PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Affair With You

Affair With You

Penulis:shopiaaa_

Tamat

Pengantar
Mereka. Dua pasangan yang serasi. Bisa dibilang mereka itu, couplegoals. Menjalin hubungan sejak lama. Ali dengan Jodie Prilly dengan Maxime Seantero sekolah mengenal mereka. Pasangan kekasih yang selalu menjadi perbincangan hangat di kalangan siswa dan siswi di SMA Pelita. Kepopuleran kedua pasangan tersebut cukup menarik perhatian. Tetapi siapa sangka, jika kedua pasangan tersebut ternyata tidak saling mencintai. Ah! bukannya tidak saling mencintai, tetapi ada yang bosan dengan pasangannya sehingga tertarik dengan orang lain. Bagaimana akhir kisah kedua pasangan yang memiliki daya pikat tersebut? Bagaimana pula usaha Ali dan Prilly memperjuangkan apa yang seharusnya mereka miliki disaat semua orang berbondong menghancurkan harapan yang telah dirangkai begitu indah?
Buka▼
Bab

Namanya Ali Alkathiri. Tampan, petakilan, iseng, most wanted, dan bad boy. Sialnya, cowok sejenis Ali ini justru menjadi ketua OSIS di sekolahnya. Bagaimana bisa? Jangan tanya Ali, sebab Ali sendiri masih bingung dengan posisinya saat ini. Salahkan saja warga sekolah kenapa mencalonkannya sebagai kandidat ketua OSIS tahun lalu dan memilihnya sebagai ketua OSIS. Jangan salahkan Ali, salahkan saja kenapa banyak yang memilihnya. Tiada hari tanpa hukuman baginya. Tiada hari tanpa menjahili temannya. Gayanya yang urak-urakan menambah kesan bad boy pada dirinya yang sudah melekat sejak ia menginjak kelas satu SMA. Dia memiliki kekasih bernama Jodie Valerrie. Meski Ali terkenal dengan sikap dingin dan arrogantnya, tapi ketahuilah saat bersama sang kekasih sikap dingin dan arrogantnya lenyap tergantikan dengan sikap lemah lembut dan penyayang. Hanya kepada Jodie lah sikap esnya mencair.

Banyak kaum hawa di sekolahnya yang memujanya. Tapi dia menanggapinya dengan cuek dan tak peduli. Pacarnya saja kerap kali di landa api cemburu dikarenakan dia yang menjadi rebutan siswi di sekolah. Bukan Ali namanya jika tidak bisa membuat kekasihnya bahagia. Ali melakukan segala cara agar Jodie merasa bahagia.

Seperti pagi hari ini di SMA Pelita, tempatnya menimba ilmu. Sejak dari parkiran, tangannya menggenggam erat tangan kekasihnya. Dengan santainya dia mengecup pipi kekasihnya di hadapan siswi yang tengah memperhatikannya. Jeritan dan pekikan histeris terdengar sepanjang koridor saat melihat aksinya yang mengecup pipi Jodie. Siapa lagi yang bertingkah alay bin lebay kalau bukan fans-fansnya.

Jodie menundukkan kepalanya malu. Pipinya memerah seperti kepiting rebus mendapat perlakuan seperti tadi oleh Ali. Dia juga merasa takut saat siswi yang menjadi fans Ali mencibirnya secara terang-terangan. Mengatainya dengan berbagai hujatan yang membuatnya semakin menundukkan kepalanya. Jodie melirik Ali yang masih terlihat acuh, Jodie menghela nafasnya pelan, bagaimanapun juga dia harus membiasakan diri dengan situasi seperti sekarang. Mungkin inilah konsekuensi menjadi kekasih seorang most wanted yang terkenal bad boy.

Keduanya memasuki kelas dengan tangan yang masih bertautan satu sama lain. Teman-temannya di kelas bersorak riuh saat keduanya mulai menduduki bangkunya masing-masing. Ali yang duduk di belakang Jodie sehingga mempermudah Ali mengawasi gerak-gerik kekasihnya.

Sedetik kemudian kelas yang awalnya riuh menjadi senyap seketika. Siswa yang tadinya asik melempar berbagai godaan kepada Ali dan Jodie, sekarang diam menunduk berpura-pura membaca buku yang sengaja di ambil dari tas atau mengambil buku milik teman perempuannya.

Suasana kelas hening dan hanya suara dentuman sepatu yang terdengar. Bukan. Bukan suara sepatu pantovel milik guru laki-laki atau high hells milik guru perempuan. Tetapi sepatu vans milik seorang perempuan dengan rambut sebahu dan postur tubuh mungilnya membuatnya menjadi menggemaskan. Dia, Prilly Anastasya si ketua kelas XI Ipa 2 yang terkenal dengan suara cemprengnya yang menggelegar juga terkenal dengan kepintarannya yang unggul dalam semua mata pelajaran. Siapa yang tidak tertarik dengannya. Cantik, baik, manis, pintar, dan kaya. Perfect kan?! Siapa yang berani menolak pesonanya itu. Tapi sayangnya, statusnya yang memiliki kekasih membuat semua siswa mendesah kecewa.

Kekasihnya bernama Ahmad Maxime Slamet. Jangan lihat dari namanya, lihatlah kelebihannya. Nama boleh jelek, tapi tampang tak jauh beda dari Ali, meski gantengan Ali jauh sih. Itu pun menurut pengakuan semua siswi SMA Pelita. Mereka satu kelas, sama seperti Ali dan Jodie. Prilly yang duduk sebangku dengan Jodie di bangku urutan paling depan. Sedangkan Maxime duduk sebangku dengan Ali, tepat di belakang Prilly.

