Aku adalah seorang pengusaha yang sukses. Namaku William Brown, seorang CEO dari Y U Grup. Sudah 5 tahun sejak kepulanganku ke tanah air ini. Orang tuaku menyambut hangat kedatangan ku. Mereka sungguh antusias saat itu. Dua hari lagi adalah acara ulang tahun ku yang ke 28 tahun. Sebenarnya aku sungguh malas akan pesta ultah sendiri. Karena kedua orang tua memaksa jadi aku harus patuh kepada mereka.
Kantor direktur Y.U
Tap, tap, tap.
Suara langkah kaki terdengar. Aku menoleh ketika ada ketukan pintu.
"Masuklah!" ucapku datar.
Kulihat seorang pria berusia 30an. Ia memberikan sebuah dokumen penting. Dia adalah sekretaris dari papaku yang berencana pensiun dan akan melimpahkan kekuasaan perusahaan ini padaku. Anak lelaki satu-satunya.
"Pak Willi, silahkan tanda tangan berkas ini semuanya! Bos besar hari ini meminta dokumen ini kembali!" serunya datar.
"Baiklah, anda bisa duduk sebentar dengan tenang! biar saya baca dahulu apa saja isi berkas ini!" sahutku tenang.
Aku memeriksa dan membacanya dengan teliti. Tak kujumpai hal yang bisa merugikan aku di masa depan. Hanya saja, syarat yang ke tiga terlalu memberatkan ku.
Plak.
Berkas itu aku banting di atas meja. Syarat yang di ajukan papa membuat ku berpikir panjang.
"Pak Tian, apakah papa gak salah kalau saya harus menikah dulu baru semua ini akan menjadi milik saya?" sungut ku kesal.
Aku mengepalkan tangan. Sungguh ironis, ternyata papa sudah tidak sabar ingin melihat ku segera menikah.
"Pergilah! bawa dokumen ini! saya tidak mau menuruti keinginan papa yang ke tiga itu! saya masih ingin bebas!" aku melempar dokumen itu di atas meja lagi.
"Baiklah pak Willi, jangan sampai anda akan menyesal nantinya!" pak Tian pergi meninggalkan ku sendiri diruangan ini.
Aku hanya bisa menghela nafas panjang. Tak kusangka papa akan berbuat seperti itu. Padahal aku ini anak kesayangannya. Berbeda dengan Jessica yang hanya perempuan yang manja dan berfoya-foya.
Ya, Jessica adalah adik Perempuan ku satu-satunya. Ia selama ini berada di Inggris dan belum pulang ke Indonesia ini. Dia disana menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang. Dia berkuliah hanya untuk gelar saja. Dia tak pernah serius dengan pelajaran kuliah nya selama ini.
Pikiran ku masih dipenuhi dengan syarat papa tadi. Aku menggaruk rambutku yang tidak gatal. Stres mulai menghampiri.
Kringggg. Handphone ku berbunyi nyaring. Ku tatap nama di layar. Aku menghela nafas kasar.
Aku menjawab panggilan itu.
"Kenapa? Ada apa lagi?" tanyaku ketus.
"Hey bro! kemarilah, ada santapan lezat malam ini!" celoteh nya.
"Gue udah muak dengan kalian semua! jangan pernah hubungi gue lagi!" bentakku kasar dan langsung mengakhiri panggilan itu.
Tok, tok, tok.
Sebuah ketukan pintu menyadarkanku.
"Masuklah!" titahku.
Ada seorang wanita dan pria masuk keruangan ku. Sepertinya aku tidak mengenal mereka. Biasanya aku hanya akan menemui orang-orang yang sudah membuat janji. Tapi, mereka ini sungguh aku tak mengenal nya.
"Maafkan kami bos William, kami adalah utusan tuan besar untuk anda bawa pulang. Kami berdua asisten rumah tangga anda sekarang ini!" ucap pria itu.
Kalau tebakan ku benar, usia pria itu berumur 40an begitupun dengan si wanita.
"Selama ini aku tak mau ada orang lain yang berada di apartemen ku. Kenapa papa menyuruh kalian datang hah?" tanya ku kasar.
"Kami tidak tahu alasan pastinya bos William. Kami di gaji oleh tuan besar untuk merapikan apartemen anda. Dan kami akan pulang setelah urusan kami selesai disana! jadi anda tidak perlu khawatir." Ucap wanita paruh baya itu.
Aku berpikir sejenak. Dari kemarin memang apartemen ku belum di bersihkan. Orang bayaranku pulang kampung dan belum kembali.
"Boleh juga nih ide papa! lagian papa kok yang bayar! jadi aku gak perlu keluar duit untuk gaji mereka!" Ucapku dalam hati.
"Pergilah sekarang juga! ini kunci apartemen ku!" aku melempar kunci itu. Aku tak peduli pada keduanya. Mereka pasti sudah menandatangani surat perjanjian dengan papa. Ya, semua orang yang menjadi asisten rumah tangga kami harus mematuhi peraturan dan menyetujui syarat yang sudah ditetapkan oleh papa. Papa dan mama tak mau privasi anaknya terganggu oleh hal yang tak penting diluar sana.
Sore menjelang. Seharian ini sungguh melelahkan ku. Saatnya aku pulang dari kantor. Mereka semua menyapaku ketika aku melangkah keluar dari ruangan. Sore ini aku hanya mengangguk atas sapaan mereka. Aku tak menggubris mereka sama sekali.
"Bos William! saatnya saya yang menyetir bos!" seru supirku yang sudah tua.
Ia menghampiri ku ketika aku mulai masuk ke tempat parkir mobil VVIP.
"Pak tua! kamu pergi sana! biarkan aku menyetir kali ini dan jangan ganggu aku dengan laporan mu itu!" ancam ku tegas.
"Bbbaaiklah bos!" ucapnya tergagap.
"Dasar pak tua! mulutnya sudah seperti burung beo. Kalau sehari gak ngadu sama papa gak bisa!" Gerutu ku kesal.
Ya, dia memang supir andalan keluarga ku. Dulu dia supir papa, sekarang ini dia resmi menjadi supir pribadi ku. Aku tak bisa menolaknya karena itu perintah dari papa.
Ku kendarai mobilku dengan kecepatan tinggi. Kesal karena ulah orang-orang papa dan syarat yang diajukan nya tadi. Aku harus mendinginkan kepalaku. Tempat andalan ku satu-satunya. Aku berhenti di sebuah Caffe Prancis yang terkenal. Aku memesan tempat VIP dan meminta pelayanan yang terbaik. Kali ini aku harus melampiaskan kekesalanku.
Bersambung.