PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Lets Meet Again

Lets Meet Again

Penulis:Vloom Bien

Berlangsung

Pengantar
Aku hanyalah seorang gadis biasa yang selalu sendiri dan merasa kosong. Hingga suatu hari aku menemukan sebuah bintang. Bintang itu tidak hanya membuatku mengenal berbagai emosi, tetapi juga membuat diriku merasakan hidup yang sesungguhnya. Sayangnya, aku selalu merasa bahwa bintang itu terlalu sulit untuk diraih. Bagaikan bintang yang bersinar di langit di antara berjuta bintang lainnya. Meskipun begitu, aku selalu berharap suatu hari nanti akan tiba waktunya bintang itu datang padaku, menyinari ruang kosong dalam hatiku, dan menetap di dalamnya. Akan tetapi, bila aku dan dirinya tidak dapat bertemu dan bersama di dunia yang fana ini. Ayo bertemu lagi suatu hari nanti!
Buka▼
Bab

Cinta. Satu kata yang terasa tabu dan asing di kehidupanku yang monokrom. Aku mencintaimu. Itu merupakan kalimat yang tak pernah terbayangkan akan terucap lewat mulutku. Selama ini semua ungkapan cinta dari novel yang kubaca, tayangan film romantis atau lewat pasangan dimabuk cinta yang tak sengaja kudengar, sungguh sangat menggelikan bagiku. Sebab sejak awal hatiku ini kosong tak berpenghuni dan akan tetap kosong sampai akhir hidupku, begitu pikirku.

Aku terus berpikir bahwa jatuh cinta merupakan hal yang mustahil untuk menjadi bagian hidupku. Namun ternyata takdir berkata lain, desiran angin yang tiba-tiba muncul menggelitik ruang kalbuku. Nyatanya cinta itu seperti angin, tak dapat dilihat, namun dapat kita rasakan kehadirannya. Aku mulai bertanya-tanya pada diriku sendiri. Dapatkah dia merasakannya? Merasakan angin yang membawa cintaku? Entahlah, dia terlalu jauh untuk diraih bagaikan bintang yang bersinar di langit. Akan tetapi, meski dia berada di antara berjuta bintang lainnya hanya dia bintang yang berhasil menyinari ruang kosong hatiku yang telah usang dan berdebu.

Maafkan aku yang telah lancang mencintaimu. Aku mencintaimu tanpa alasan. Sebab saat kita mencintai seseorang dengan tulus, maka kita tidak butuh alasan untuk mencintainya dan tetap bersamanya. Meskipun begitu, aku selalu berharap suatu hari nanti akan tiba waktunya bintang itu datang padaku, menyinari ruang kosongku, dan menetap di dalamnya. Aku tahu itu hanya sebuah harapan kosong yang bodoh untuk dilakukan, tapi aku hanya ingin melakukannya. Aku ingin menjadi pemeran utama wanita dalam panggung drama kisah cintanya.

Mungkin banyak yang berpikir bahwa aku ini menyedihkan. Seseorang yang dulu menganggap bahwa cinta itu menggelikan, kini malah terjebak dalam jurang kelam yang bernama cinta. Sejujurnya aku merasa bahwa aku bukan orang yang lemah seperti sekarang ini. Sejak dulu aku telah terbiasa hidup sendiri. Aku juga bukan tipe orang yang dengan mudah menunjukkan emosiku. Dulu aku sangat bangga pada diriku yang memiliki pengendalian diri sangat tinggi. Ya, itu dulu, sebab saat ini aku hanya gadis berusia 19 tahun yang begitu rapuh karena baru pertama kali merasakan yang namanya jatuh cinta.

Setiap hal yang mengingatkanku pada bintangku itu membuatku merasakan berbagai emosi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Mungkin terlalu berlebihan bila menyebutnya bintangku, karena sesungguhnya dia bukan milikku. Namanya Ethan. Aku dan Ethan merupakan mahasiswa tahun ketiga di perguruan tinggi yang sama bahkan berada di jurusan yang sama. Kami juga berada di kelas yang sama selama 3 tahun berturut--turut. Aku sungguh sangat beruntung. Selama tiga tahun aku mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, selama itu juga aku menyukai bahkan mencintai sosok laki-laki yang bernama Ethan. Baiklah, aku yakin kalian pasti sudah tidak sabar untuk mengetahui bagaimana kisah gadis yang tidak pernah jatuh cinta ini, akhirnya jatuh cinta.

*******

Seperti kebanyakan kisah romansa, pertama kali aku merasa tertarik pada Ethan adalah pada masa pengenalan lingkungan kampus atau yang biasa dikenal dengan OSPEK. Saat itu Ethan datang terlambat dengan rambut yang berantakan juga pakaian yang tidak sesuai dengan ketentuan panitia OSPEK. Kalian pasti tahu apa yang selanjutnya terjadi. Ya, Ethan dihukum oleh panitia OSPEK. Sebenarnya bukan hanya dia yang dihukum, namun seluruh mahasiswa baru di jurusan kami juga dihukum. Kami diminta untuk berdiri di tengah lapangan hingga waktu yang ditentukan. Khusus untuk Ethan, panitia memintanya berdiri menghadap para mahasiswa baru. Katanya sih, agar kami ingat wajah orang yang sudah membuat satu angkatan kami dihukum. Terima kasih untuk itu, karena hingga saat ini pun aku tidak bisa melupakan wajah itu bahkan hingga terbawa dalam dunia mimpi.

