PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Penerima upah super

Penerima upah super

Berlangsung

Pengantar
Heriyanto pergi bekerja di kota asing sendirian. Dia bertemu dengan seorang pelacur di bus. Mereka akan pergi ke kota yang sama. Tanpa diduga, seseorang di dalam mobil ingin memperkosa pelacur ini. Heriyanto mengalahkan gangster itu. Setelah tiba di kota baru, dia tidur di kamar yang sama dengan pelacur ini. Keduanya melakukan hubungan seks dengan gila-gilaan. Tapi keesokan harinya, pelacur itu pergi. Dia juga mengambil uang Heriyanto. Akankah Heriyanto bertemu lagi dengan pelacur ini dan mendapatkan uangnya kembali?
Buka▼
Bab

Namaku Heriyanto Zainut, H-E-R-I-Y-A-N-T-O.

Pada bulan Juli 2000, aku merobek pemberitahuan masuk perguruan tinggi berkeping-keping, membereskan pakaian dan pergi ke Pangkasar seorang diri. Keluargaku terlalu miskin, tidak sanggup untuk membayar biaya kuliah, jadi lebih baik bekerja ke daerah Selatan.

Begitu keluar dari stasiun, terlihat seseorang di kejauhan mengangkat bendera merah kecil berteriak, "Jaya Timur Jaya Timur, ke Jaya Timur bus antar kota ber-AC ayo beli tiket, enam puluh ribu per orang."

Sambil menggendong ransel, aku berdesakan dalam kerumunan orang, tanganku memegang enam puluh ribu, dan berteriak dengan keras 'aku mau beli tiket'.

Seorang gadis berkulit putih bersih yang berdiri di sampingku mendongak dan bertanya padaku, "Kamu juga mau pergi ke Jaya Timur?"

Gadis itu berusia sekitar delapan atau sembilan belas tahun, mengenakan gaun putih, dengan rambut sebahu dan bedak tipis di wajahnya, saat itu belum populer riasan dengan eyeshadow, bulu mata palsu, dan sejenisnya, kecantikan yang alami.

Dia memiliki aksen yang belum pernah aku dengar sebelumnya, sangat lembut, sangat manis, begitu enak didengar.

Pada saat itu, aku masih sangat kampungan, melihat seorang gadis dengan suara yang enak di dengar dan begitu cantik, otakku langsung tidak bisa berpikir, hanya bisa mengangguk dengan tampang yang konyol.

Gadis itu tersenyum, memperlihatkan giginya yang bagus, dengan murah hati mengulurkan tangan padaku, "Wah, aku juga pergi ke Jaya Timur, kita pergi ke arah yang sama."

Aku dengan kikuk menyeka tanganku di celana sebelum mengulurkan tangan untuk menjabat tangannya, ini pertama kalinya aku berjabat tangan dengan seorang gadis, terasa sangat lembut, halus, dan kecil.

Gadis itu tersenyum lagi, "Karena sudah berjabat tangan, sekarang kita adalah teman, kita harus saling membantu dalam perjalanan ya."

Aku mengangguk lagi dan tertawa konyol. Pada saat ini orang yang mengibarkan bendera merah berteriak, "Bus sudah penuh, sekarang kami menyalakan mobil dulu, yang sudah membeli tiket silahkan mengikuti bendera merah, jangan sampai ketinggalan, kalau ketinggalan tiket akan hangus."

Ekspresi gadis itu menjadi cemas, menginjak-injak kakinya di tempat, "Aduh sudah mau berangkat, ayo cepat pergi, kalau terlambat tidak bisa naik bus."

Mulutnya berkata, tapi dia tidak bergerak.

Aku melihat ke bawah dan dia memiliki dua koper besar di tangannya, masing-masing koper ukurannya dua kali lebih besar dari ranselku.

Aku langsung membantu gadis itu mengangkat koper, gadis itu tersenyum, "Ini pertama kalinya kamu ke Pangkasar?" 

Aku mengangguk, tidak bersuara.

"Ini adalah kedua kalinya aku datang ke sini, kalau begitu kamu harus memanggilku Kakak."

Aku meliriknya dan menunjukkan ekspresi 'apa hebatnya' padanya, tapi pada kenyataannya, aku mengambil kesempatan untuk diam-diam melihatnya, dia sangat cantik.

"Kenapa kamu datang ke Pangkasar?"

Kali ini aku harus menjawabnya, aku berkata, "Bekerja."

Dia tersenyum lagi, "Haha, orang yang datang ke Pangkasar tentu saja adalah pencari kerja, maksudku apa pekerjaanmu, di bidang apa?"

Aku meliriknya dan tanpa sadar menelan ludah. Karena melihat tali renda bra putihnya yang merosot dari tangan gaunnya.

Masih muda dan bodoh, aku begitu naif, hanya melihat tali bra pun sangat bersemangat.

Aku berkata, "Aku mencari seorang teman, dia di Jaya Timur."

"Oh, apa pekerjaannya di Jaya Timur?"

