PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Astromelia

Astromelia

Penulis:Aisyah Putri

Tamat

Pengantar
Kita itu bagaikan bunga Astromelia. Walau batangnya tumbuh berlilit dan berbelit seperti kehidupan yang kita alami tapi bunga Astromelia tetap memekarkan bunganya dengan indah begitu pun dengan kita. "Harusnya lu tahu Ra. Lu tuh sangat berarti buat gua, sampai kapan pun gua gak akan pernah ngelupain dan ninggalin lu. Gua memang salah tapi lu juga gak boleh egois seperti ini. Lu jangan nge-diemin gua tanpa lu tau isi dan pikiran gua." Ily memperlembut suaranya ia menangis terdesak-desak setelah mengatakan semuanya, air matanya itu tak bisa ia bendung lagi. Jadi bagaimana dengan kelima persahabatan mereka? Dan bagaimana dengan kisah cinta mereka? Akankah baik-baik saja atau sebaliknya?
Buka▼
Bab

Rily Maharani {Ily}: Ia memiliki senyuman yang manis, sikap yang dingin. Walau pun begitu Ily mempunyai sikap berbeda terhadap teman-temannya. Kalian tahu? Seorang Ily yang terbilang dingin ini menyukai anime loh.

Kelsa Anatasya {Eca}: Ia memiliki paras wajah yang cantik dan senyuman yang manis seperti Ily. Ia memiliki sikap yang ramah tamah dan menyukai drakor, kalian pasti tahu kan drakor? Iya itu drama korea yang di dalamnya banyak oppa-oppa ganteng dan wanita cantik, wkwk.

Nagita Alisa {Lisa}: Ia memiliki paras wajah yang cantik dan mata yang tajam seperti bulung elang dan sikap ke ibu-ibuan, paling baik diantara empat temanya dan tentunya suka membantu jika temanya sedang kesulitan.

Rara Klovia {Rara}: Ia memiliki paras wajah yang cantik juga, bulu mata yang panjang dan lentik. Yang satu ini berbeda dengan yang lainnya, seorang Rara ini sangat menyukai dunia per-makeupan. Makeup yang sangat banyak membuat empat sahabatnya bertajuk kagum kepadanya.

Cyntia Evita {Cita}: Ia memiliki paras wajah yang manis dan penggila rambut pendek. Cita ini memiliki sikap yang sangat berbeda dengan teman-temannya, ya dia sedikit unik

Persawahan yang masih terbilang warna ijo muda ini terbentang luas, saking luasnya gadis yang memiliki sikap dingin layaknya es ini tidak bisa menghitung berapa banyak nya kotak sawah yang berada di kota Karawang, bukan hanya dia saja pasti yang lainnya pun tidak akan pernah bisa menghitung berapa hektar sawah yang berada di Karawang.

Kota Karawang yang dimana orang-orang menjulukinya kota lumbung padi, selain itu kota ini juga memiliki julukan lain yaitu kota Industri, karena di kota ini banyak sekali pabrik-pabrik berjajaran, orang-orang pun dari luar kota berdatangan untuk mencari pekerjaan di kota Karawang, ya kota dimana Ily berada.

Ily anak gadis yang manis bersikap dingin ini tersenyum tipis kepada teteh dan bundanya, ya ia hanya tinggal bertiga setelah kematian sang ayah ketika Ily masih duduk dibangku SD, memang sangat berat ditinggalkan seseorang yang sangat disayangi. Semenjak kepergian sang ayah Ily takut untuk kehilangan siapa pun dalam dirinya, ya seperti kehilangan teman, saudara, sahabat apalagi keluarga, Ily sangat takut mereka tak lagi berada di sisi dirinya.

Di perjalanan menuju sekolah terik matahari membuat tubuh Ily hangat di pagi hari ini. Ily mengendarai motornya menelusuri persawahan dan sungai yang berada di pinggir jalan menuju sekolahnya.

Motor yang berwarna putih yang di kendarai Ily terjebak kemacetan di tegah jalan, macet karena pedagang berceceran. Ily menunggu sabar matanya melihat ke kanan dan ke kiri, dirinya melihat nenek-nenek yang berjualan keripik, nenek itu memanggul beberapa keripik di keranjangnya dan plastik hitam besar yang dijing-jing nya. Nenek-nenek ini sangat keriput, lebih layaknya dia terdiam di rumah saja tidak harus berjualan mengelilingi pasar Rengasdengklok ini, ya daerah Rengasdengklok adalah tempat Ily tinggal.

Ily tidak sempat untuk membeli keripik nenek-nenek di seberang sana di karena macet mulai mereda, ia harus segera mengendarai motornya, jika tidak Ily bisa-bisa dimarahi pengendara di belakangnya.

Sesampainya ia di parkiran sekolah Ily langsung saja memarkirkan motornya itu, ia langsung saja bergegas melangkahkan kedua kakinya menuju ruang guru untuk bertemu salah satu guru terlebih dahulu. Bola mata Ily kesana kemari melihat anak-anak yang sedang berkerumun di dekat pintu, sepertinya mereka sedang menggibahi temanya, hihihi.

