PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Billionaire In Love

Billionaire In Love

Penulis:Bara Zindagi

Berlangsung

Pengantar
Alvonso seorang pria kaya yang menyamar sebagai karyawan biasa. Perlakuan keji dan tidak pantas ia dapatkan dari atasannya. Tapi, ternyata pria ini adalah miliarder dan menjadi orang terkaya di kotanya. Ia begitu disegani dan tidak ada seorang pun yang berani menantangnya. Lalu, Bram bermaksud balas dendam dengan orang-orang yang suka menghinanya. Apa yang akan ia lakukan? Selengkapnya hanya di HotBuku App.
Buka▼
Bab

Karyawan PT. Alvonso mulai berdatangan, Anthony pun berangkat lebih pagi dari biasanya. Ia langsung menyiapkan semuanya untuk proses perekrutan ini.

Tahapan demi tahapan sudah dilalui, sampai pada akhirnya tersisa tiga besar yang masuk ke bagian wawancara. Salah satunya adalah Rainy.

Dari profilnya sudah terlihat bahwa ia pasti bisa sampai pada tahap ini. Rainy mendapat giliran untuk wawancara pada urutan terakhir. Pewawancara adalah Tuan Alvonso langsung.

Ia ingin mencari yang terbaik, oleh karena itu ia akan turun langsung. Pewawancara kedua, selesai. Kini, Rainy mendapatkan giliran untuk dipanggil.

Rainy mengetuk pintu.

“Masuk!”

Rainy pun masuk, ia belum tahu kalau yang akan mewawancarainya adalah pria yang ditemuinya tadi pagi.

Alvonso sengaja membalikkan kursinya supaya tidak diketahui oleh Rainy.

“Silakan duduk!” pinta Alvonso.

Rainy pun duduk. Lalu, Alvonso membalikkan kursi tersebut. Rainy kaget melihat orang yang saat ini berada di hadapannya sama dengan yang mengajaknya ngobrol tadi pagi.

“Kamu?” terlihat wajah penuh tanda tanya di muka Rainy.

“Iya, ini saya. Perkenalkan saya Alvonso pemilik dari PT. Alvonso ini.”

“Astaga! Mohon maaf atas kelancangan saya pagi tadi, saya sungguh tidak tahu jika Anda adalah pemilik dari perusahaan ini.”

“Jika kamu tahu dari awal, apa kamu akan bersikap tegas seperti tadi pagi.”

“Dalam hidup saya memiliki prinsip, Pak. Jika orang itu hormat, maka saya segan. Tidak memandang siapa orang itu.”

“Bagus, saya suka dengan prinsip kamu itu. Jika saya boleh tahu, kamu dapat informasi ini dari siapa?”

“Informasi lowongan kerja ini saya dapatkan dari media sosial, Pak.” Rainy menjawabnya seolah nggak yakin. Ia seperti sedang menyembunyikan sesuatu soal ini.

“Oh, oke! Kamu di sini tinggal di mana dan dengan siapa?”

“Saya sendiri, Pak. Keluarga saya di kampung. Saya niat merantau dan mengadu nasib.” Lagi-lagi Rainy terlihat gugup. Ia tidak biasanya di wawancarai sampai segugup ini. Pertanyaan yang diberikan Alvonso juga diluar perkiraannya. Ia nggak menyangka jika seputar pribadinya, akan jadi bahan wawancara.

“Baiklah, untuk hari ini saya cukupkan. Kamu boleh keluar dulu satu jam lagi akan kami infokan siapa yang lolos dan resmi menjadi asistesten pribadi saya.”

“Apa, Pak? Sudah?”

“Iya, kamu mau saya kasih pertayaan lagi?”

Rainy merasa sangat kebingungan, ia merasa aneh saja. Rainy mengira Alvonso baru mengajaknya ngobrol, ternyata ia secara tidak langsung sudah melakukan wawancara. Akan tetapi, anehnya kok hanya melontarkan pertanyaan yang simpel.

