PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Gold Digger Akreditasi A

Gold Digger Akreditasi A

Penulis:RahmaDika

Berlangsung

Pengantar
"Lepas, aku mohon" pintanya lirih. Air mata mengalir deras membasahi pipinya, rasa takut benar-benar menguasai hatinya, namun pria tersebut telah mengunci tubuhnya dengan kuat. Membuatnya hanya bisa memohon tanpa memberontak. "Maaf, aku benar-benar tidak kuat menahannya," bisik pria bermata cokelat itu, gairahnya telah meluap-luap memaksa untuk segera dituntaskan. Puspa merasakan jari pria itu menyentuh bagian kewanitaan miliknya dan memainkannya sedangkan bibirnya terus mencumbui tubuhnya yang hampir polos, sesekali menggigit kecil pucuk bukitnya. Pria itu memperlakukan tubuh Puspa dengan hati-hati memberikan sensasi nikmat yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. "Le-lepas," ucapnya tersengal-sengal, gadis itu merasakan sesuatu di tubuhnya. Membuatnya menegang dan bergelinjang merasakan kenikmatan yang baru pertama kali ia dapatkan, Puspa terbuai. Pria dengan manik netra cokelat itu tersenyum seringai dan berbisik lirih, "Nikmat kan sayang? Aku akan memberikan kenikmatan yang sesungguhnya untukmu." Puspa Cantika Putri, Gadis yang telah banyak menelan asam pahit kehidupan dunia terpaksa merelakan kehormatannya pada seorang pria tak dikenal dan menambah rasa kebenciannya kepada makhluk berjenis laki-laki. Apa sebenarnya yang melatar belakangi rasa benci tersebut? Sehingga merubah gadis baik-baik itu menjadi seorang wanita penuh intrik pengeruk harta para pria kesepian. Mampukah sosok Mark merubah dan mendapatkan hati seorang Puspa, disaat gadis itu beranggapan bahwa cinta hanyalah bualan semata. "Aku ingin bertanggung jawab, izinkan aku untuk menikahimu." "Heh, aku tidak butuh tanggung jawabmu, aku tidak butuh sosok pria seumur hidupku! Enyahlah!"
Buka▼
Bab

Jakarta 2017

Suara dentuman musik yang begitu memekikkan telinga selaras dengan lampu temaram yang berkelap-kelip di suatu klub malam.

Nampak banyak muda mudi berlenggak-lenggok begitu lincah, mengabaikan seluruh rasa malunya di lantai dansa.

"Hahaha gila lo, bisa dapat duit segini banyaknya tanpa di sentuh!" ucap seorang wanita berambut sebahu sambil menyesap sebatang rokok rasa mentol di tangannya.

"Iya bener, padahal itu aki-aki bau tanah genitnya amit-amit," ucap seorang wanita lainnya dengan rambut berwarna pirang.

Wanita berparas cantik yang menjadi objek pembicaran hanya mengulas senyuman manis sambil mengaduk-aduk orange juice yang berada di hadapannya dengan sebuah sedotan hingga akhirnya meminumnya.

"Btw gue penasaran banget sama lu. Selama kita kenal, gue perhatiin lu gak pernah pacaran, padahal banyak banget yang suka sama lu dari mulai anak penjabat sampai om-om kaya. Lu gak ada niatan nerima mereka apa? Gak capek kerja modelan begini?" tanya wanita berambut pirang lagi.

Uhuk Uhuk

Gadis cantik yang bernama asli Puspa Cantika Putri yang biasa di panggil dengan nama Bunga di lingkungan pergaulan malamnya itu nampak tersedak.

Gadis itu sama sekali tidak berniat memiliki hubungan dengan siapapun, yang di kepalanya hanya uang dan uang.

"Tidak, gue bisa berdiri dengan kedua kaki gue sendiri kok. Porotin aja duit para kadal jantan itu sebanyak-banyaknya, tinggal tumpuk buat modal usaha hahaha," jawab Puspa seenaknya, demi apapun dia sangat membenci makhluk yang berjenis laki-laki.

Bukan berarti ia menyimpang, ia masih normal 100%.

Namun ia hanya kecewa dengan seluruh pria yang selama ini ada di hidupnya. Cukup hatinya di sakit, cukup hidupnya dan keluarganya menjadi sengsara karena keegoisan dari makhluk yang berjenis kelamin laki-laki! Makhluk itu pula yang merubahnya dari sosok wanita baik-baik menjadi wanita pengeruk harta yang penuh tipu muslihat. Cinta? Dia sama sekali tidak percaya dengan cinta, semua hanya bullshit!

Bunga melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari.

"Vell, Mon, gue balik duluan ya. Besok gue shift pagi nih," ucapnya lalu beranjak dari duduknya

"Oke, Bye beb! Hati-hati, kalau jatuh calling ik," ucap Velly dan Monic bersamaan.

Puspa tersenyum dan melambaikan tangannya kearah kedua temannya.

Puspa Cantika Putri, gadis berusia 22 tahun yang kini hidup seorang diri di ibukota. Ibu dan adik perempuan kembarnya tinggal di kota penyokong Jakarta sementara sang ayah berada di Surabaya bersama istri barunya.

Gadis berparas cantik itu harus membanting tulang menjadi tulang punggung bagi ibu dan adik-adiknya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Puspa bekerja di salah satu hotel bintang lima, menjadi seorang petugas kebersihan. Sementara saat senggang dirinya langsung berubah menjadi Bunga, sang Baby Sugar, penghisap saldo rekening para pria kesepian.