"Bu Ina gak bisa ngajar karena ada kepentingan." Ucap Prilly yang berdiri di depan papan tulis.

Sontak sorakan bahagia menggema seisi kelas. Prilly melototkan matanya kepada salah satu temannya yang duduk di bangku paling pojok, refleks temannya langsung diam dan menghentikan aksi gilanya.

"Bu Ina ngasih tugas dan di kumpulkan nanti saat bel pulang sekolah, tugasnya ada di halaman 45 soal uraian dari nomor 1 sampai 10 di kerjakan pakek cara," Ucap Prilly dan berlalu menuju tempat duduknya.

"Yahhhh...”

Keluhan teman sekelasnya menggema seisi kelas. Bagaimana tidak, saat jam kosong dikarenakan sang guru tidak masuk dan itu menjadi peluang bagi para siswa dan siswi untuk sekedar bersantai ria kini tergantikan dengan tugas uraian matematika dengan caranya pula. Mending kalau soalnya gampang, kalau sulit? Ya mampus sesaat.

"Udah gak usah pada ngeluh! Mending kerjain deh, apa susahnya coba, banyak bacot lo semua!" Seru Ali yang mulai merasa kesal kepada teman-temannya yang ngeluh sana-sini tapi tak ada usaha untuk mengerjakan.

Maxime yang duduk di sebelah Ali memandang Ali bingung. Pasalnya Ali memarahi teman-temannya karena kebanyakan mengeluh dan tidak mengerjakan tugas matematika yang di berikan Bu Ina, sedangkan dirinya sendiri malah asik tidur dengan menjadikan buku paket sebagai bantalan. Maxime hanya bisa menggelengkan kepalanya. Seorang bad boy seperti Ali memang selalu bertingkah semaunya. Menganggap orang lain salah dan menganggap dirinya benar.

"Woyy Li! Lo sok-sokan marahin kita kita gara-gara banyakan ngeluh kagak ngerjain tugas, lo sendiri aje asik molor. Temen kampret lu emang," Rassya, teman Ali yang memiliki sikap dan kelakuan hampir sama dengan Ali. Rassya menjitak keras kepala Ali membuat sang empu meringis dan membuka kelopak matanya yang baru saja terlelap.

"Eh kutu kudanil ganggu aje lo orang lagi molor, sono sono minggat lo jangan ganggu gue," usir Ali mendorong Rassya dengan kasar sehingga pantat Rassya membentur meja di belakang Ali.

"Anjirr kampret lu Li, pantat mulus gue ternodai," ucap Rassya mendramatis membuat Ali bergedik jijik.

"Bukan temen gue," saut Ali dan kembali melanjutkan tujuan utamanya, yaitu tidur.

"Ali,"

Belum sempat matanya terpejam, suara lembut yang familiar baginya menghentikan tujuannya. Segera Ali mendongakkan kepalanya menatap ke asal suara.

"Apa sayang?" Ali berkata lembut dengan tangan yang terulur mengusap lembut pipi kekasihnya, Jodie.

Tangan Jodie terulur menggenggam tangan Ali yang masih bertengger indah di pipinya. Dengan senyum manisnya yang membuat siapa saja terpesona, Jodie mengusap lembut tangan Ali.

"Kerjain tugasnya sama aku ya, daripada tidur kan gak ada manfaatnya. Yang ada kamu di hukum karena belum menyelesaikan tugas Bu Ina." Jodie memberikan senyum andalannya yang mampu membuat Ali menurut tanpa bantahan.

Seperti orang oon, Ali mengambil buku tulisnya dan menulis rumus-rumus matematika yang sudah di beritahukan Jodie sebelumnya.

Tanpa mereka sadari, sosok Prilly yang duduk di samping Jodie merasakan perasaan tak terima saat melihat Ali yang memperlakukan Jodie begitu manis. Entah kenapa dadanya menjadi sesak. Cemburu, kah? Prilly menggelengkan kepalanya. Tidak! Tidak mungkin dia cemburu dengan Jodie. Dia sudah punya Maxime, kekasihnya. Prilly menepis jauh-jauh perasaan aneh yang tumbuh dalam hatinya saat melihat keromantisan Ali dan Jodie.

Tak mau berlarut dalam perasaannya yang semakin tak menentu. Prilly mengikuti Jodie yang membalikkan kursinya ke belakang, sehingga dia sepenuhnya menatap Maxime. Dilihatnya Maxime yang fokus mengerjakan tugasnya. Prilly menggenggam tangan kiri Maxime yang mampu membuat Maxime terkejut dan sedetik kemudian keterkejutannya tergantikan dengan senyum cerahnya.

"Mau ngerjain bareng?" Tanya Maxime lembut.

Prilly mengangguk mengiyakan. Tangannya masih menggenggam tangan kiri Maxime dan tangan kanannya sibuk menyalin tugas Maxime yang hampir selesai, berbeda jauh dengan tugasnya yang hanya baru menyelesaikan tiga soal.

Tak jauh berbeda dari Prilly, Ali yang tadinya tak sengaja menatap ke arah Prilly dan Maxime dadanya bergemuruh hebat. Emosinya sedikit terpancing saat Maxime membalas genggaman tangan Prilly. Ada perasaan tak terima dan kesal dalam dirinya. Tapi dia sadar akan posisinya, Prilly siapa dan dia siapa.

Mungkin ini awal dari semuanya.