PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Sibling Goals

Sibling Goals

Penulis:Alaksa

Berlangsung

Pengantar
Jessa, gadis berparas cantik yang belum pernah merasakan pacaran sebab terlalu sibuk dengan dunianya. Zeon, kakak sepupu gadis itu yang diidamkan banyak siswi terkadang membuat Jessa harus bersembunyi agar tak diberi banyak pertanyaan tentang apa saja yang dilakukan cowok itu. Amora, gadis yang berambisi memiliki Zeon bisa dikatakan musuh besar Jessa. Mereka berpura-pura baik di depan Zeon sedangkan jika tidak ada cowok itu, keduanya akan menyalakan api masing-masing. Jessa yang hendak memisahkan Amora dengan Zeon karena merasa Amora itu tak baik, tiba-tiba dipertemukan dengan cowok tampan yang membuatnya jadi sibuk dengan cowok itu sehingga tidak lagi memikirkan Zeon. Namun, suatu hari, kecurigaan Jessa pada Amora pun terbongkar. Kebahagiaan Zeon seolah terenggut begitu saja dan Jessa sudah bahagia bersama pasangannya.
Buka▼
Bab

Mobil bercat putih berisi pasangan saudara itu memasuki pekarangan sekolah dengan kecepatan super rendah, mengingat banyaknya siswa lain yang tengah berlalu-lalang.

Mereka memilih berdiam di dalam kendaraan tersebut saat sampai parkiran. Menunggu teman-temannya masuk dulu hingga sepi barulah keduanya keluar.

Jika kebiasaan itu tak dilanjutkan, maka para gadis pengincar si cowok dan beberapa yang tidak suka dengan mereka akan bergerumbul menodong.

Banyak yang menyukai kemesraan mereka di depan umum meskipun terbatas kasih sayang keluarga. Namun, tak sedikit pula pembenci itu hadir karena menganggap mereka terlalu berlebihan.

Jessa Kanara, si adik tersenyum simpul sedangkan Zeon Yoseka, sang kakak hanya tertawa kecil. Lucu saja melihat kenyataannya.

"Kenapa lo terlahir ganteng, sih? Kalau gak ada penggemar lo, gue pasti gak capek-capek bales ulah mereka tiap hari," ujar Jessa, melirik singkat kakak sepupunya.

"Gak usah diladenin. Lo yang darah tinggi mereka seneng-seneng," balas Zeon.

Merasa sudah cukup sepi, ia pun kembali berkata, "Yuk! Nanti keburu disamperin BK ke sini."

Jessa mengangguk, bel baru saja berbunyi dan ia harus cepat-cepat masuk kelas sebelum adanya guru piket yang berkeliling. Ia tidak mau menambah beban dengan berurusan pada pengajar.

Gadis itu memasuki kelas yang ternyata belum dimulai. Berpisah dengan Zeon di pembatas kelas sebelas dan dua belas tadi. Mereka berbeda angkatan yang mana pembenci Jessa kebanyakan kakak kelas.

Baru juga sampai di ambang pintu sebelas IPS lima, Jessa sudah dihadang oleh ketiga siswi yang ia ketahui berbeda kelas dengan Zeon. Namun, masih dalam satu jurusan.

"Oh, apa perlu kita main tangan, ya, Guys? Manja banget, sih, lo jadi adeknya Zeon. Lo bukan pacarnya!" seloroh gadis itu.

Jessa tertawa remeh. "Terus, Kakak pacarnya? Bukan, 'kan? Gak ada attitude banget. Gak bisa dicontoh adeknya."

Menubruk bahu yang lebih tinggi darinya, Jessa dicekal oleh dua gadis lainnya. Tidak berteriak meminta dilepaskan, ia memilih tunggu apa yang akan mereka lakukan.

"Gue peringatin ke-sekian kalinya, lo besok jangan bareng Zeon! Zeon juga butuh pendamping. Bukan cuma urus lo, Bocah!"

"Kakak gak ada kerjaan, ya? Mending pergi sebelum ada guru, deh. Temen-temen gue bisa aja serang Kakak loh. Gak lihat mereka seberapa banyak?"

"Dih, ngandelin temen," kekehnya.

"Oke, Kakak mau lawan apa sama gue? Kecerdasan? Otot? Adu mulut? Adu cantik? Adu tenar?" tantang Jessa, "di antara itu semua tetep aja gak ada yang bisa buat Kakak spesial. Zeon gak bakal suka sama Kakak."

"Oh, ya? Main-main lo sama gue!"

Tangan gadis itu sudah hampir mencapai rambut Jessa. Namun, dengan mudah ia dapat mencekalnya. Tertawa kecil kemudian memegang lebih erat.

"Bosen, pakai cara lain dong."

Hendak melanjutkan main-mainnya, tetapi Jessa takut mengganggu teman lain di kelas. Gadis itu memilih masuk setelah menginjak sepatu mereka masing-masing. Ia bisa saja bertindak lebih kasar, sayangnya belum ingin menunjukkan itu sekarang.

