PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Wanita Dengan Mulut Berbentuk Vertikal

Wanita Dengan Mulut Berbentuk Vertikal

Penulis:Wiwi KembangWaru

Berlangsung

Pengantar
Sunti adalah wanita berumur 30 tahun. Dia memiliki mulut berbentuk vertikal, sehingga menyulitkannya untuk melakukan percakapan secara normal. Mulutnya berbentuk vertikal hanya saat dia berkomunikasi dengan keluargannya, tapi disaat dia keluar dari lingkungan keluarga, mulutnya berubah menjadi normal lagi seperti manusia pada umumnya, dan menjadikannya bisa berkomunikasi dengan normal...
Buka▼
Bab

Sinar damar malam ini mengerlap malas menambah suasana gelap malam. Sunti masih tak beranjak dalam amben tempatnya terduduk sendiri, sembari memandangi sang damar yang berkibas kibas ke kanan dan ke kiri. Juga sesekali menerawang langit, berbicara di dalam hati pada gemintang di langit. “Hei, Bintang – bintang... Tahukah kau, besok usiaku akan tepat menjadi 30 tahun. Dan aku menjadi resah sekarang. Ahh, ini tidaklah mengagetkan, aku memang selalu merasa resah setiap hari...”

Sunti merebahkan tubuhnya di amben yang sedikit lagi kayu – kayunya melapuk dimakan cuaca panas dan dingin, di siang dan malam hari. Semribit angin pukul sembilan malam merasuki wajah dan tubuhnya, dingin. Sunti memang selalu senang duduk – duduk dan tiduran di amben belakang rumahnya dikala malam hari. Sebab dia selalu merasa tenang saat bersentuhan dengan alam malam. Suara- suara alam malam yang khas, jangkrik – jangkrik, dan hewan – hewan malam lainnya. Juga suara – suara dedaunan yang saling bergesekan tertiup angin. “ahh, aroma malam kali ini berbau harum” kata Sunti dalam hatinya sendiri.

Sesaat kemudian ayahnya datang dari balik pintu belakang rumahnya lalu berkata, “Sunti, sudah malam.. tidur nak, pindah ke kamar segera, besok bukanya kamu bekerja..” Sunti hanya mengangguk dan berkata “iya”. Sunti mendengar suara – suara serangga jantan bersahut – sahutan, itu adalah nyanyian romansa... Serangga jantan selalu mengeluarkan suara – suara yang khas untuk menarik betinanya... Suara – suara serangga jantan seolah sedang mengejek kelajangannya. Sunti menertawai dirinya sendiri dalam hati. Sunti tidak membenci suara – suara serangga itu, baginya mereka menyenangkan. Sunti menganggap merekalah teman – temannya dalam kesunyian malamnya... Sebelum masuk ke dalam rumah, Sunti melihat ke langit dan dia melihat sebuah meteor melesat cepat, indah dan sangat misterius. Dia berkata dalam hatinya sendiri, meminta sesuatu. Karena katanya dia pernah mendengar perkataan seseorang, bahwa meteor bisa saja mengabulkan permintaanmu saat dia tengah melintas. Segera sebutkan permintaanmu dalam hatimu dengan khusyuk, maka beberapa waktu kemudian, permintaanmu akan terkabul. Dan sunti melakukannya. Lalu apakah permintaannya.. hanya hatinya sendiri yang mendengar dan tahu.

Sunti sudah berada di kamarnya yang hangat dan nyaman. Dia merebahkan tubuhnya yang penuh keresahan. Dia mengambil telepon genggamnya yang sedari tadi berada di meja rias kamarnya. Membuka kunci sandi dan mengecek satu persatu aplikasi percakapan.. kosong.. tidak ada yang menghubunginya, sama seperti biasanya.. sepi... Lalu dia beranjak membuka media sosial favoritnya, membuka – buka beranda dan berita – berita. Entah, media sosialpun tidak terasa menyenangkan kali ini.. bosan... Sunti meletakkan telepon genggamnya di tempat semula di meja riasnya. Lalu dia menerawang langit – langit kamarnya yang tua dan kusam. Dan melirik jam dinding, “ ahh, pukul sepuluh”. Begitu dalam hatinya... Sunti memejamkan matanya, pikirannya menerawang, berkhayal liar.

Sunti memang selalu berkhayal sebelum dia larut dalam tidurnya, dia suka melakukan hal itu, dan akhirnya menjadi kebiasaan. Dia menjadi sulit tidur jika tidak menjabarkan khayalan – khayalannya. Kali ini khayalannya mengenai hari esok yang akan terjadi. Sunti memejamkan matanya lebih kuat lagi, dan ceritapun mengalir...

