PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Hello Lucky

Hello Lucky

Penulis:littlewhitecloud

Tamat

Pengantar
Yui Angelina, wanita cantik dan cerdas yang lahir dari keluarga konglomerat, dan sedang dipersiapkan untuk menjadi seorang direktur muda di perusahaan keluarganya. Namun, ia juga dituntut agar tidak memiliki hubungan dengan pria "biasa" yang bukan dari kalangan konglomerat. Hal ini membuat Yui meradang, karena ia memiliki pandangan sendiri mengenai pria idamannya. Sebuah pandangan yang menjadi rahasia, dan hanya diketahui oleh dirinya dan kedua sahabatnya, Qeken dan Bien. Rahasia apakah itu? Pria seperti apa yang diidamkan oleh seorang wanita mendekati sempurna seperti Yui? Yuk, baca ceritanya. Jangan lupa tinggalkan komentar yang membangun, untuk perkembangan cerita ini ke depannya.
Buka▼
Bab

"Pria maskulin, punya selera!"

Suara dalam dan berat khas aktor ternama, Edzhar Gamaliel dalam salah satu iklan di televisi, memenuhi kamar tidur berdesain minimalis—mewah—dengan warna cokelat yang mendominasi tersebut.

Seorang wanita tampak berguling-guling di atas kasur, sambil menutup wajahnya dengan bantal. Seorang wanita berusia 28 tahun. Tapi, dia terlihat seperti remaja yang sedang malu-malu saat menatap gebetannya. Padahal di kamar yang luas itu, hanya ada dirinya sendiri, dengan beberapa furnitur mewah penghias ruangan. Tidak ada siapa pun yang bisa menjadi alasan dirinya malu-malu kucing seperti ABG.

Sesaat kemudian, bantal yang sedari tadi menutupi wajahnya perlahan mulai diturunkan, menampakkan wajah cantik seorang wanita dewasa, dengan bola mata hazel-nya yang terkesan misterius. Mata cantiknya terlihat baru bangun dari tidur. Tapi, tetap saja wajah natural tanpa make up-nya benar-benar memesona.

Lima menit kemudian, wanita itu beranjak dari tempat tidur, menekan sakelar untuk memadamkan lampu-lampu yang menerangi kamar, sesaat setelah meregangkan otot-ototnya. Dia lantas melangkahkan kaki menuju ke jendela dengan gorden cokelat pastel di sisi kiri kamar apartemen mewahnya, dan menyibaknya.

Kini tampaklah sebuah pemandangan kota dengan gedung-gedung tinggi membentang di hadapannya. Apartemennya berada di lantai ke 38 dari 40 lantai di gedung ini, jadi wajar saja jika dia bisa menikmati pemandangan seperti ini.

Wanita itu berdiri dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku piama, yang berwarna cokelat muda dengan motif garis vertikal. Tubuhnya tinggi dengan bentuk tubuh bak model catwalk.

Dia menatap lurus entah ke mana. Mungkin ke langit yang mulai terang terkena bias cahaya mentari pagi, yang datang dari sisi kanannya. Tatapannya menerawang.

Dia menyibak rambut pendeknya ke belakang, lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Kali ini wajahnya terlihat tegas dan terkesan maskulin, khas seorang pemimpin, namun menyimpan kesedihan yang tak diketahui banyak orang. Atau lebih tepatnya kegundahan.

Dia memejamkan matanya sesaat. Bulu matanya panjang dan lentik alami, tanpa operasi atau sulaman. Hidungnya juga mancung dan kecil, dengan bibir tipis berwarna merah muda, yang tentunya belum diolesi pewarna bibir. Benar-benar ciptaan yang sempurna, jika nilai sempurna boleh dipakai untuk mengukur penampilan seorang manusia.

Wanita itu menghela napas panjang, dengan mata yang masih terus terpejam. Seolah-olah cara itu bisa menenangkannya, meskipun hanya sebentar saja. Dia hanya ingin menenangkan pikiran, dan juga hatinya.

Karena hari baru ini, ada banyak hal yang akan dilaluinya. Entah hal baik atau buruk yang akan ditemui, dia yakin bisa melewatinya. Sebab dia percaya, sekalipun akan ada masalah nantinya, semua pasti ada jalan keluar.

Bahkan termasuk kegundahan hatinya.

***

Seorang pria tampak sedang serius mengamati kertas-kertas HVS ber-hekter yang digenggamnya erat. Terlihat juga beberapa kaleng kopi yang sudah habis dinikmati, bertumpuk di dalam keranjang sampah di samping meja kerja, menandakan si pria pasti begadang semalaman.

Matanya terlihat sudah lelah, dengan kantung mata yang begitu dalam. Tapi, ia masih memaksakan diri membaca isi kertas-kertas itu.