Kedua bola matanya ini tidak melihat satu pun siswi yang tidak menggunakan kerudung termasuk dirinya. Karena di sekolah ini sangat wajib sekali menggunakan kerudung apalagi hari Jum’at semua harus menggunakan seragam muslim yang di berikan sekolah ke pada siswa maupun siswi.

MA Karawang adalah sekolah baru Ily. Ily pindah ke sekolah ini karena jarak dari sekolah lama menuju rumahnya sangatlah jauh, jadi Ily memilih pindah ke MA Karawang. Ily memasuki ruang guru lalu ia bersalaman kepada salah satu guru, guru ini teman ayahnya Ily, bukan hanya seorang teman tapi lebih tepatnya masih saudara Ily.

Pak Guru yang bernama bapak Gio ini mengajak Ily untuk ke kelas barunya, lalu Ily mengikuti langkah kaki pak Gio tentunya. Jalannya sedikit cepat membuat Ily berlari kecil mengikutinya. Setelah berada dalam ruang mata Ily melihat kesan kemari, ternyata di ruang kelas ini ada beberapa orang yang ia kenali waktu masa SMP. Orang-orang yang berada di dalam kelas matanya tertuju kepada Ily, sedikit membuat Ily tersipu malu kepada mereka.

Suara pintu dari arah kanan, serentak Ily dan yang lainnya memalingkan pandangan. Ibu guru dan anak gadis yang dibawanya berjalan memasuki kelas baru Ily, ibu guru itu tersenyum kepada Ily lalu tentunya Ily membalas senyuman dari beliau.

Ternyata yang di bawa ibu guru yaitu Eca, dia bernama Kelsa Anatasya. Eca adalah teman Ily waktu masih sekolah SMP tapi Ily hanya kenal wajah dan namanya karena Eca ini anak yang populer waktu itu, kepopuleran yang dimilikinya karena ia sangat cantik, jadi wajar saja orang-orang banyak mengenalinya.

Ibu guru meninggalkan Eca dan menitipkannya kepada pak Gio. Lalu pak Gio memperkenalkan mereka berdua kepada anak-anak di kelas X Ips 4. Setelah itu pak Gio menyuruh mereka berdua terduduk di barisan ke tiga dan tentunya jajaran ke tiga juga.

Mereka berdua saling terdiam seperti mengheningkan cipta pas waktu upacara dimulai, Ily sedikit-sedikit melirik ke arah Eca, ia berdecak kagum melihat Eca duduk di sampingnya saat ini.

“Kamu sekolah pindah ke sini juga?” Ily membuka obrolan nya. Padahal dirinya terbilang orang yang dingin waktu SMP, Eca sedikit terpelonjot di sapa nya, lalu spontan Eca menyodorkan tangan kanannya kepada Ily.

“Eca” Ucapnya.

Menurut Ily padahal tidak harus berkenalan lagi dikarenakan mereka berdua siswi yang populer waktu SMP, pasti Eca sudah mengenali Ily dan sebaliknya seperti itu. Walaupun hanya nama dan wajah saja yang mereka kenali.

“Ily” Ily menerima tangan Eca lalu Eca tersenyum kepada Ily. Senyuman Eca sangat manis sekali saat ini. Ily lagi-lagi berdecak kagum melihat Eca tersenyum sangat dekat di depannya, yang biasanya Ily hanya melihat Eca dari kejauhan saja.

Siswi yang berwajah manis yang terduduk di depan Ily ini membalikkan badannya dan memberikan kertas yang tertulis mata pelajar, sorotan mata Ily melihat tulisan yang tidak ia mengerti, ia membaca berulang-ulang tetap saja dirinya tidak mengerti dengan satu mata pelajaran yang ia lihat ini, payahnya seorang Ily ini. Wajar saja sih Ily bingung, karena sedari kecil Ily masuk sekolah biasa bukan Aliyah seperti saat ini.

“Qurdis itu apa?” Tanya Ily dengan penuh ke pedean nya

Ia tersenyum manis tentunya kepada Ily “Qurdis itu Al-Qur’an Hadist” Jelasnya.

Ily mengeritkan keningnya dan tersenyum malu kepada siswi di hadapannya ini, hari pertama sudah membuat dirinya sendiri seperti ini, hadeh. Dia menyodorkan tangannya kepada Ily dan Eca lalu memperkenalkan namanya, ternyata gadis yang berwajah manis ini bernama Cita. Lalu yang terduduk di sampingnya Cita membalikkan badannya juga dan menyodorkan tangannya dan tersenyum.

“Lisa” Ucapnya.

Lalu dua teman yang duduk di barisan depan menghampiri Ily dan Eca ia pun sama memperkenalkan dirinya, ya itu Rara dan Dian. Dian adalah bendahara di kelas ini.

***

Jam istirahat sudah dibunyikan tentunya Rara mengajak Ily dan Eca jajan bersama mereka, tentunya juga Ily dan Eca menerima tawaran Rara untuk jajan bersama.

