PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Raja Detektif Indonesia

Raja Detektif Indonesia

Penulis:Sang Biru

Berlangsung

Pengantar
Apa jadinya apabila seorang tokoh yang amat jenius bersama temannya yang berhati manusia, saling bekerjasama untuk menyalakan cahaya di tengah kegelapan? Belum lagi musuh yang mereka hadapi tidak dapat dipandang remeh. Inilah kisah seru serial "Raja Detektif Indonesia". Selamat membaca !!!
Buka▼
Bab

Serba-Serbi "Siswa Darling"

Siswa: "P"

Guru : "yang sopan, masa ke gurunya P"

Begitulah tangkapan layar salah satu chat siswa kepada guru yang diunggah oleh hai.grid.id.

Saya tidak tahu apa yang dipikirkan oleh siswa tersebut. Alih-alih membuka pesan dengan "Assalamu'alaikum", atau "Selamat Pagi", justru mengawali dengan "P"

red: ping

.

Fenomena seperti ini mungkin juga ditemukan pada kasus lain. Adanya keleluasaan pelaksanaan pembelajaran daring, bukan berarti membebaskan siswa chat gurunya dengan seenaknya. Tanpa adab dan sopan santun. Itu tipe siswa yang terlalu "berani".

Berikut ini saya menyebutnya sebagai siswa "sembarang wes". Ini terjadi ketika tahun lalu saya melaksanakan praktik mengajar daring di salah satu Madrasah Aliyah Negeri di Mojokerto. Pagi itu, pembelajaran dilakukan melalui Zoom Meeting. Saya meminta siswa menghidupkan fitur video, sehingga saya bisa melihat apakah siswa memakai seragam sekolah sesuai aturan atau tidak.

Beberapa detik setelah itu, saya dan siswa tidak kuasa menahan gelak tawa. Terdapat satu siswa laki-laki, atasnya memakai seragam sekolah dan bawahnya masih memakai sarung.

Bagi saya, itu tidak menjadi masalah. Mungkin ada beberapa yang berpendapat bahwa siswa tersebut baru bangun, sehingga langsung cepat-cepat memakai seragam. Mungkin juga, siswa tersebut memakai sarung karena baru selesai melaksanakan salat Dhuha. Begitu kira-kira.

Ketika membicarakan bertopik siswa, apalagi ketika pandemi. Ada saja karena kelakukan siswa, menjadikan guru sedikit marahnya dan ada juga yang sedikit-sedikit marah, hehe.

Seperti yang diceritakan salah satu guru saya yang mengajar bahasa Indonesia ini. Beliau dibuat susah karena satu kelas tidak mengumpulkan tugas video yang diberikan gurunya. Walaupun sang guru marah hebat, beliau berusaha menghubungi siswanya untuk mencari letak permasalahannya.

A: "Hp saya rusak tidak bisa untuk rekam video, Pak."

B: "Saya lupa kalau ada tugas itu"

C: "Saya kemarin tidak enak badan"

D: "Tugasnya ituloh Pak. Banyaaak."

E :

tidak ada balasan dari siswa

Begitulah serba-serbi jawaban dari "Siswa Darling". Menurut saya, siswa darling inginnya dimanja. Siswa tidak mengumpulkan tugas, gurunya yang berusaha tanya duluan. Siswa tidak mengikuti pembelajaran, gurunya bersusah payah menghubungi siswa. Ketika mendekati ujian dan nilai siswa masih kosong, guru beserta wali kelas sambang ke rumah siswa untuk membantu permasalahan siswa. Ehh.. ternyata siswanya sedang adu burung, siswanya sedang balap motor, siswanya sedang main game di warkop.

Itu jika satu, dua, atau tiga siswa, apabila ada sepuluh, dua puluh, lima puluh bahkan lebih siswa bermasalah?

Belum lagi, siswa darling terkesan tidak peka akan perhatian. Ditanya baik-baik, katanya menganggu. Sampai-sampai nomornya guru pun diblokir.

Memang super siswa darling. Apa-apa minta dilayani. Mungkin berbeda dengan "Siswa Daring" yang benar-benar berjuang, tekun belajar, sekigus patuh akan guru. Siswa inilah yang biasanya Inisiatif bertanya apabila kurang memahami materi. Mencoba konfirmasi dengan bahasa yang baik jika belum mengumpulkan tugas. Berusaha semaksimal mungkin mengikuti pembelajaran daring walaupun dengan segala keterbatasan. Juga tidak kalah penting, memiliki adab siswa yang baik kepada guru.

