PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Enam Sekawan

Enam Sekawan

Penulis:Fafizah123

Berlangsung

Pengantar
Novel ini berisi cerita bersahabatan enam orang mulai dari kecil hingga dewasa. Cerita dimulai dari usia mereka Sekolah Dasar selalu bersama. Namun kemudian nasib dan keinginan memisahkan mereka, akan tetapi persahabatan tetap nomor satu. Terkadang mereka juga menemukan kejadian yang tak diinginkan. Kenakalan dan keusilan dari teman sudah biasa. Ada Nafis si pemalu yang cerdas dan disukai banyak teman karena kepintaran dan kecantikan yang dimiliki. Cinta pertama yang merupakan cinta monyet dia temukan saat usia Sekolah Menengah Pertama. Laki-laki yang terus mepet dengannya bernama Aman, keponakan dari guru matematika yang bertempat tinggal di rumah saudaranya dekat dengan sekolah. Personil ke dua ada Iza. Gadis yatim yang mempunyai watak pemimpin. Dia juga yang paling dewasa diantara enam orang ini. Dia juga diangkat sebagai ketua kelompok. Iza menemukan cinta pertamanya juga saat Sekolah Menengah Pertama. Laki-laki itu adalah Soli tetangga Iza sendiri. Personil ke tiga ada Siti. Si hitam yang manis dan selalu membantu pelerjaan rumah orang tuanya tanpa mengeluh. Siti menemukan cinta pertamanya pada kakak kelas yang juga tetanggga rumah. Kereka jadian saat usia Sekolah Menengah Pertama juga. Zum adalah personil ke empat. Seorang santri dan anak piatu. Namun dia sama sekali tidak kekurangan kasih sayang. Karena orang tua kami, khususnya ibu kami selalu membantu dan berusaha memberikan kasih sayang untuknya meski bapak zum sudah menikah namun tidak ada kecovokan diantara mereka. Personil ke lima adalah Atik. Si gendut yang jago bikin kue. Meski badannya gendut dan bongsor, namun dia selalu berpakaian seksi sehingga pernah dapat teguran dari guru bp. Kata para guru, Atik kebanyakan soda jadi mengembang. Atik berjodoh dengan orang luar kota. Atik juga yatim diusia tujuh belas tahun. Bapaknya meninggal karena sakit jantung. Personil terakhir adalah Naning. Si lugu dengan segala prestasi paling buruk diantara kami, namun semangat belajarnya tetap membara. Dia mendapat jodoh dengan orang luar kota juga. Naning juga yang menikah paling duluan karena dia tidak melanjutkan sekolah ke SMA karena biaya. Ibu naning adalah penjahit terkenal. Kami juga sering belajar menjahit dan memasang payet di tenpat beliau.
Buka▼
Bab

Enam Sekawan

Bab 1

Geng Kucing Miauw

Tahun 1990

Namaku Nafis, anak ke dua dari tiga bersaudara perempuan semua. Aku tinggal di desa Tegal kota Jepa. Aku punya teman yang seusia berjumlah 6 orang. Ya, orang - orang menyebut kami enam sekawan.

Inilah kisah kami, enam sekawan yang menguras tawa dan air mata

---

Pagi ini adalah pengambilan rapor kenaikan kelas. Kami berenam berangkat sekolah jalan kaki bersama. Ya, sekolah kami dekat. Hanya sepuluh menit jalan kaki dari rumah. 

"Fis, kamu pasti naik kelas dan dapat nilai yang bagus." Kata iza, teman kami paling senior. Usianya di atas ku 2 tahun. Tapi kami sama - sama kelas 1. 

"Aamiin" jawabku

"Eh teman-teman, nanti pulang sekolah kira syukuran yuk merayakan kenaikan kelas. Kalau iuran seribuan gimana? Buat beli jajan nanti dimakan sama-sama." Kata Siti

"Oke." Jawab kami kompak

---

Pukul tujuh tepat lonceng di sekolah berbunyi pertanda pembelajaran segera dimulai. Kami berlari berhamburan menuju kelas masing-masing. Aku dan iza ada di kelas satu B. Sedang Siti, atik, naning dan zum ada di kelas 1A.

Setelah berdo'a masuk kelas, Bu Fat mulai mengabsen kami satu persatu.

"Assalamu'alaikum anak-anak, semoga kalian dalam keadaan sehat wal afiat. Ok, Bu guru akan panggil nama kalian satu persatu untuk membagikan rapor. Tolong jangan berisik y, tetap tenang dan duduk di kursi masing-masing. Hanya anak yang namanya dipanggil saja yang boleh maju mengambil rapor."

"Iya Bu" jawab kami kompak.

Dagdigdug hatiku rasanya tak karuan, takut kalau tidak naik kelas. Karena usiaku baru enam tahun. Tapi oleh bu guru, ak boleh dan bisa mengikuti pelajaran baca tulis dan hitung.

"Nafis" kata bu guru.

Ak langsung berdiri dan menuju meja beliau.

"Selamat y nak, meski kamu masih kecil tapi alhamdulillah bisa dapat peringkat empat dari dua puluh siswa kelas satu B. Bu guru harap kamu tetap mempertahankan prestasimu. Selamat y Nafis akhirnya naik kelas dua." Kata Bu Fat

"Alhamdulillah, terima kasih Bu. Semoga saya bisa lebih baik lagi." Kataku.

---

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Lonceng sekolah berbunyi pertanda waktunya istirahat. Aku dan iza langsung keluar dan menuju kelas satu A untuk bertemu dengan teman-teman yang lain.

Alangkah terkejutnya ketika melihat teman kami ber empat menangis. 

"Ada apa, kenapa kalian menangis?" Tanyaku.

