PopNovel

Baca Buku di PopNovel

I Am The Mafia Girl

I Am The Mafia Girl

Penulis:Angelika Wiedy A

Berlangsung

Pengantar
Evelyn Rasya X. Adalah perempuan manis namun sebenarnya kejam dia terlahir sebagai anak mafia dan mencintai anak matia dari kubu lain. Karena adanya perbedaan kubu terjadilah sebuah konflik. Evelyn tumbuh kejam dan bengis akan tetapi semua itu tidak terlihat karena kecantikannya. Dia dimanfaatkan oleh orang yang dia cintai dan akhirnya dia membalaskan dendamnya.
Buka▼
Bab

Di suatu malam yang amat gelap dan terasa angin dingin, terlintas dipikiranku apakah mungkin seorang wanita muda polos sepertiku ini mungkin menjadi seorang mafia?

"Hahahah, ck" aku terkekeh dengan pikiranku sendiri.

"Apa sih yang gua pikirin tadi, gua anak baik-baik ya kali jadi mafia." Tanganku mengaburkan bayangan tentang mafia tadi.

Tambah dilupakan pikiran tentang mafia itu bukannya hilang tapi malah semakin melekat di pikiran. Sampai akhirnya aku pun tertidur karenanya.

Saat sudah mulai terlelap tidur aku merasa angin dingin menusuk kulit menembus ke tulang dan aku pun langsung terbangun.

"Hih, kok dingin amat gak kaya biasanya." Aku menengok ke arah jendela yang ternyata terbuka dan tirainya tertiup angin kencang.

"Ohh, ternyata jendelanya lupa gua tutup pantesan dingin". Ku bangun dari tempat tidur untuk menutup jendela lalu alangkah terkejutnya aku ketika ada sesosok orang dengan pakaian rapi sedang melihat dan mengamati kamarku.

Aku spontan untuk bersembunyi karena takut dia akan macam-macam.

"Ya ampun, siapa dia? Mau apa malem-malem kaya gini ada orang rapi sendirian lagi. Bikin takut aja."

Aku pun memberanikan diri lagi untuk menengok ke arah jendela untuk memastikan apakah dia masih ada atau tidak.

Namun saat ku tengok lagi dia sudah tidak ada, tapi sepertinya lampu ruang tamu rumahku menyala.

"Eh dia gak ada dong, jadi takut gua".

"Tapi lampu ruang tamu nyala, masa ada orang bertamu jam segini sih ini kan dah tengah malem".

Aku yang ingin tahu pun mencoba keluar tanpa berisik supaya gak ketauan. Mengendap-endap layaknya maling yang takut tertangkap basah.

Aku menyelinap ke arah ruang tamu untuk mengintip, ternyata dia sedang menemui ayah dan ibuku, mereka terlihat sangat akrab.

"Tenyata tamu, gua kira hantu. Aneh sih bertamu malem-malem, tapi mungkin temen ayah ama ibu mau ngomongin hal penting yang gak bisa di cancel."

Aku yang sudah mengetahui siapa orang tadi pun berniat kembali ke kamar. Saat hendak berbalik....

"Hwaaaa... Lu lagi ngapain dek disitu, kayak maling aja ngintip-ngintip". Kaka berbicara disebelah mukaku dan membuat ku kaget

"Plakk, mamak maling." Aku pun latah menampar pipi kakaku karena kaget.

"Lu yang ngintip gua yang disebut maling meresahkan lu". Ujar Kaka sambil mengelus pipi bekas ku tampar.

"Spontan, sorry". Kekehku

Karena kebisingan yang Kaka dan aku perbuat mata ayah,ibu,dan orang misterius tadi jadi tertuju kepada kita.

"Hmmm. Kalian nguping ya?" Ucap ibu seraya melipat tangan di dada.

"Hehe, gak sengaja tadi adek mau minum tapi liat lampu nyala eh pas mau balik Kaka malah ngagetin adek." Ujar ku sambil menundukkan kepala merasa bersalah.

"Sorry mom" ucap kaka.

"Yodah sini duduk dulu kenalin om, saya Andreas temen kerja ayah kamu yang bakal ikut tinggal disini sementara waktu."

"Kamu si Galang kan, dulu pas awal saya kenal ayah kamu, kamu masih umur lima tahun." Ucap om Andreas sambil menatap Kaka

"Terus kamu tuh Evelyn, makin cantik ya. Pas bayi mukamu keliatan imut tapi sekarang tampangnya kaya mafia." Tersenyum genit menggodaku.

"Ah anakku yang cewe emang keliatan gak ramah tapi dia tetep baik kok. Mungkin perlu adaptasi aja." Ujar ayah

"Ih nih om-om genit amat dah, inget umur om." Batinku

"Ayah jangan ngobrol terus ntar kapan mau istirahat, udah larut malam nih." Ucap ibu seraya membawa kaka dan aku ke kamar masing-masing.

Dan ayah pun mengantar om Andreas ke kamar kosong sebelah kamar ku.

Aku langsung berbaring dan aku pun mulai terpikir tentang permasalahan mafia lagi.

"Huft, gua kepikiran mafia lagi. Keren kali ya kalo gua jadi mafia." Aku pun terus memikirkan tentang itu.

