PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Aku Ingin Menikah

Aku Ingin Menikah

Penulis:alienhuman96_

Berlangsung

Pengantar
Bagi sebagian orang mungkin pertanyaan "kapan menikah?" Adalah hal biasa dan bukannya tabu untuk di ucapkan. Namun nyatanya kalimat sederhana dan ringan ketika di ucapkan tersebut nyatanya mampu menembus dan melukai hati seorang gadis cantik yang hampir berusia 28 tahun. Rembulan Adara Jelita, wanita matang dengan paras cantik dan menawan meski terbilang telah berumur wajahnya tetap saja terlihat manis dan imut. Di usia hampir menginjak 28 tahun Rembulan masih saja betah menyendiri. Jika teman-teman sebayanya memilih untuk menikah dan berumah tangga, maka beda hal nya dengan Rembulan yang memilih untuk tetap sendiri. Bukannya pemilih atau apa hanya saja Rembulan merasa belum menemukan tambatan hati yang pas untuk hatinya berlabuh. Namun ternyata menjadi seorang perawan di usia 28 tahun tidak lah mudah, karena segala cemoohan dan ocehan tetangga selalu terlempar untuk Rembulan. Ayolah, tidak ada satu pun wanita di dunia ini yang tak ingin menikah. Dan lagi bukan kah jodoh itu takdir tuhan? Lalu mengapa semua orang mencemoohinya hanya karena dirinya belum menikah?.
Buka▼
Bab

Seorang wanita cantik dengan perawakan tinggi langsing tengah berkutat dengan alat masaknya di dapur sederhananya. Wanita cantik dengan mata bulat teduh, hidung mancung dan berkulit putih itu nampak tengah mengaduk-ngaduk masakannya dengan perlahan.

Rembulan Adara Jelita atau lebih akrab di panggil Rembulan itu tengah asyik memasak hidangan makan malam untuk dirinya dan juga sang ibu. Dirinya memang hanya tinggal berdua dengan ibunya. Ayahnya telah meninggal dunia saat Rembulan baru berusia 15 tahun.

Tekk..

Bunyi kompor di matikan menggema menandakan jika Rembulan telah menyelesaikan acara memasaknya. Dengan cekatan Rembulan menghidangkan semua hidangan yang di masaknya.

Hanya memerlukan waktu beberapa saat semua hidangan pun telah tertata rapi di atas meja makan. Rembulan lantas tersenyum puas melihat hasil masakannya malam ini, entah mengapa memasak memang hobi yang sangat dirinya cintai.

"Beres! Tinggal memanggil ibu." Monolog Rembulan pada dirinya sendiri lantas melepaskan celemek berwarna pink dengan motif minnions lucu berwarna kuning yang menempel di tubuhnya.

Rembulan bergegas menuju ruang tamu dimana sang ibu tengah bersantai sambil menonton tv. Memang ibunya lebih banyak bersantai ketika Rembulan di rumah atau pun saat Rembulan libur bekerja, seperti saat ini. Rembulan telah pulang dari kerja dan memasak untuk makan malam mereka berdua.

"Bu, makanan sudah siap. Ayo makan malam bersama!" Ajak Rembulan pelan pada sang ibu yang terlihat terlelap di sofa ruang tamu sambil merebahkan kepalanya disandaran sofa.

Sebenarnya Rembulan tak tega membangunkan sang ibu, namun dirinya juga tak ingin jika ibunya melewatkan makan malam yang nantinya berimbas pada kesehatan wanita paruh baya tersebut.

Rembulan memegang pelan tangan ibunya yang terlihat berusia tersebut. "Bu!" Panggil Rembulan sekali lagi dengan pelan, saat ini dirinya tengah berjongkok sambil memegang tangan sang ibu.

Ibu Rembulan menggeliat pelan merasa terganggu di dalam tidurnya. Dan benar saja ketika matanya terbuka dengan sempurna presensi putri semata wayangnya sedang tersenyum teduh kearahnya.

"Kenapa sayang?" Tanya Ibu Santi atau Ibu Rembulan pada sang putri.

"Ibu makan dulu ya! Setelah itu ibu istirahat!"

"Apa kau telah selesai memasak nak!" Ibu Santi membelai pucuk kepala Rembulan dengan sayang.

Rembulan mengangguk tanpa menyurutkan senyum di bibirnya. "Sudah bu, ayo makan malam bersama!" Rembulan segera mengulurkan tangan kanannya meminta sang ibu meraihnya.