Lampu meja berbentuk figur Doraemon, pemberian dari seseorang, menjadi penerang matanya yang menggunakan kacamata bermerek Calvin Klein dengan frame bundar, dalam membaca tiap tulisan. Padahal, matahari pagi sudah mulai keluar dari peraduan, tapi sepertinya lelaki itu masih betah dengan aktivitasnya ini, dalam ruangan yang hanya diterangi lampu meja.

Sesekali dia menengadah ke atas, sambil memejamkan mata, seolah-olah sedang menghafalkan sesuatu. Sesaat kemudian, dia membalik halaman yang lain, membaca sebentar dan kembali menengadah ke atas lagi. Raut wajahnya benar-benar terlihat serius, seperti seorang siswa yang sedang sibuk belajar untuk menghadapi ujian akhir.

Tepat pukul 06.00 pagi, alarm ponsel berwarna hitamnya berbunyi, membuat dia menarik napas panjang, yang terdengar lega. Dia meregangkan tubuhnya di atas kursi putar.

Pria itu segera merapikan tumpukan kertas berhekter yang tadi dibacanya, dan menaruh dengan rapi ke dalam laci meja kerja. Setelah itu, dia membuka kacamata, memijat titik tengah antara kedua pangkal alisnya atau yang dikenal dengan "mata ketiga", semata-mata untuk meredakan matanya yang lelah, dan kepala yang terasa pusing.

Beberapa saat kemudian, dia bangkit dari duduk, menuju ke tempat tidur berukuran sedang, dengan seprei bermotif hitam putih. Dia langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur empuk itu tanpa menunggu lama. Dan hanya hitungan detik saja, pria itu telah tertidur lelap. Tampaklah bahwa pria itu sudah sangat lelah, terdengar dari dengkurannya yang memenuhi seisi kamar tidur.

***

Kedua wanita itu berdiri diam di dalam sebuah lift. Wanita yang satu bertubuh langsing dengan tinggi sekitar 160 cm, dan menggunakan kacamata minus dengan frame bundar berwarna biru. Dia mengenakan setelan blus putih dengan blazer biru dan rok biru selutut. Tas kerjanya juga berwarna pastel biru tentunya, dengan merek Gucci. Wanita itu memiliki raut wajah yang serius.

Sedangkan wanita yang satunya bertubuh sedikit gemuk, dengan tinggi badan sekitar 157 cm. Dia mengenakan celana kain berwarna hitam, dengan blus hijau pastel berlengan seperempat. Dia tidak mengenakan tas bermerek seperti wanita yang satunya. Dia hanya mengenakan backpack berwarna cokelat tua, yang pastinya berisi banyak bawaan terlihat dari besarnya.

Wanita dengan blus putih itu sesekali melirik jam tangan Guess yang melingkar indah di pergelangan tangan kirinya. Tampaknya dia sedang terburu-buru, jika melihat sepatunya yang terus mengetuk-ngetuk lantai lift, meskipun wajahnya tidak menunjukkan raut kegelisahan.

Wanita dengan blus hijau terlihat lebih santai. Dia bersandar di dinding lift sambil meng-scroll media sosialnya. Sesekali dia tertawa kecil saat menonton video lucu yang bertebaran di berandanya, membuat wanita yang satu hanya meliriknya dengan tatapan heran.

Tak berapa lama, pintu lift terbuka. Keduanya segera keluar dari lift dan berjalan beriringan. Sepertinya mereka menuju ke tujuan yang sama. Dan benar saja. Mereka kini tiba di depan pintu dengan nomor kamar 675.

Wanita berkacamata langsung menekan bel yang tertera di sebelah kanan tembok. Tanpa menunggu lama, pintu kamar terbuka, dan seorang wanita cantik menyambut kedatangan kedua wanita itu dengan pelukan hangat. Senyum mengembang di bibirnya.

Kedua wanita yang tadinya saling diam itu pun ikut menampakkan lengkungan di bibir mereka.

Setelah melepas pelukan, ketiganya menuju ke ruang tamu apartemen yang berdesain minimalis seperti desain kamar tidurnya. Tampak sebuah sofa panjang berwarna mustard membentang di tengah ruangan, yang langsung menghadap ke dua buah jendela besar. Sebuah karpet hitam juga mengalasi meja di depan sofa tersebut.

Kedua wanita yang berada dalam satu lift tadi segera mengambil tempat di sofa, sambil menikmati pemandangan di hadapan mereka. Sedangkan wanita pemilik apartemen, segera menuju ke mini pantri di sudut lain apartemennya. Beberapa saat kemudian, ia sudah kembali sambil membawa nampan berisi 3 gelas cokelat hangat.

Ketiganya langsung menyeruput cokelat hangat itu, dan bersama-sama menikmati pemandangan berupa hamparan gedung di luar sana. Tanpa kata. Hanya tatapan menerawang. Dan suara khas menyeruput minuman hangat.

***