***

Alvonso, Anthony dan tim seleksi karyawan baru berdiskusi. Ada dua nama yang keduanya, nyaris sempurna dan salah satu nama tersebut adalah Rainy.

Sekarang, keputusan ada di tangan Alvonso. Soalnya, karyawan baru ini akan jadi asisten beliau. Dari awal Alvonso sudah memiliki pilihan dan orang itu Rainy. Ternyata apa yang dipilih Alvonso sebanding dengan prestasi yang ia dapatkan sampai ada pada tahap ini.

Akhirnya keputusan mutlak yang menjadi asisten pribadi Alvonso yang baru adalah Rainy si gadis pilihan dan pujaan.

Namun, Alvonso memiliki kebijakan baru, ia meminta kepada HRD untuk mempekerjakan karyawan yang masuk tiga besar hanya saja di posisi yang lain.

Ia melihat ketiga-tiganya sangat kompeten dan memiliki nilai yang bagus. Pengumuman yang begitu mendebarkan pun di mulai. Anthony memanggil ketiga calon karyawan untuk memasuki ruangan.

“Baiklah, waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Sudah siap kalian menerima kabar bahagia ini?” tanya Anthony ke semua calon karyawan baru.

“Kami, siap mendengar keputusan apapun dari Bapak.” Jawab salah satu karyawan baru.

“Saya juga siap, Pak.” Sambung Rainy.

“Baiklah, jika semuanya sudah siap, dengarkan baik-baik. Nama yang terpilih menjadi asisten pribadi, Tuan Alvonso adalah selamat buat kamu yang bernama Rainy.”

Alvonso hanya memperhatikan dari balik jendela. Ia tidak ikut masuk. Ia melihat wajah Rainy begitu bahagia. Begitu juga dengan Alvonso yang sudah jatuh hati saat pertama kali melihat profilnya, ditambah lagi dengan perjumpaannya di pagi itu.

“Saya, Pak? Bapak tidak salah menyebutkan nama kan?” Rainy seolah tidak percaya dengan keputusan yang baru saja dibacakan oleh Anthony.

“Iya, kamu yang terpilih.”

Di depan Anthony ada dua kandidat tidak terpilih, ia melihat kedua kandidat tidak terpilih itu muram, penuh penyesalan dan kekecewaan. Lalu, Anthony memberikan obat untuk mereka dengan memberikan informasi menarik.

“Sebelum kalian kembali ke rumah masing-masing, saya ada informasi tambahan. Ini adalah kebijakan dari Tuan Alvonso. Bahwa untuk kandidat tidak terpilih, selamat Anda bisa bergabung dengan kami untuk posisi yang lain. Jika setuju, kalian bisa maju ke depan dan mengisi formulir. Pilih pekerjaan di posisi apapun sesuai dengan bakat dan kemampuan Anda kecuali asisten pribadi ya?”

Dua kandidat tidak terpilih langsung maju ke depan. Di antara keduanya tidak ada yang mengundurkan diri. Ia senang bisa bekerja di PT. Alvonso. Perusahaan terbesar di Asia yang diinginkan setiap insan.

“Terima kasih, Pak atas kesempatan yang telah diberikan kepada kami.”

“Sama-sama. Kalian boleh pulang dan besok sudah bisa mulai bekerja. Jika kalian masih ingin di sini juga bisa untuk mengelilingi perusahaan kalian.”

“Baik, Pak.”

Anthony keluar dan melaporkan berita acara untuk perekrutan hari ini ke Tuan Alvonso. Rainy keluar dari ruangan dan Alvonso mendekatinya.

“Selamat ya! Semoga kamu betah kerja bareng saya di sini!” Alvonso memberikan selamat kepada Rainy.

“Terima kasih! Bapak sudah memberikan kesempatan kepada saya.”

Bersambung ...