"Nilai kami jelek, kami naik kelas dengan syarat Fis. Kalau di kelas dua nanti nilai kita masih jelek, kami akan di turunkan ke kelas satu lagi." Kata Siti

"Kok bisa?"

"Kata Bu Lika

guru kelas satu A

, nilai kami kurang."

"Ya udah tidak apa-apa, tidak usah sedih. Yuk kita jajan saja. Lebih rajin belajar ya teman-teman, agar dapat bertahan di kelas dua".

Cukup lama aku dan iza menenangkan teman-teman, dan kamipun tidak jadi jajan karena mereka masih menangis.

Pukul sebelas siang lonceng tanda pulang sudah berbunyi. Kami berdo'a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas. 

"Hati-hati di jalan anak-anak, sampai rumah rapor langsung diperlihatkan kepada orang tua ya, kemudian jangan lupa ditanda tangani oleh Bapak atau Ibu kalian. Ingat pesan bu guru, bagi yang nilainya bagus jangan sombong. Dan bagi yang nilainya jelek jangan putus asa. Tetap semangat belajar dan sekolah ya anak-anak, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh." Kata Bu Fat mengakhiri pertemuan kami.

Semua siswa juga memberikan jawaban dan salam kepada Bu guru.

---

"Assalamu'alaikum", ku ucapkan salam ketika sampai di rumah.

"Wa'alaikumussalam", jawab ibuk dari dapur.

"Sudah pulang mb? Gimana rapornya, naik kelas atau tidak?"

"Alhamdulillah buk, naik kelas. Nafis juga dapat peringkat ke 4 nih".

"Alhamdulillah, keren nih anak ibuk. Baru saja usiamu enam tahun tapi sudah naik kelas 2. Kamu mampu nak? Atau kalau nafis merasa terbebani nanti biar ibu bilang ke Bu Fat agar kamu di tinggal di kelas 1 saja gimana?"

"Jangan Bu, Nafis insyaAllah mampu. Minta do'anya ya Bu, biar Nafis bisa meningkatkan prestasi lebih baik lagi."

"Iya nduk, do'a ibu selalu menyertaimu".

---

"Nafis ayo berangkat ngaji". Terdengar suara teman - teman memanggilku dan menungguku untuk berangkat mengaji bersama.

"Buk, aku berangkat ngaji dulu ya." Pamitku pada ibuk

"Iya nduk hati-hati di jalan. Jangan lupa bawa senternya ya."

"Nggih Buk, Assalamu'alaikum".

Kami pergi mengaji jalan kaki lewat jalan setapak yang lumayan gelap. Oleh karena itu ibuk selalu membekaliku senter kecil. Senter ini adalah hadiah karena aku naik kelas. Dulu kami pernah pergi mengaji membawa obor. Tapi saat angin kencang, obor kami padam karena tertiup angin. Dan kami pun berjalan dalam kegelapan karena korek api yang di bawa juga susah sekali menyala. 

---

Tiba di tempat mengaji kami berdoa kemudian berbaris ngantri untuk maju setor hafalan kepada bu nyai. Tak lupa juga kami muroja'ah sendiri sambil menunggu antrian. 

Akhirnya ngaji & sholat jama'ah Isya' telah selesai. Kami berdo'a dan berpamitan kepada bu nyai. Desak-desakan kami mencari sandal masing-masing. Tiba-tiba "Prak…" Senterku terjatuh dan ambyar berserakan dimana-mana. 

"Aduh, gimana nih teman-teman. Senternya jatuh, dan ak g bisa benerinnya."

Bu nyai tergopoh-gopoh lari keluar rumah. 

"Ada apa anak-anak. Apa tadi yang terjatuh?"

"Senter bu nyai". Jawab kami barengan.

"Ya Allah, kamu g apa-apa nafis? Yuk kita beresi sama-sama anak-anak".

"Alhamdulillah tidak apa-apa Bu Nyai".

Kami ber enam bersama memungut senter yang ambyar dan menyusunnya kembali. 

"Hore senternya bisa nyala kembali", teriak kami bersama.

Kamipun berpamitan yang ke dua kalinya kepada bu nyai.

"Hati-hati di jalan ya," pesan Beliau

---

Sampai jalan setapak yang gelap dan tak ada rumah tiba-tiba ada sesuatu yang menyandung kaki kami dan naning pun jatuh tesungkur.

"Aduh sakit", kulihat lututnya berdarah.

"Xixixixi….", Tiba-tiba ada suara tapi tidak ada rupa..

"Lari…tolong" teriak kami bersama

"Hahahaha….sukurin kita kerjain", teriak segerombol anak laki-laki.

"Kalian kayak kucing kalau lagi takut, miau-miau, hahaha…"

"Oh ternyata kalian ya yang ngerjain kami, tolong…ada yang nakal…"

"Ada apa ini kok teriak-teriak", kata seorang bapak yang kebetulan lewat

"Ini Pak, kami dikerjain nurul dan genknya.."

"Oalah nurul, jangan nakal nak, minta maaf sama teman-temanmu ini. Mereka pulang ngaji malah kalian kerjain. Harusnya kalian mencontoh mereka. Ikut ngaji di Masjid, bukan malah mengerjai mereka seperti ini".

"Nggih Pak, teman-teman kami minta maaf ya…"

"Iya, kami maafkan. Tapi janji jangan diulangi lagi ya."

"Eh tapi lucu juga lho kalau kalian diberi nama genk kucing..hehe geng kucing miauw." Kata nurul

"Iya juga ya, oke deh kita kasih nama kelompok kita "Geng Kucing Miauw."

"Tapi….". Kata Siti ragu

Bersambung……