Jangan tanya mengapa teman-teman sekelasnya hanya memandangi hal tersebut. Mereka yakin Jessa dapat mengatasi hal sepele itu sendiri. Tidak harus dibela, yang ada kakak kelas itu keburu kalah dulu.

"Mau gue usulin sesuatu, gak? Ada ide lumayan cocok, sih, buat bales mereka." Salah satu sahabat Jessa, Kana namanya, berbisik.

"Gue dukung usul Kana, dia udah kasih tau pas lo belum dateng tadi. Asli, ini bakal seru banget," tambah Rena.

"Apaan?" tanya Jessa.

"Kita bikin Zeon sama Amora jadian. Sebentar aja, kita ajak Zeon kerja sama juga. Suruh dia pura-pura mau, meskipun nyatanya jijay. Lo kerjain dia tiap di depan Zeon. Lihat reaksinya, kalau baik ya lanjutin," jelas Kana.

Jessa mengangguk paham. "Boleh juga, apalagi pas si Amora diajak ke rumah Zeon. Kita kerjain dia bertiga, bareng-bareng. Seru kayaknya."

"Gue bareng Kana sama Rena. Lo balikin aja mobil gue ke rumah atau bawa itu buat pergi juga boleh," ucap Jessa pada Zeon yang tengah menunggunya di dekat mobil.

Zeon melepas kacamata hitamnya. "Kenapa? Lo ada urusan penting?"

"Enggak, sih, cuma mau main-main aja," jawab Jessa enteng.

"Ya, udah deh. Gue mau balik, capek." Cowok itu berbalik badan, membuka pintu mobilnya.

"Kalau diajak cewek main jangan tolak, ya, Ze!" teriak Jessa begitu jendela mobil tersebut hampir menutup.

"Bodoh amat." Zeon memutar bola mata.

"Serius loh, jangan tolak kali ini aja."

"Ada apa? Gue capek banget, ah!" kesalnya.

"Gue mau kerjain Amora! Lo harus ikutin rencana gue. Plis, ya, Ze? Sekali aja biar seru, ah!"

Jessa menampakkan puppy eyes dengan menyatukan kedua telapak tangan.

Helaan napas kasar dilakukan Zeon sembari menatap aneh adik sepupunya. "Iya ...."

"Jangan kasar-kasar, ngomong pakai bahasa manusia sama dia."

"Emang selama ini gue bahasa apaan? Hewan?"

"Alien!" decit Jessa kemudian berlari menuju gerombolan sahabat-sahabatnya.

"Berhasil, Guys! Yuk, gue yang di depan aja. Lo berdua di belakang boleh," kata Jessa bersemangat. Meraih kunci mobil yang tengah dimainkan oleh Kana.

"Jadi supir dong lo." Rena tertawa lebar.

"Gak apa-apa demi ngerjain Amora."

"Ye, si bangke," umpat Kana.

Mereka pun memasuki mobil. Memastikan bahwa Zeon benar-benar tidak berpindah tempat. Cowok itu masih menunggu di dalam mobil dengan Jessa, Kana dan Rena yang memerhatikannya dari jarak sedikit jauh.

"Yuk, Guys! Semangat!" seru Jessa.

"Rencana lo ini bakal berapa lama?" tanya Kana.

"Sampai Amora benar-benar tersiksa. Gak peduli berapa lama."

Baru juga kalimat itu selesai diucap oleh Jessa, Amora beserta antek-anteknya—dua orang yang mencekal Jessa tadi—mendekati mobil Zeon. Tak lupa dengan tingkah sok elegan yang membuat Jessa ingin sekali melempari gadis itu dengan sesuatu.

"Zeon, adek lo di mana?" tanya Amora.

Zeon terlihat celingukan mencari objek yang dimaksud Amora. Didapatinya gadis itu tengah menaikkan salah satu alis di dalam mobil Kana. Ia dibuat mendengkus.

"Ze?" lanjut Amora karena Zeon yang tak kunjung menjawab.

Zeon melirik gadis itu. "U-udah duluan, dijemput papanya. Kenapa?"

"Biasa, anak manja," dengus Amora, "gue boleh bareng lo? Mobil gue mogok."

"Dasar anak manja! Gak usah!" decit Zeon.

Jessa yang mendengarnya segera memberi pelototan tajam pada Zeon. Hal tersebut membuat si cowok lagi-lagi kesal dan terpaksa menurutinya.

"Yah, orang gue cuma sekali. Lain kali gak lagi."

"Ya udah iya, gih masuk!" suruhnya.

Amora berbalik badan. Menyuruh kedua sahabatnya untuk pergi sedangkan ia memasuki mobil Jessa yang tengah dipakai Zeon.

"Mobil lo keren banget, wangi lagi," puji Amora.

"Bukan mobil gue, ini punya Jessa."