Seperti apa kisah Alvonso dan Rainy? Simak kisah selanjutnya ya ...

11. Perjuangan Cinta Alvonso

Sejenak Alvonso melupakan aksinya untuk memenjarakan Delisia. Ia telah mabuk asmara dengan gadis desa bernama Rainy itu yang kini telah menjadi asisten pribadinya.

Hari pertama Rainy di mulai, Alvonso tampak canggung bertemu dengan gadis yang satu ini. Sikap Alvonso berubah tiga ratus enam puluh derajat, ia terbiasa menghadapi situasi genting mulai dari preman, proyek yang hampir gagal dan lainnya.

Akan tetapi, kali ini jantungnya berdebar dengan begitu kencang. Ia bingung mau mulai dari mana untuk menyapa Rainy. Padahal harusnya, Rainy sudah mendapatkan tugas pertamanya dari Alvonso.

Lalu, Alvonso lebih memilih untuk meminta Anthony dalam membimbingnya. Tugas Rainy sebenarnya sama dengan Anthony, hanya saja sekarang Anthony tidak bisa menghandelnya sendiri. Ia akan berbagi tugas dengan Rainy. Anthony pun mulai membagikan beberapa deskripsi pekerjaan yang harus Rainy selesaikan.

Handphone Rainy berdering, dalam layar ponselnya tertulis nama Ny. Del. Anthony tidak menaruh curiga dengan orang yang menelepon Rainy, si karyawan baru itu.

“Pak, Anthony, saya izin angkat telepon dulu ya?”

“Oh, iya, silakan!”

Rainy pergi sedikit menjauh dari Anthony untuk mengangkat telepon.

“Bagaimana? Kamu sudah bisa kasih info ke saya?” kata Ny. Del yang tertulis dalam daftar kontak nama di handphone Rainy.

“Iya, sebentar lagi. Ini aku baru dapat pengarahan dari asisten lama. Nanti, kalau sudah bisa mengakses data langsung aku kasihkan ke Nyonya.”

“Bagus! Kamu harus tetap hati-hati dan selalu waspada.”

“Serahkan tugas ini padaku, Nyonya.”

“Saya percaya sepenuhnya kepadamu, silakan lanjutkan tugasmu.”

“Baik, aku lanjut dulu, ya. Nanti aku kabari secepatnya.”

Rainy selesai menelepon.

“Maaf, Pak. Saya meneleponnya agak lama.”

“Nggak papa. Siapa yang menelepon kamu?”

“Ini kakak saya, Pak.” Rainy mulai berbohong.

Anthony terlihat cuek dengan jawaban Rainy. Meski ia jadi merasa aneh saja, karena jelas-jelas ia baca di layar ponselnya tertulis Ny sebuah singkatan yang artinya nyonya. Akan tetapi, Rainy bilang kalau itu kakaknya.

Anthony nggak mau ambil pusing dan tidak melanjutkan rasa penasarannya. Ia lebih memilih untuk terus memberikan bimbingan ke Rainy supaya bisa segera mengerjakan tugasnya dengan baik.

“Gimana, Rainy? Kamu sudah mulai paham?”

“Iya, Pak. Saya akan coba membuat laporan untuk agenda selama seminggu ini ya. Mulai hari ini setiap agenda yang masuk akan saya handel sambil mempelajari kegiatan Alvonso yang belum selesai di minggu-minggu kemarin.”

“Syukurlah. Tidak salah Tuan Alvonso memilihmu.”

“Maaf, Pak. Kenapa semua staf di sini termasuk Anda, memanggil Pak Alvonso dengan panggilan, Tuan?”

“Iya, ini semua untuk menghormati kebaikannya. Meski, ia seorang yang kaya raya, tapi selalu rendah hati dan suka menolong orang yang lemah.”

