PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Nyonya Mr Dean

Nyonya Mr Dean

Penulis:BieZee02

Tamat

Pengantar
Aldean Delbaean Purma harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya sudah tertulis dalam sebuah surat yang nantinya akan dijodohkan oleh Agata. Padahal dirinya sudah mempunyai pacar. Tetapi sayangnya ia tidak mengetahui bahwa Sara hanya memanfaatkan dirinya saja dan berselingkuh dengan mantannya, Arman. Tetapi siapa sangka jika seorang Agata juga menjabat sebagai CEO yang memiliki watak keras kepala. Sama halnya dengan Dean Bagaimana nanti kehidupan mereka berdua yang dipersatukan. Akankah bertahan lama atau malah hancur lebur rumah tangganya mereka nanti.
Buka▼
Bab

Di kediamannya Oma Lestari.

"Pokoknya aku gak mau!" Dean mengucapkannya dengan nada yang tinggi. Ia tidak mempedulikan sama sekali sedang berbicara dengan siapa yang ada dihadapannya ini.

"Baca!" Oma Lestari langsung saja melemparkan sebuah amplop coklat ke arah Aldean.

"Ck!" Berdecak kecil dengan kepala yang bergeleng-geleng.

Dean memutuskan untuk bangkit dari duduknya. "Gak mau!"

"Baca Aldean!!" pekik Oma Lestari yang melayangkan tatapan tajam ke arah Dean. Ia harus sabar menghadapi cucunya yang sangat keras kepala sekali ini.

"Gak penting." Dean yang langsung saja melangkahkan kakinya.

Tetapi berhenti sejenak ketika mendengar suara pekikkan dari Omanya ini. "Aldean!!"

"Kamu mau buat Oma drop lagi?" Nada yang meninggi.

"Mau liat Oma masuk rumah sakit. Iya?" Timpalnya melangkahkan kakinya ke arah Dean

"Huh!" Membuang napasnya secara kasar. Dan membalikkan tubuhnya dengan kedua tangan yang dilipat di depan dadanya.

"Oma mohon.... Sama kamu untuk nurut saja sebentar." Suara yang tiba-tiba melirih. Dan menjadi lembut. Ketahuilah itu tidak membuat hati Dean luluh sama sekali.

"Jangan paksa aku! Bisa?" Menekankan kalimat akhirnya. Dengan kedua sudut mata yang menyipit.

"Lagi pula itu semua gak penting. Lebih baik aku pergi aja,"

"Dean!!" sergah dengan cepat.

Dean menghela napasnya panjang. Memejamkan matanya sejenak. "To the point."

Raut wajah yang datar. Dan rahang yang mengeras. Menahan emosi agar tidak meluap dihadapan Omanya. Mau bagaimana juga ia harus tetap hormat.

Dan Oma Lestari yang melihat itu tersenyum lebar. Akhirnya Dean mau mendengarkan ucapannya juga.

"Umur kamu udah berapa?" Menarik kedua sudut bibirnya. Dan menatap dalam manik Dean.

Dean hanya mengangkat kedua bahunya secara acuh dan bersamaan.

"Masa kamu sendiri tidak tahu. Oma saja ingat betul umur kamu sekarang berapa." Nada yang terdengar lembut dan sedikit menggoda. Dean yang mendengarnya hanya mendengus pelan.

"To the point." Melangkahkan kakinya untuk kembali duduk dengan satu kaki yang terangkat ke atas dan bertumpu pada lututnya.

"Kalo gak! Aku pergi sekarang juga." Ancamnya yang memang tidak main-main.

"Baik. Oma akan langsung bilang apa tujuan Oma menyuruh kamu untuk datang ke sini,"

"Sesuai apa yang kamu mau." Melangkahkan kakinya untuk duduk juga. Dean menaikan satu alisnya.

"Memang ini gak gampang untuk kamu jalanin, tapi ini pasti yang terbaik untuk kamu,"

"....."

"Oma yakin, kamu pasti bi-"

"To the point," selanya dengan cepat.

"Huft." Membuang napasnya secara perlahan.

"Jadi gini, Opa pernah berpesan sama Oma sebelum pergi selama-lamanya,"

"Dan itu semua tertulis dalam amplop." Menaruhnya di atas meja. Dean masih belum menyentuhnya. Ia malah menatapnya secara malas.

"Baca dulu baru Oma jelasin nantinya." Memajukan amplop tersebut lebih dekat dengan Dean.

"Apa perlu Oma yang bacain?" Mengambil amplop tersebut. Karna Dean sama sekali bergeming.

"Lebih baik kamu sendiri saja. Lagi pula ini amanah dari Opa." Memberinya ke Dean tetapi dengan cepat ia tepis itu dengan memalingkan wajahnya ke sembarang arah.

"Fiuh...." Menghela napasnya panjang karna susah sekali cucunya ini.

"Dean kamu itu kenapa sih susah sekali hanya untuk baca amplop ini saja!"