Kira-kira, apakah "Siswa Darling" ada yang ingin berubah menjadi seperti itu?

Serba-Serbi "Siswa Darling"

Siswa: "P"

Guru : "yang sopan, masa ke gurunya P"

Begitulah tangkapan layar salah satu chat siswa kepada guru yang diunggah oleh hai.grid.id.

Saya tidak tahu apa yang dipikirkan oleh siswa tersebut. Alih-alih membuka pesan dengan "Assalamu'alaikum", atau "Selamat Pagi", justru mengawali dengan "P"

red: ping

.

Fenomena seperti ini mungkin juga ditemukan pada kasus lain. Adanya keleluasaan pelaksanaan pembelajaran daring, bukan berarti membebaskan siswa chat gurunya dengan seenaknya. Tanpa adab dan sopan santun. Itu tipe siswa yang terlalu "berani".

Berikut ini saya menyebutnya sebagai siswa "sembarang wes". Ini terjadi ketika tahun lalu saya melaksanakan praktik mengajar daring di salah satu Madrasah Aliyah Negeri di Mojokerto. Pagi itu, pembelajaran dilakukan melalui Zoom Meeting. Saya meminta siswa menghidupkan fitur video, sehingga saya bisa melihat apakah siswa memakai seragam sekolah sesuai aturan atau tidak.

Beberapa detik setelah itu, saya dan siswa tidak kuasa menahan gelak tawa. Terdapat satu siswa laki-laki, atasnya memakai seragam sekolah dan bawahnya masih memakai sarung.

Bagi saya, itu tidak menjadi masalah. Mungkin ada beberapa yang berpendapat bahwa siswa tersebut baru bangun, sehingga langsung cepat-cepat memakai seragam. Mungkin juga, siswa tersebut memakai sarung karena baru selesai melaksanakan salat Dhuha. Begitu kira-kira.

Ketika membicarakan bertopik siswa, apalagi ketika pandemi. Ada saja karena kelakukan siswa, menjadikan guru sedikit marahnya dan ada juga yang sedikit-sedikit marah, hehe.

Seperti yang diceritakan salah satu guru saya yang mengajar bahasa Indonesia ini. Beliau dibuat susah karena satu kelas tidak mengumpulkan tugas video yang diberikan gurunya. Walaupun sang guru marah hebat, beliau berusaha menghubungi siswanya untuk mencari letak permasalahannya.

A: "Hp saya rusak tidak bisa untuk rekam video, Pak."

B: "Saya lupa kalau ada tugas itu"

C: "Saya kemarin tidak enak badan"

D: "Tugasnya ituloh Pak. Banyaaak."

E :

tidak ada balasan dari siswa

Begitulah serba-serbi jawaban dari "Siswa Darling". Menurut saya, siswa darling inginnya dimanja. Siswa tidak mengumpulkan tugas, gurunya yang berusaha tanya duluan. Siswa tidak mengikuti pembelajaran, gurunya bersusah payah menghubungi siswa. Ketika mendekati ujian dan nilai siswa masih kosong, guru beserta wali kelas sambang ke rumah siswa untuk membantu permasalahan siswa. Ehh.. ternyata siswanya sedang adu burung, siswanya sedang balap motor, siswanya sedang main game di warkop.

Itu jika satu, dua, atau tiga siswa, apabila ada sepuluh, dua puluh, lima puluh bahkan lebih siswa bermasalah?

Belum lagi, siswa darling terkesan tidak peka akan perhatian. Ditanya baik-baik, katanya menganggu. Sampai-sampai nomornya guru pun diblokir.

Memang super siswa darling. Apa-apa minta dilayani. Mungkin berbeda dengan "Siswa Daring" yang benar-benar berjuang, tekun belajar, sekigus patuh akan guru. Siswa inilah yang biasanya Inisiatif bertanya apabila kurang memahami materi. Mencoba konfirmasi dengan bahasa yang baik jika belum mengumpulkan tugas. Berusaha semaksimal mungkin mengikuti pembelajaran daring walaupun dengan segala keterbatasan. Juga tidak kalah penting, memiliki adab siswa yang baik kepada guru.

Kira-kira, apakah "Siswa Darling" ada yang ingin berubah menjadi seperti itu?