PopNovel

Baca Buku di PopNovel

You Are My Guardian Angel

You Are My Guardian Angel

Penulis:Ichan Kaori

Berlangsung

Pengantar
Risa Cantika atau dengan nama panggilan Chacha. Dia adalah seorang anak yatim piatu yang dirawat dan urusi oleh paman dan bibinya. Chacha adalah seorang gadis yang selalu bermimpi untuk menjadi gamer terhebat dan juga berharap bisa menjadi pemain profesional nomor satu di Indonesia. Cita-citanya yang setinggi langit itu selalu ditentang oleh bibinya yang memaksa Chacha untuk mencari kerja agar bisa membalas semua jasa dirinya dan keluarganya yang selama ini sudah merawat juga menjaganya semenjak kedua orang tuanya tiada. Akan tetapi tekad Chacha sangat besar sehingga membuat dirinya dipertemukan dengan Saddam manajer dari tim e-sport kenamaan bernama Big Boss. Dengan tekadnya yang besar walau pun memang ada sedikit rasa keraguan di dalam dirinya. Dia selalu meyakinkan dirinya untuk maju dan masuk ke dalam lingkungan yang telah menjadi impiannya selama ini. Chacha telah bergabung dengan tim e-sport bernama Big Boss dan menjadikan dirinya sebagai wanita pertama yang bergabung dengan tim e-sport Indonesia. Akan tetapi perjalanannya sebagai pemain e-sport gaming tersebut tak berjalan mulus. Ada saja rintangan yang harus dia hadapi demi mencapai tujuannya sebagai pemain profesional di Indonesia bersama tim barunya yang bernama Big Boss.
Buka▼
Bab

Risa Cantika atau dengan nama panggilan Chacha dia adalah anak yatim piatu yang diurus oleh paman dan bibinya yang tak lain adalah adik dari ibu kandungnya sendiri.

Risa atau Chacha ini adalah gadis yang memiliki hobi tak kebanyakan wanita lainnya. Bermain game bersama dengan anak laki-laki lainnya.

Dia selalu diprotes oleh bibinya jika dipergoki oleh bibinya itu.

"Cha, kamu seharusnya belajar yang rajin jangan hanya bermain permainan yang tak seharusnya seorang wanita lakukan!" bentaknya pada Chacha ketika dipergoki oleh bibinya ketika sedang bermain game di sebuah warnet atau dengan kepanjangan warung internet bersama dengan teman-temannya yang lain.

Chacha bukan sengaja bermain game itu dengan menghabiskan uang jajannya. Justru dia melakukan itu demi mendapatkan uang jajan.

Chacha menjadi pemain pengganti untuk menggantikan temannya bermain game online supaya dapat menang.

Chacha sendiri sudah terkenal dalam kepiawaiannya dalam bermain game online tersebut. Dia selalu menerima beberapa permintaan sebagai pemain pengganti demi uang jajan.

Chacha langsung ditarik begitu saja oleh bibinya ketika masih duduk di kursi menghadap layar monitor komputer.

"Aw.. Aw.. Bibi.. Sakit!" rintih Chacha yang meringis kesakitan. Dia berusaha melepaskan jeweran tangan bibinya dari telinganya.

Chacha ditarik keluar dari warnet tersebut.

"Sudah mengatakan berapa kali, jangan bermain game itu lagi!" bentaknya sekali lagi ketika berhasil mengeluarkan Chacha dari warnet tersebut.

Chacha sedikit tersungkur. Dia meringis kesakitan mengusap-usap telinganya yang memerah karena ditarik sekaligus oleh bibinya itu.

"SAKITKAN?!" bentaknya lagi.

"Maaf Bi, aku hanya..."

"Hanya apa? Hanya mempermalukan aku? Supaya aku dianggap tak mampu mengurusi keponakanku ini?" timpalnya dengan nada yang semakin tinggi.

Chacha menyerah. Dia tak mau berbicara apapun lagi. Memang sudah sifat bibinya jika berbicara pasti akan berusaha untuk menang. Tak mau kalah sekali pun dirimu dalam posisi yang salah.

"Cepat pulang!!!" tariknya lagi.

Kali ini dia menarik lengan Chacha dengan paksa. Namun Chacha berusaha melepaskan tarikan itu.

"Aku bisa jalan pulang sendiri tak perlu ditarik seperti ini!" marah Chacha yang merasa dirinya diperlakukan seperti seekor binatang.

Chacha yang berhasil melepaskan diri dia akhirnya berjalan mendahului bibinya tersebut dengan wajah yang penuh amarah juga napas yang mendengus kesalnya.

Banyak orang yang menyaksikan peristiwa tersebut. Terutama teman-teman satu sekolahnya yang mengenal siapa Chacha.

Semua rasa malu yang dialami Chacha yang terlalu diperdulikannya. Dia berjalan pergi meninggal warung internet itu. Tempat di mana dirinya dapat menyalurkan hobi juga sekaligus mendapatkan uang yang dibutuhkannya untuk dirinya sendiri juga untuk bibinya yang selalu berkata kekurangan uang.