Pekerjaan kotornya itu sudah ia jalani setahun belakangan ini tanpa di ketahui siapapun, terutama sang ibu.

Ia terpaksa melakukan semua ini guna menutupi hutang ibunya dan biaya sekolah kedua adiknya yang semakin besar, terlebih tahun ini mereka akan naik tingkat ke jenjang Sekolah Menengah Atas, pasti akan membutuhkan biaya yang sangat besar.

Keadaan itu benar-benar memaksanya memutar otak dan menjalani dunia gelapnya, dengan prinsipnya yang tidak akan membiarkan pria-pria itu menyentuhnya.

................

Jam telah menunjukkan pukul 6 tepat, Puspa yang telah berada di hotel tempatnya bekerja nampak siap dengan seragam biru dan alat-alat kebersihan yang berada di tangannya.

Kring Kring

Suara telepon di ruangannya berdering, dengan sigap ia segera mengangkatnya.

"Tolong bersihkan kamar nomer 1501, permintaan customer," ucap seorang wanita di balik telepon.

Puspa langsung mendorong meja beroda yang berisikan alat-alat kebersihan dan membawanya menuju kamar tersebut.

TOK TOK TOK

"Permisi, room service," pekiknya sambil terus mengetuk pintu.

Cklek

Pintu terbuka, nampak seorang pria bule dengan bathrobe yang membalut tubuhnya.

"Ka-kamu bersihkan, saya mau mandi," ucapnya dengan suara yang berat. Entah apa yang terjadi dengan pria berparas tampan itu, tapi lebih tepatnya ia seperti seorang yang mabuk.

Suaranya terdengar berat dan wajahnya begitu memerah.

Tanpa peduli, gadis itu segera masuk dan menemukan ruangan yang sudah kacau balau. Bahkan terlihat pecahan gelas tercecer di lantai.

"Astaga, udah kaya kapal pecah. Abis ngamuk kali ye," gumamnya bermonolog sendiri dalam hati.

Dengan cepat Puspa membersihkan pecahan-pecahan gelas tersebut dan mulai merapihkan kembali kamar yang seperti kapal pecah.

NGUNG NGUNG NGUNG

Suara mesin penyedot debu begitu terdengar kencang, Puspa asik menyelesaikan pekerjaannya tanpa sadar lelaki itu sudah keluar dari dalam kamar mandi.

Pria bermata cokelat itu duduk di pinggir ranjang, dengan mata yang terus menatap tajam dan memperhatikan Puspa dengan seksama.

Entah karena bentuk tubuh Puspa memang menggoda atau pengaruh obat sialan itu masih ada di tubuhnya, pria itu benar-benar tertarik secara seksual dengan gadis tersebut.

Bokongnya yang menonjol dan buah dadanya yang begitu tercetak jelas di balik seragam biru miliknya, benar-benar begitu menggoda seolah memanggil untuk di sentuh.

Puspa matikan mesin penyedot debu, namun seketika ia merasa seseorng memeluknya dari belakang. Seketika, aroma maskulin bergitu menyengat di indera penciumannya.

"Hei, lepaskan!" pekiknya kencang, namun tubuh pria itu lebih besar dua kali lipat dari ukuran tubuhnya.

Ia merasakan tubuhnya tertarik kebelakang, dan jatuh tepat di salah satu sisi ranjang.

Mata gadis itu membulat sempurna saat pria penghuni kamar itu dengan cepat menindihnya dan mencium bibirnya dengan rakus.

"Lepas, Tolong!"

Puspa mencoba untuk memberontak dan berteriak sekuat tenaganya, namun semua sia-sia. Tenaga pria itu yang sangat besar dan kamar hotel yang kedap suara membuat semua usahanya untuk menyelamatkan diri terasa sia-sia.

Prak!

Dengan sekali tarikan, seragam Puspa terbuka paksa dan membuat kancing-kancingnya bertebaran di lantai.

Puspa merasakan lidah pria itu memainkan ujung bukitnya, sementara tangannya mencoba menelusup kebalik celana panjang hitam yang ia kenakan.

"Lepas, aku mohon," pintanya lirih.

Air mata mengalir deras membasahi pipinya, rasa takut benar-benar menguasai hatinya, namun pria tersebut telah mengunci tubuhnya dengan kuat. Membuatnya hanya bisa memohon tanpa memberontak.

"Maaf, aku benar-benar tidak kuat menahannya," bisik pria bermata cokelat itu, hasratnya telah meluap-luap memaksa untuk di tuntaskan.

Puspa merasakan jari pria itu menyentuh bagian kewanitaannya miliknya dan memainkannya sedangkan bibirnya terus mencumbui tubuhnya yang hampir polos.

Pria itu memperlakukan tubuh Puspa dengan hati-hati memberikan sensasi nikmat yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

"Le-lepas, ah..." ucapnya tersengal-sengal, gadis itu merasakan sesuatu di tubuhnya. Membuatnya menegang dan bergelinjang merasakan kenikmatan yang baru pertama kali ia dapatkan, Puspa terbuai.

Pria dengan manik netra cokelat itu tersenyum seringai dan berbisik lirih, "Nikmat kan sayang? Aku akan memberikan kenikmatan yang sesungguhnya untukmu."

................