“Mang bakso bakarnya lima ribu di bungkus ya” Cerca Cita kepada tukang bakso bakar.

Enam orang ini mengerumuni tukang bakso bakar membuatnya sangat senang mendapatkan pembeli seperti enam orang ini. Sudah cantik ramah lagi, apalagi Cita yang memiliki sikap Friendly ke semua orang sampai-sampai para pendagang ia sapa, patut di tiru!.

Ily mengambil basok bakarnya yang sudah di angkat dari panggangan lalu ia memberinya kecap dan sambel tapi Ily tidak memberinya saus karena Ily tidak suka saus apalagi saus tomat membuat dirinya enek ketika memakannya. Lalu Ily dan kawan-kawan pergi dari hadapan mamang-mamang bakso bakar tentunya pergi untuk terduduk di depan kelas, Ily berjalan santai dengan Eca sembari memakan bakso bakar tersebut, teman-temannya malah berlari seperti anak kecil.

Sesampai di depan kelas Ips 4 enam gadis ini terduduk di bawah lantai. Sorotan mata Ily menuju lapangan, ia menemukan seseorang lelaki yang sangat menawan. Laki-laki itu bersih, rambutnya tertata rapi di antara cowok lainnya. Cita melirik sesekali ke arah Ily, melihat teman barunya yang tidak mengedipkan matanya ketika sudah melihat ke arah lapangan sana. Cita curiga Ily melihat salah satu laki-laki yang banyak di kagumi oleh siswi MA karawang ini.

“Namanya Ragil. Ganteng-kan?” Ujar Cita yang tiba-tiba sembari menepak pundak Ily mengejutkan nya yang sedang memakan Bakso bakar, untung saja Ily tidak terdesak bakso bakar jika kalau ia terdesak kesan terburuk pertama kali masuk MA karawang ini.

Ily menganggukkan kepalanya, ia memutarkan bola matanya lalu menggelengkan kepalanya bahwa tanda ia tidak menyetujui perkataan dari Cita bahwa laki-laki itu GANTENG. Ganteng itu tidak menjamin ia setia, ganteng itu tidak menjamin pula dia orang baik. Percuma saja kan muka menawan tapi hobi-nya menyakiti perempuan, Ily kapok deh sama cowok ganteng.

“Lu suka?” Ily menggelengkan kepalanya, se singkat itu jawabannya.

“Jangan pura-pura nanti tumbuh rasa suka loh” Timpal Lisa yang tiba-tiba.

“Ihh Enggak” Ucap Ily sembari menyengir tidak mungkin

Masa Ily suka kepadanya, Ily ini sudah mempunyai seseorang yang selalu ia tunggu selama satu tahun ini, tapi entah kapan dia datang kepada Ily? Dia meninggalkan Ily begitu saja. Tapi Ily tetap menunggu kedatangannya, Ily yakin suatu saat seseorang itu akan menemuinya.

Ily membaringkan badannya di atas kasur, ia sangat lelah dengan sekolah barunya, apalagi macet setiap ia berangkat maupun pulang sekolah membuat isi kepalanya nyut-nyutan menghadapi kemacetan. Ily mengambil ponsel mencari nama seseorang itu di pencarian akun Instagram-nya setiap hari, tapi percuma saja Ily mendapatkan hasil yang nihil, bodoh sekali dirinya ini. Walaupun tidak ada hasil Ily tidak akan menyerah untuk menemukan seseorang yang sudah lama menghilang itu.

“Bukannya mandi malah main hp” Cerca teteh Ily yang tiba-tiba membuka pintu kamarnya sedikit mengejutkan dirinya.

Sebenarnya teteh Ily ini orang yang baik tapi Ily menganggapnya ke ter-laluan saja. Ily memang sangat malas beranjak dari kasur apalagi ketika pagi datang, Ily sudah tidak bisa di pisahkan kecuali oleh teteh-nya.

“Iya teteh” Ily hanya pasrah menuruti suruhan dari teteh-nya, wajar saja sih teteh-nya menyuruh ia segera mandi sebentar lagi kumandang adzan magrib terdengar, pasti bunda Ily juga akan memarahinya jika tahu.

Ponsel Ily berbunyi berkali-kali, setelah teteh nya berteriak memanggil Ily lalu Ily berlari dari kamar mandi menuju kamar dan langsung saja ia mengambil ponsel nya dari atas kasur. Ily menghela napas berat ia mendapat notif pesan dan telepon berkali-kali dari teman sd-nya.

Yoga:

Ily, Ari belum sia komfir?

Bola mata Ily membulat sempurna melihat pesan dari Yoga ini, ya Yoga adalah saudara Ari yang akrab dengan Ily dari ia masih kecil. Ily langsung mengecek Instagram-nya membuka permintaan yang ingin mengikutinya di instagram karena intstagram Ily ia privasi kan, Ily membuka akun Ari yang tidak dia privasi, ini memang benar Ari, Ily langsung saja menerima dan nge-follback akun Ari.