Jika saja besok datang seorang laki – laki muda seusiannya bersama seorang laki – laki yang lebih tua, mungkin ayahnya. Mengetuk pintu rumahnya dan Sunti yang membukakan pintu. “Siapa yaa” kata Sunti. “Benarkah ini rumah pak Liem” kata laki – laki yang lebih muda. Dia berperawakan putih dengan rambut cepak gaya Leonardo Dicaprio muda saat bermain dalam film Titanic. Dia tampan bermata coklat berhidung mancung. Pakaiannya rapih gaya orang kantoran. Sedangkan laki – laki yang lebih tua berpakaian tak kalah rapinya menunjukan kelas atas. Aku tengok di depan rumahku ada mobil mewah yang diparkirkan, mungkin ini mobil kedua orang di depanku ini.

“Betul ini rumah Bapak Liem, ada keperluan apa yaa” tanyaku. “Pak Liemnya ada?” kata laki – laki yang lebih muda. “iya ada, sebentar ya, saya panggilkan Bapak saya” kataku. Pak Liem, bapaknya Sunti pun keluar, dan Sunti mendengar percakapan para tamu dan Bapaknya dari dalam kamarnya, yang kebetulan memang bersebelahan dengan ruang tamu.

“Lho.. Hartono ya?” kata Bapakku sembari mengulurkan tangan buat bersalaman. “ Apa kabar Har, lama tidak berkunjung kerumah, nampaknya sudah 20 tahunan kan ya sejak terakhir kamu ke sini”. “Iya sudah lama sekali ya, ini anakku namanya Hans”, kata laki – laki yang akhirnya aku tahu namanya bernama pak Hartono. “ Keinginanku kesini selain untuk menjalin silaturahmi kembali, adalah untuk membicarakan sesuatu yang penting. Sejak kejadian duapuluh tahun lalu itu akhirnya aku bisa bangkit dan menjadi seperti ini.. Ini berkat kamu Liem, aku mengucapkan terima kasih yang besar. Walaupun begitu, aku masih merasa belum cukup, untuk membalas semua kebaikanmu dulu. Ini anakku Hans, dia lulusan terbaik di perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Saat ini pekerjaannya adalah mengelola sebuah pabrik Gula yang sudah aku buat, baru perusahaan rintisan memang, tapi hasilnya cukup menjanjikan. Dan maksudku mengenalkan Hans kepadamu adalah agar kau bersedia menjodohkan salah satu anakmu kepada anakku ini. Aku berjanji, akan membuat anakmu bahagia hidup bersama Hans, karena dia akan menjadi satu – satunya pewaris perusahaan Gula yang sudah aku dirikan itu. Aku tahu, gadis ayu yang tadi membukakan kami pintu adalah anakmu, apakah dia sudah menikah?” kata Pak Hartono. “Belum” kata bapakku. “Tapi kenapa tiba – tiba begini, bahkan anak kita belum saling mengenal dengan baik”, kata Bapakku lagi. “Iya aku mengerti, tapi aku akan memberikan waktu buat keduannya buat saling mengenal, bagaimana, apa kau setuju Liem” kata pak Hartono. “Siapakah nama anakmu yang tadi membukakan pintu, dia berparas ayu, saya rasa dia akan cocok dengan Hans yang juga tampan ini”, kata Pak Hartono membanggakan anaknya. “Namanya Sunti, dia hanya lulusan SMA. Dia wanita yang sangat baik dan sederhana, dia sesosok wanita yang tidak pernah membantah ucapan dan pinta kedua orang tuanya”, kata Bapakku yang tengah menjelaskan perihal diriku.

Dari dalam bilik kamarku, aku begitu jelas mendengar pembicaraan mereka. Aku merasa kaget sekaligus bahagia.. akhirnya, ada juga laki – laki yang didatangkan Tuhan untukku. Ini hal yang membahagiakan. Akhirnya aku akan menemukan jodohku setelah sekian lama menunggu. Dan ini adalah sebuah keajaiban.

Sunti senyum – senyum sendiri dengan khayalan di dalam benaknya. Ahh, seandainya hal itu benar – benar akan terjadi besok. Tentu takdirnya akan membaik. Dan dia tidak akan resah lagi..

Lalu tanpa sadar kedua mata Sunti berair, itu adalah sebuah tangis. Begitulah, setiap Sunti berkhayal mengenai hal – hal yang indah, selanjutnya dia akan menangis. Sunti mengusap matanya tanpa membuka kedua matanya. Dan kemudian tertidur lelap. Sangat lelap...