"Ayo tidur lyn besok lu sekolah, besok hari pertama sekolah setelah lama lu home schooling lyn".

Aku pun langsung bergegas tidur supaya tidak kesiangan.

~Keesokkan harinya~

Tringgggggg... Tringgggggg...

Alarmku berbunyi tepat jam setengah enam pagi.

"Evelyn bangun! Ayo bangun udah siang ayo sekolah! Bangun!" Teriak ibu membangunkanku

Mataku terbuka perlahan-lahan dan ku mulai mengumpulkan nyawaku. Penampakan seorang ibu sudah terlihat dan aku langsung bergegas bangun.

"Yaampun baru juga gua tidur." Batinku

"Yes Mom, Lyn udah bangun." Jawabku lalu duduk dipinggir tempat tidur untuk mengumpulkan semua energi bumi.

"Ayo semangat Lyn ini hari pertama sekolah gak boleh males, semangat, semangat!" Isi pikiranku seolah-olah sedang berteriak menyemangati.

"Ih masih ngantuk, tidur lagi ntar bangun jam 6 kali ya." Isi pikiran dan hatiku seolah saling bermusuhan.

Aku yang ingin merasakan pergi ke sekolah pun semangat, aku langsung berdiri bergegas ke kamar mandi langsung cuci muka gosok gigi dan mandi.

Saat selesai mandi jangan lupa buat bercermin dan menganggumi keindahan dan kecatikan paripurna wajahku ini.

"Gila sih gua cantik banget, cantik gua tuh kaya udah melewati standar kecantikan ryujin itzy". Rasa sombong memenuhi diriku saat ada di depan cermin.

Setelah puas mengagumi diri sendiri aku pun bergegas untuk memakai seragam high school alias seragam SMA ku. Aku sekolah disekolah elit global, eh maksudnya sekolah elit swasta.

"Sip, rapi, cantik, wangi, dah komplit tinggal sarapan."

Aku berjalan menuju ruang makan tapi dimeja makan tidak ada ayah, akan tetapi malah ada om Andreas.

"Cie yang mau sekolah." Ejek kakaku.

"Iya dong emang kamu dirumah terus wlee." Balasku

"Btw kok gak ada ayah, gak biasa ayah gak sarapan." Tanya ku kepada ibu.

"Iya tadi your father udah berangkat because ada meeting penting dan mendadak. Tadi ayah ditelpon suruh ke kantor jadi ayah langsung berangkat." Jelas ibu

"Terus yang nganter aku siapa mom? Masa kaka Kan kaka meresahkan kalo bawa mobil kaya ngajak ke grand heaven" ujarku.

"Gak sama kaka tapi sama om Andreas kan kalian searah, gapapa kan ya?" Mata ibu seperti memohon kepadaku supaya mengatakan iya.

"Iya udah oke no problem" jawabku

"Ayo cepat dihabisin sarapannya nanti kalian bisa terlambat." Ujar ibu.

Kita pun selesai makan dan langsung bersiap berangkat. Aku membuka pintu mobil belakang mobil belakang tapi sepertinya macet dan akhirnya ku duduk di depan.

"Om ini pintu belakangnya macet apa gimana kok susah banget ya." Ucapku

"Yaudah duduk didepan aja kalo pintu belakang susah dibuka." Jawabnya

Aku duduk di depan namun didalam mobil baunya seperti ada bau bangkai dan mobilnya seperti agak banyak bekas basretan. Aku diam saja sambil mengamati seisi mobil.

"Kok kamu diem aja?" Tanyanya.

"Gatau mau ngomong apa makanya diem." Jawabku rada ketus

"Kok gitu sih jawabnya, ketus amat sih." Ucapnya sambil meraba pahaku.

Aku yang merasa sangat tidak nyaman dan sangat terintimidasi spontan menamparnya.

"Ih gak sopan amat sih pegang-pegang. Berhentiin mobilnya aku mau turun, terus pesen taxi aja." Nadaku mengeras namun hatiku sedikit tergoyah.

Om Andreas pun langsung menghentikan mobilnya, lalu aku turun dari mobil dan melambaikan tangan untuk menggeetikan taxi.

Mobil om Andreas masih berhenti sedangkan taxi yang ku kendarai sudah jauh di depannya.

Aku sangat kesal hingga rasanya ingin mencabik-cabik tangannya.

"Gak sopan amat sih, baru juga ketemu tapi tingkahnya sok akrab udah itu ngelewatin batas lagi. Dia kira gua cewe apaan yang bisa disentuh-sentuh seenak jidatnya." Batinku terus meracau.

Sepanjang perjalanan aku masih kesal dengan perlakuan gak sopan yang dialami tadi. Tak terasa aku pun sampai di sekolah.

"Sudah sampai nona" ucap sang sopir taxi.

Aku langsung bergegas turun dan langsung membayar tarif taxi tersebut.

Rasa senang bahagia seperti sangat meluap didalam diriku.

"Oh ini toh rasanya berangkat sekolah, ya ampun gua kaya Rapunzel aja selalu dikurung." Tatap kagum diriku melihat persekitaran sekolah.