mbak. Untuk saat ini perusahaan kami tidak membuka lowongan pekerjaan. Tapi saya akan mendrop lamaran yang sudah Mbak bawa."

"Oh, begitu, ya."

'Apa aku terlalu telat untuk datang ke sini menerima tawaran dari Ibu Aryani itu?' Keslyn.

Dengan langkah gontai, Keslyn keluar dari perusahaan. Tak sengaja ia menabrak seseorang tepat di dadanya.

"Maaf." Keslyn menundukan kepalanya. Namun pria yang ia tabrak tak menggubris permintaan maaf Keslyn, ia malah terus berjalan.

'Hah, modus murahan pura-pura nabrak untuk cari perhatian.' batin laki-laki itu.

"Sombong banget baru kerja di sini juga," rutuk Keslyn yang terdengar oleh laki-laki tadi.

"Apa?" laki-laki itu kembali menghampiri Keslyn. "Kamu sepertinya bukan karyawan sini." Laki-laki itu manatap tajam pada Keslyn dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Memang bukan. Tapi awas saja kalau nanti aku keterima kerja di sini. Orang pertama yang aku cari adalah kamu." Keslyn menatap lekat laki-laki yang mempunyai iris mata kecoklatan itu.

"Oh, baru mau ngelamar? Aku pastikan kamu tidak akan kerja di sini."

"Dih, siapa kamu. Berlagak seperti CEO di sini. Ah, sudahlah gak penting aku ngobrol sama orang yang arogan seperti kamu. Aku lebih baik persiapkan diri untuk panggilan interview nanti. Bye!" Keslyn meninggalkan laki-laki itu dan berjalan keluar.

'Huh, pagi-pagi sudah ketemu laki-laki menyebalkan. Mana aku belum tentu bisa bekerja di sini lagi. Sudah dandan rapi, aku juga sudah pakai baju baru yang dibelikan Ayah untukku waktu itu. Tapi nyatanya keberuntungan belum berpihak padaku hari ini.' Keslyn.

Mobil berhenti di depan kantor tepat pada saat Keslyn akan pulang. Dan turunlah Aryani, menghentikan langkah Keslyn.

"Keslyn?"

Keslyn menoleh ke belakang, arah di mana suara seseorang memanggilnya. "Bu Aryani?" Keslyn berjalan mendekat.

"Akhirnya kamu datang juga. Saya pikir kamu tidak akan datang untuk menerima tawaran saya."

"Maaf, Bu. Saya bukan menolak tawaran bagus dari Ibu, hanya saya masih merasa belum siap keluar rumah saja."

"Iya tak apa. Saya mengerti kondisi kamu. Maaf juga setelah pemakaman Ayah kamu, saya tidak pernah berkunjung ke rumah. Karena keadaan suami saya down saat itu. Dan sekarang juga masih dalam keadaan koma."

"Astaga. Saya hanya bisa mendoakan semoga Pak Damian bisa segera siuman dan sehat kembali seperti biasanya."

"Aamiin, itu semua yang kami harapkan. Lalu, kenapa kamu keluar lagi?"

"Mmm.. Tadi saya sudah ke dalam dan menitipkan lamaran kerja saya ke resepsionis."

"Loh, kok kamu bawa lamaran kerja segala. Kamu tidak bilang kenal sama saya?"

Keslyn tersenyum canggung, lalu ia menggelengkan kepala.

"Keslyn, Keslyn, pantas saja kamu di suruh menitipkan lamaran saja. Kalau begitu sekarang kamu ikut saya masuk ke dalam."

"Hehe, iya baik, Bu. Terima kasih." Keslyn dan Aryani berjalan masuk ke dalam perusahaan.

"Kamu jangan canggung lagi sama saya. Anggap saya ini orang tua pengganti kamu. Jangan sungkan."

"Terima kasih banyak, Bu."

Aryani membawa Keslyn masuk ke dalam ruangan kepala Personalia. Namun memang sangat disayangkan, tidak ada posisi kosong untuk Keslyn bekerja di sana.

"Memangnya kamu tidak bisa memasukan satu saja orang di bagian apa pun?" Aryani terus memastikan.

"Maaf, Bu. Sekarang kan sudah mau akhir tahun. Semua sedang sibuk di bagiannya masing-masing untuk laporan tahunan. Jika kita paksakan untuk memasukan satu orang. Saya takutnya malah menghambat karena mungkin karyawan baru butuh banyak bimbingan. Di tambah juga perusahaan kita sudah berduka dengan meliburkan karyawan selama tiga hari. Ibu tahu sendiri perusahaan sedang sangat sibuk." jawab kepala Personalia.

"Hmmm,, iya kamu benar juga."

"Bu, saya tidak apa-apa kok tidak bekerja di sini. Saya bisa mencoba melamar ke perusahaan lain saja."

"Tapi, Keslyn. Saya sudah berjanji sama kamu."

Keslyn tersenyum. "Saya benar-benar tidak masalah, Bu."

"Mungkin di awal tahun kita bisa kembali menerima karyawan baru, Bu. Itu juga kalau Mbaknya mau menunggu." kepala Personalia memberikan solusi.

"Nah, kalau begitu bagaimana? Kamu tidak apa menunggu 3 bulanan lagi?"

"Terima kasih banyak, Bu. Tapi sambil menunggu, saya mau mencoba melamar di lain tempat."

"Ya, sudah itu terserah kamu. Tapi nanti kalau di sini ada posisi kosong, kamu harus bekerja di tempat ini."

"Iya, Bu."

Stay safe and stay healthy guys :