"Waktu aku gak banyak. Dan sekarang juga udah habis." Membangkitkan tubuhnya kembali tetapi Oma Lestari langsung saja melemparkan amplop tersebut tepat wajahnya Dean.

Untungnya dengan sigap ia bisa menangkap itu. Melayangkan tatapan tajam dan menahan emosinya.

"Semuanya bakal beres kalo kamu menurut saja sebentar! Dan baca amplop itu,"

"Oke aku baca!" Pasrahnya. Dengan tangan yang bergerak untuk membuka amplop tersebut secara kasar. Hampir saja sobek.

Dean menyeritkan dahinya sejenak. Dengan malas ia membaca itu semua. Entah kenapa banyak sekali lembar kertasnya.

"Cukup baca pada halaman tiga point 30 saja," ucap Oma yang melihat kerutan dahi Dean.

Dean pun menuruti apa kata Omanya untuk membaca point 30 saja yang tertulis:

30. Untuk cucuku Aldean Dalbean Purma. Tolong nanti jodohkan dia dengan pilihanku. Yaitu anak dari Bonza Haruman Jaya.

"Gak! Aku gak setuju!" Membuang lembaran kertas tersebut di atas meja dengan kuat sehingga menimbulkan suara.

Dean langsung saja pergi dari hadapan Omanya dengan perasaan yang campur aduk apalagi setelah membacanya tadi.

Ia tidak terima dengan pernyataan konyol seperti itu. Mana mungkin ia harus mengkhianati Sara yang jelas-jelas sekarang menjadi pacarnya.

"Shit!" Menaiki mobilnya secara cepat dan menginjakkan pedal gasnya kuat membelah jalanan.

"Aku gak mungkin!! Menerima itu semua!" Membanting stirnya dengan kepala yang bergeleng-geleng kuat.

Tangannya bergerak untuk mengambil ponselnya yang berada di dalam jas. Lalu ia mulai menghubungi Sara.

"Maaf nomor yang anda tuju sedang sibuk,"

Perasaannya semakin campur aduk. Ia harus segera ke apartemennya Sara secepat mungkin.

Ia sangat membutuhkan sebuah pelampiasan agar dirinya kembali tenang dan emosinya juga mereda. Karna hanya Sara satu-satunya wanita yang bisa.

Entah kenapa ia kesal sekali mengetahui pernyataan tersebut. Yang mana pastinya semua perintah Opa apalagi sudah tertulis seperti itu. Tidak bisa diganggu gugat.

Dengan cepat ia memasuki gedung yang menjulang tinggi tersebut. Langkah yang tergesa-gesa membuat dirinya menabrak seseorang.

'Bruk!'

"Aws...."

"Hey!! Kalau jalan hati-hati dong!!"

"Dasar!! Tidak punya mata apa!!"

Dean tidak mempedulikan hal tersebut. Apalagi untuk membantunya. ia tetap saja melangkahkan kakinya secara lebar menuju apartemen Sara yang tergelatak di lantai paling atas.

Sesampainya di sana. Ia langsung saja memasukinya. Untuk urusan kode membuka pintu Dean pasti mengetahuinya. Karna ia sering bulak-balik tidur di sini jika ada masalah.

"Sara!!!" pekiknya ketika tidak melihat sama sekali batang hidung Sara.

"Sara! Kamu di mana. Baby." Melangkah ke arah kamarnya yang kosong juga.

Hampir semua ruangan sudah Dean cari tetapi ia masih tetap saja tidak menemukan Sara.

"Shit! Dia pergi kemana gak bilang-bilang," gumamnya yang memutuskan untuk menelpon Sara.

"Kenapa gak aktif terus nomornya!" gerutu Dean. Lalu ia berniat mencarinya keluar siapa tahu Sara sedang mencari makan untuk sarapan. Karna tadi itu Omanya minta dirinya datang pagi-pagi sekali.

"Kemana sih perginya?" Mengenggokkan kepalanya ke arah kanan dan kiri.

Tetapi pandangannya tiba-tiba saja tersita pada seorang wanita yang baru saja keluar dari apartemen orang. Dengan pakaian yang acak-acakan sekali.

"Gak mungkin kalo itu. Sara!" Menajamkan pandangannya. Untuk melihat jelas-jelas benar apa tidak penglihatannya itu.

"Masa dia berkhianat sama gue," gumamnya ketika seorang wanita itu mengecup singkat bibir lelaki tersebut. Dan menggantungkan kedua tangannya di leher tersebut dengan mesra.

"Tapi...." Melangkahkan kakinya untuk lebih dekat. Entah kenapa ia menjadi penasaran sekali dengan sosok wanita tersebut.

"Argh!!" pekiknya dengan napas yang memburu.

"Bukan! Bukan! Dia bukan. Sara." Melenggang pergi untuk mencarinya kembali. Karna ia sangat yakin bahwa Sara tidak mungkin akan berkhianat seperti itu.

***