Dengan gerakan cepat tangan Rembulan di raih oleh ibunya. "Ayo sayang!" Mereka pun berjalan beriringan menuju ruang makan kecil di rumah mereka tersebut.

Rembulan melepaskan tangannya pada sang ibu, lalu segera menggeser kursi untuk sang ibu duduk.

"Terimakasih sayang," Ucap Bu Santi pada sang putri.

"Apapun untuk ibu," Jawab Rembulan membuat sang ibu terkekeh mendengarnya.

Rembulan segera mengambilkan nasi dan juga segala lauk pauk yang memang di sukai ibunya. Semua yang di masaknya memang dominan kesukaan ibunya.

Mereka berdua pun menyantap hidangan sambil bercengkrama dan bercanda. Memang seperti itulah kehangatan yang selalu terjalin di antara dua anak manusia sedarah tersebut.

Meski terbilang hidup sederhana namun hidup mereka sangat berkecukupan, berkat Rembulan yang selalu berkerja keras untuk ibunya dan juga dirinya.

Sejak sang ayah meninggal dunia, sang ibu menggantikan peran ayah Rembulan sepenuhnya entah itu mengurus rumah tangga bahkan mencari nafkah untuk keluarga kecil mereka. Namun seiring berjalannya waktu Rembulan tumbuh menjadi wanita mandiri dan pekerja keras.

Setelah menyelesaikan kuliahnya Rembulan giat mencari pekerjaan dan berkat kegigihan dan kepintarannya Rembulan diterima bekerja di sebuah perusahaan besar di Jakarta.

Sejak saat itu Rembulan mengambil alih tugas ibunya, Rembulan tak mengizinkan barang sedikitpun sang ibu bekerja atau kelelahan karena Rembulan merasa sudah cukup segala perjuangan yang ibunya berikan untuknya dan sekarang waktunya Rembulan membalas segala yang telah di berikan sang ibu.

"Nak kenapa melamun?" Rembulan terkesiap kala tangan lembut nan dingin milik ibunya menyentuh lengan kirinya.

"Rembulan baik-baik saja bu!" Elak Rembulan sambil menampilkan senyum manisnya.

"Baiklah, oh ya besok kau libur?" Tanya Bu Santi pada sang putri.

"Iya bu, kenapa bu?" Tanya Rembulan balik lantas kembali menyantap makanannya.

Bu Santi menggeleng kecil membuat Rembulan mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa bu?" Tanya Rembulan sekali lagi.

"Tidak, hanya saja besok kan acara pernikahannya anak pak RT. Apa kau ingin datang bersama ibu?" Dengan hati-hati Bu Santi mengutarakan kalimat yang entah mengapa terdengar sensitif tersebut.

Rembulan yang semula ingin memasukan sesuap nasi beserta lauknya kedalam mulutnya terhenti lalu meletakkannya kembali di atas piringnya.

Rembulan terdiam beberapa saat. "Bulan akan menemani ibu." Ucap Rembulan membuat senyum mengambang di bibir Bu Santi seketika.

Namun siapa yang tau jika hatinya tidak baik-baik saja. Karena jujur saja dirinya sedikit tak nyaman berada di tengah perkumpulan para ibu-ibu di komplek perumahannya, apalagi saat acara pernikahan. Karena pasti saja ada beberapa di antara mereka yang menanyakan pertanyaan yang sangat sensitif bagi Rembulan.

Bahkan tak jarang kalimat halus namun syarat akan hinaan dan cemoohan selalu mereka lontarkan kepada Rembulan.

Kalimat tanya kapan menikah atau kapan menyusul pengantin, selalu mereka lontarkan pada Rembulan yang notabennya masih sendiri di usia yang hampir berkepala tiga.

Sungguh meski nada mereka halus namun entah mengapa kalimat tersebut menusuk langsung ke ulu hatinya. Sebenarnya dirinya ingin menolak, namun melihat pandangan penuh harap sang ibu Rembulan nyatanya tak mampu mengatakan kata tidak pada sang ibu.

Semuanya memang hanya tentang ibunya, apapun akan dirinya lakukan demi kebahagiaan sang ibu. Tak perduli apapun yang terjadi padanya yang terpenting malaikatnya tersebut harus selalu bahagia karena hanya dirinya yang Rembulan punya di dunia ini.

Rembulan akan berusaha selalu membahagiakan sang ibu, tak akan Rembulan biarkan senyum yang selalu terbit di bibir ibunya tersebut meredup.