Chacha di kamar mengunci diri. Dia bukan merenung atau pun menangis seperti anak gadis lainnya yang akan meratapi nasibnya yang kurang beruntung itu.

Dia mengurung diri di kamar agar bibinya tak kembali mengomelinya yang akhirnya hanya akan memintai dirinya uang hasil dari permainan game di warnet tadi.

Chacha menatap poster yang terpajang di dinding kamarnya. Terlihat beberapa foto berukuran besar yang menampilkan orang-orang hebat dalam permainan game secara profesional.

Mereka semua adalah pemacu semangat Chacha dalam mewujudkan impiannya. Dia selalu yakin dan berusaha untuk mewujudkan apa yang telah dicita-citakannya sejak lama.

"Chacha, buka cepat!" bentak bibi nya di balik pintu. Di luar kamar Chacha.

Namun Chacha sengaja mengenakan headset di kepalanya dengan volume suara musik yang tinggi agar tak terdengar suara teriakan bibinya itu.

Chacha seperti biasa dia sedang kembali bermain game dengan pertarungan solo melawan seseorang yang jauh di sana yang sudah sejak seminggu yang lalu menantang dirimu untuk melakukan pertarungan solo.

Awalnya Chacha tak mengindahkan tantang tersebut karena dia lebih memilih tantang bermain game hanya demi uang bukan kepuasan di dalam dirinya.

Akan tetapi karena tadi dirinya merasa kesal dan dipenuhi amarah. Seseorang yang menantang itu dengan inisial Dewa Langit kembali menantang dirinya.

Chacha pun dengan hati yang masih menggebu karena rasa kesal dan amarah pada bibinya. Dia pun akhirnya mengiyakan tantangan tersebut.

Chacha segera mengenakan headset berukuran besar di atas kepalanya untuk menutup kedua telinganya.

Kemudian tangannya yang lincah memainkan papan ketik juga kursor untuk mengarahkan karakter yang sedang dia mainkan.

"Doble kill!" terdengar suara itu berseru di telinganya. Wajah Chacha tampak serius dengan mata yang tetap fokus ke layar laptop miliknya.

Laptop itu sengaja dia beli secara diam-diam bibinya agar dapat bermain dengan leluasa di dalam kamarnya tanpa sepengatahuan bibinya yanh agak galak tersebut.

Jari Chacha sangat lincah menekan setiap tombol keyboard dan juga matanya yang awas dan jeli. Musuh yang bersembunyi pun dia dapat menemukannya dan langsung menghancurkannya dengan mudah.

"Winner!!!!"

Chacha juara. Dia berhasil memenangkan pertandingan permainan game yang bernama mobile legend tersebut.

Chacha terlihat bernapas dengan lepas dalam satu tarikan. Dilepaskan headset dari kepalanya. Namun kini terasa hening.

Tak terdengar suara jeritan dari teriakan bibinya teraebut. Chacha dengan segera melihat ke arah jam yang menempel di dinding kamarnya.

Dia mengira jika dirinya permainannya terlalu ternyata hanya memakan waktu kurang lebih setengah jam saja.

Namun tak biasanya suara bibinya kini malah sudah mereda.

"Huh.. Nenek sihir itu udah cape!" seru Chacha pada dirinya sendiri yang menggerutui bibi nya itu.

Tring!!!

Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.

Dengan segera Chacha membukanya dengan wajah yang memiliki tatapan malas.

"Selamat kamu terpilih untuk bergabung dengan tim Big Boss. Jika berkenan silakan untuk hari minggu kamu datang ke Bogor di Hotel xxx Big Boss pada hari Sabtu. Temui saya manajer Big Boss, Saddam!"

Chacha agak mengerutkan keningnya setelah membaca isi pesan tersebut.

"Sabtu? Itu kan pertandingan Big Boss dengan The Red di Bogor?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Chacha agak tak terlalu percaya dengan isi dari pesan yang masuk tadi. Dia mengira jika itu adalah sebuah penipuan terhadap dirinya yang sangat ingin menjadi pemain dan masuk dalam tim profesional.

Kemudian dirinya membuat website pencarian. Dan mencari siapa saja nama-nama yang ada di dalam tim Big Boss.

Mata Chacha langsung membulat. Di dalam pencariannya muncul nama Saddam sebagai manajer dari Big Boss itu sendiri.

Jari telunjuknya yang memegangi papan ketik digerak-gerakannya naik turun perlahan menyentuh lembut tombol huruf i.

Matanya perlahan menelan setiap huruf untuk dibacanya yang tertampil di layar laptop miliknya.

Kemudian dia kembali menatap layar ponsel miliknya yang masih memperlihatkan pesan yang tadi dari manajer Big Boss tersebut.

"Ah... Bisa gila!! Lagian masih banyak waktu, masih ada empat hari lagi untuk membuat keputusan," ucapnya dengan mematikan layar laptopnya dan juga ponselnya.

Chacha kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya yang selalu memanjakan tubuhnya ketika dirinya kelelahan.