Mendengar itu, Rainy jadi merasa aneh. Penjelasan Anthony sangat berbeda dengan apa yang sudah ia dengar dari Ny. Del alias Delisia. Musuh bebuyutan Alvonso.

Jadi, Rainy adalah gadis suruhan Delisia untuk mencuri data dan melaporkan segala aktivitas Alvonso sehingga lebih mudah untuk Delisia menjatuhkan Alvonso.

Ia meminta Rainy untuk bersikap baik ke Alvonso dan memintanya supaya bisa menarik hati Alvonso.

Rainy seorang gadis desa yang polos menurut saja. Apalagi Delisia sudah mendoktrin Rainy dengan cerita-cerita buruk tentang Alvonso.

Namun, ia mulai merasa ada kejanggalan. Selama ini kabar yang di dengar dari staf kantor bilang Alvonso adalah orang yang sangat baik. Begitu juga, saat aku menemuinya. Ia memang sangat baik dan tidak ada tanda-tanda ia orang jahat.

Di tengah kebingungannya, ia jadi ragu untuk membocorkan rahasia perusahaan ke Delisia. Ia akan menahannya terlebih dahulu sampai menemui titik terang siapa sebenarnya Alvonso itu.

***

Rainy ingin bertemu dengan Alvonso untuk meminta tanda tangan dan mengingat serangkaian acara untuk hari ini. Rainy mengetuk pintu.

“Masuk!”

“Selamat siang, Pak. Ini saya membawakan dokumen yang harus ditandatangani dan saya juga akan mengingatkan bahwa nanti pukul dua ada rapat di kantor, sorenya pukul lima di Cafe MeatBall dan malam di tempat yang sama pukul tujuh.”

“Oke! Siapkan apa yang saya perlukan ya.”

“Baik, Pak.”

“Oh, iya. Nanti yang ikut mendampingi saya rapat siapa?”

“Kemungkinan mulai hari ini saya sudah siap mendampingi Bapak.”

“Loh kamu sudah mempelajari untuk rapat hari ini?”

“Sudah, Pak.”

“Kamu yakin siap? Ini nanti sampai malam loh?”

“Sejak saya memutuskan untuk bekerja di sini. Itu artinya saya siap mengerahkan segenap jiwa dan raga saya untuk perusahaan.”

“Bagus, saya suka dengan semangat kamu. Selain cantik dan cerdas, kamu juga bekerja keras,” ujar Alvonso dengan lirih.

“Apa, Pak?” tanya Rainy yang sangat penasaran karena ia tidak terlalu mendengar Alvonso berkata apa.

“Nggak, papa. Silakan kalo kamu mau keluar dari ruangan saya dan melanjutkan pekerjaan.” Alvonso pura-pura tidak mengatakan apapun. Ia masih gengsi untuk berkata jujur, kalau Rainy memang cantik.

Rainy pun keluar dari ruangan Alvonso. Ia melanjutkan pekerjaannya. Delisia yang sudah tidak sabar ingin meminta data dari Rainy sampai menghubunginya beberapa kali.

Namun, Rainy masih enggan membalasnya. Ia berada dalam keadaan dilema antara melanjutkan niatnya melamar pekerjaan di PT. Alvonso ini atau harus bilang sejujurnya ke Delisia.

Rainy gadis cerdas, dalam mengambil keputusan selalu berhati-hati. Ia lebih memilih untuk tetap diam dulu. Ia juga sepertinya nggak sampai hati mencurangi Alvonso yang sudah sangat baik dengan banyak orang.

Dari rincian data yang sudah dipelajari Rainy, ditemukan agenda Alvonso sering memberikan bantuan ke Panti Asuhan, Panti Jompo, korban bencana alam dan masih banyak lainnya.

Rainy juga melihat profil perusahaan dengan jumlah karyawan sudah ribuan. Ia nggak mungkin sanggup melihat PT. Alvonso jatuh karena efeknya banyak karyawan yang akan mengalami kesulitan.

Bersambung ...