Bagaimana ya menjelaskannya, sekali lihat saja orang-orang pasti setuju kalau wajah Ethan itu tampan. Tapi, entahlah hanya saja hari itu wajahnya terasa istimewa daripada wajah-wajah tampan yang pernah kulihat sebelumnya. Dia berdiri cukup jauh dariku, namun masih dalam jangkauan mataku. Dia berdiri dengan memasang senyum bodoh — senyum memesona — di wajahnya. Rambutnya yang mulai panjang dan tidak tertata rapi berterbangan tertiup angin seperti dalam film. Entah apa yang merasukiku — tolong jangan membacanya sambil bernyanyi — hingga membuatku berpikir bahwa saat itu dia terlihat seperti seorang model yang sedang berpose dibandingkan seorang mahasiswa baru yang sedang dihukum.

Aku memandangi wajahnya cukup lama untuk mencoba mengingat wajahnya yang ekhem tampan ekhem itu, lagipula panitia OSPEK yang menyuruh untuk mengingat wajah yang sudah membuat satu angkatan dihukum — alasan —. Mungkin sadar ada yang memandangi wajahnya cukup intens, tiba-tiba saja dia mengarahkan wajahnya ke arahku. Voilà! pandangan kami bertemu. Tersadar pandangan kami bertemu, aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah lain. Astaga, itu sangat memalukan pikirku. Tiba-tiba saja pipiku terasa menghangat. Hey, apa-apaan ini, aku pun menggeleng-gelengkan kepalaku untuk menghilangkan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul itu. Lalu saat aku kembali mengarahkan pandanganku ke depan.

Deg!

Mataku bertemu pandang lagi dengannya. Kali ini aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya, seolah dia mengunci pandanganku. Kemudian dia mengeluarkan senjata rahasianya. Ya, dia memasang senyum bodoh — senyum memesona — itu lagi di wajahnya.

Blush!

Aku yakin saat ini wajahku memerah sempurna. Bisa kurasakan telingaku juga ikut menghangat. Apa ini yang dinamakan wajah semerah tomat? Aku refleks memegang telingaku yang mulai terasa semakin panas. Aku kembali melihat ke arahnya, dia sudah tidak melihat ke arahku. Tapi, aku bisa melihat ujung bibirnya yang berkedut seolah menahan tawa. Aku yakin dia pasti sedang menertawakanku dalam pikirannya. Selamat wahai saudara yang sudah membuat satu angkatan dihukum, kini gadis yang sebelumnya berpikir bahwa cinta itu adalah hal yang konyol, malah perlahan-lahan jatuh ke dalam jurang tak berujung yang bernama cinta.

*******

Seusai masa OSPEK, kegiatan perkuliahan pun dimulai. Omong-omong, sekarang aku sudah tahu siapa nama laki-laki yang membuat satu angkatan dihukum — membuatku tertarik —. Namanya Ethan, lebih tepatnya Stefanus Ethan. Namun, saat perkenalan di masa OSPEK dia berkata bahwa dia tidak ingin dipanggil dengan nama depannya. Begitulah, jadi kami memanggilnya Ethan.

Mengenai Ethan, sejak kejadian legendaris itu, dia jadi dikenal oleh banyak orang, baik di kalangan mahasiswa baru maupun di kalangan mahasiswa lama, yaitu kakak-kakak tingkat kami. Seiring berjalannya waktu, Ethan semakin populer saja. Aku sudah menduganya, laki-laki tampan itu jika diam saja akan tetap terkenal. Apalagi tipe laki-laki tampan seperti Ethan, dia ramah, atletis, pintar, dan curangnya sering tebar senyum bodoh — kalian pasti tahu senyum apa maksudnya —. Laki-laki lain di angkatan kami sudah jadi seperti cumi-cumi saja kalau dibandingkan dengannya.

Jika kalian penasaran bagaimana gadis sepertiku ini paham hal-hal seperti itu, hey biar kuingatkan lagi. Aku ini memang tidak pernah jatuh cinta dan berpikir hal cinta dan sejenisnya itu menggelikan. Tapi seperti yang aku bilang, aku ini pernah membaca novel romansa, menonton film romantis dan ekhem tidak sengaja mendengar ungkapan-ungkapan cinta menggelikan dari pasangan budak cinta di sekitarku.

Aku juga tahu Ethan populer karena memang banyak gadis-gadis yang membicarakannya dan memuja-mujanya terang-terangan. Banyak juga orang-orang yang menempelinya kemana pun dia pergi. Jujur, aku sangat ingin mengabaikannya seperti dulu aku selalu mengabaikan sekitarku. Tapi, entah mengapa mataku selalu tertuju padanya. Lalu bila sudah tertuju padanya rasanya sulit bagiku untuk mengalihkan pandanganku. Oh ya, jangan anggap aku stalker. Aku hanya tidak sengaja berpapasan dengannya. Tidak sengaja SERING berpapasan dengannya.