"Aku tidak tahu, dia bilang pekerjaannya cukup baik, hanya itu yang dia katakan, dan sekarang dia membutuhkan pekerja, jadi dia memanggilku untuk datang."

Gadis itu menjawab oh, menyatakan dia mengerti, dan berkata kepadaku, "Aku bekerja di salon, kedepannya mohon bantuannya."

Gadis itu mengatakan dia bekerja di salon, tapi dia sebenarnya seorang wanita penghibur. Perlu diketahui, wanita penghibur seperti ini terus berpindah, tidak akan tinggal di satu tempat untuk waktu yang lama, mereka akan sering berpindah-pindah, posisinya di salon relatif rendah, pada dasarnya bergantung pada perlindungan germo, dan germo biasanya akrab dengan penguasa di berbagai daerah.

Kami akan segera naik bus, itu merupakan mini bus, beberapa konduktor yang terlihat galak berteriak mengingatkan penumpang agar segera naik bus.

Masuk ke dalam bus, penderitaan yang sebenarnya baru saja dimulai.

Mini bus tidak memiliki AC, beberapa konduktor yang galak memerintahkan kita semua untuk menutup jendela, tidak boleh melihat keluar, jika ada yang berani diam-diam membuka jendela, maka akan dihajar sampai mati.

Tidak ada yang berani melawan perintah, termasuk aku, semuanya dengan patuh menutup jendela dan tirai.

Aku katakan dulu, mini bus itu pada dasarnya berkapasitas 25 orang, tetapi diisi sampai 70 orang, dan sekarang semua jendela ditutup, dalam mobil seketika berubah menjadi mesin uap.

Panas dari 70 orang semua terkumpul menjadi satu, kemudian tercampur dengan wangi mie instan, bau kaki, wangi sosis, wangi parfum berkualitas buruk, benar-benar sangat menyiksa.

Pada saat itu aku merasa sulit bernafas, tetapi begitu teringat gadis dalam pelukanku, aku langsung merasa sedikit penderitaan ini bukanlah apa-apa.

Ya, gadis di pelukanku, sekarang dia setengah duduk di pangkuanku, dan aku duduk di atas kopernya, tidak ada pilihan lain, karena tidak ada lagi tempat di dalam mini bus.

Pada awalnya kami semua berdiri, dan orang-orang di luar bus terus mendesak, mereka terus mendesak sampai orang di belakang berteriak supaya jangan mendesak lagi, sudah tidak ada tempat di belakang.

Konduktor berambut kuning tidak sabaran, dia memanjat sampai rak bagasi kemudian melihat ke bawah, berteriak kepada kami yang naik bus terlebih dahulu, "Duduklah di atas koper kalian, dengan begitu bukankah akan ada tempat?"

Seketika ada seseorang yang keberatan, seorang pria dengan aksen Harudesar, dia berkata kasar,'jika koper diduduki akan rusak'.

Konduktor berambut kuning itu langsung meledak, tidak tahu di mana dia mendapatkan kunci pas, dia melompat seperti anjing liar, sepertinya dia akan memukul kepala pria dengan aksen Harudesar itu.

Pria itu tidak bodoh, segera menyatakan ketaatan, langsung duduk di koper, "Iya iya, aku duduk di koper."

Untungnya, dia bereaksi dengan cepat, konduktor berambut kuning melototinya, menatap dengan lekat, kemudian memperhatikan orang-orang di sekitarnya.

Siapa pun yang ditatapnya langsung duduk dengan patuh, tidak peduli di bawahnya itu kursi atau koper.

Sebelum aku sempat bereaksi ketika dia menatap kami, gadis itu menekanku duduk di atas koper dan duduk di pangkuanku tanpa canggung atau malu.

Konduktor berambut kuning sangat puas dengan hasilnya, dia memainkan kunci pas di tangannya dan berteriak, "Aku peringatkan kalian, duduk dengan patuh, turuti semua perintah, jangan mencari masalah."

Setelah peringatannya, ruang di dalam bus memang terasa jauh lebih besar.

Setelah bus melaju, tidak mungkin untuk berdiri lagi, sudah tidak ada tempat berpijak.

Meskipun gadis itu tidak mengatakan apa-apa, tapi aku merasa canggung, bagaimanapun, aku pria berusia delapan belas tahun yang tumbuh dengan sehat dan normal.

Aku berpikir, akan lebih baik jika koper lain tidak muat di rak bagasi, setidaknya dia tidak akan duduk di pangkuanku.

Aku pernah membaca lelucon di warung pinggir jalan, mengatakan seorang pria di kereta yang ramai mengundang seorang wanita untuk duduk di pangkuannya dan mengatakan kakinya adalah kursi empuk.

Wanita itu menolak, dia mengatakan sekarang kursi empuk, tapi ketika aku duduk akan menjadi kursi keras, bahkan mungkin berubah menjadi colokan.

Saat melihat itu aku merasa lucu, bagaimana mungkin ada hal seperti itu di dunia ini.

Tapi hari ini, aku benar-benar panik, karena bus bergoyang-goyang, kursi empuk ku benar-benar menjadi colokan, bahkan soket tidak bisa menekannya.