PopNovel

Baca Buku di PopNovel

When You Leave Me

When You Leave Me

Penulis:Skyren

Berlangsung

Pengantar
Kisah-kisah indah seringkali terjadi di masa-masa sekolah menengah. Menyukai kakak kelas, menyukai sahabat sendiri, menyukai teman baru bahkan menyukai adik kelas. Hal ini juga terjadi pada Serena dan Alena. Keduanya yang sedang berada di masa sekolah menengah, mengalami yang namanya jatuh cinta. Tapi pertanyaannya adalah: siapa sebenarnya yang menjadi pemeran utama di sini?
Buka▼
Bab

/KAYSER TRILINGUAL SCHOOL/

"OMONG KOSONG!! Kenapa anda tidak membiarkan aku saja yang menjabat sebagai kepala sekolah?? Toh sekolah adalah milik kita sendiri, mengapa masih harus mengundang orang lain untuk mengatur dan menjadi kepala sekolah?"

Pagi ini, terdengar raungan yang cukup keras dari arah kantor kepala sekolah, yang ternyata berasal dari putera bungsu dari tuan Rolando, pemilik sekolah dan juga CEO dari Central Community Shareholder, CCS.

...

Central Community Shareholder, CCS, merupakan titik pusat dari perusahaan saham terbesar di seluruh ibukota, dan dipelopori oleh tuan Rolando Karsanio, konglomerat nomor 1 di seluruh Indonesia.

CCS, memiliki empat cabang, dan dinamakan sesuai empat arah mata angin: Timur, Selatan, Barat, dan Utara. Cabang bagian Timur; Eastern Shareholder Corp, ESC, diikelola oleh keluarga Victorius. Cabang bagian Selatan; Southern Shareholder Corp, SSC, dikelola oleh keluarga Prajna. Cabang bagian Barat; Western Shareholder Corp, WSC, dikelola oleh keluarga Delancio. Cabang bagian Utara; Northern Shareholder Corp, NSC, dikelola oleh keluarga Xaviero.

Singkat cerita, mereka adalah golongan konglomerat.

Rolando Karsanio, merupakan konglomerat nomor 1 di seluruh Indonesia, dan juga pemegang saham dari CCS, perusahaan terbesar di pusat ibukota. Rolando juga membangun sebuah sekolah yang diberi nama Kayser Trilingual School, tapi beliau sendiri tidak ingin menjabat sebagai kepala sekolah maupun kepala Yayasan. Rolando memiliki dua anak: yang sulung Reynara Karsanio, adalah seorang gadis yang sangat penurut dan mandiri, juga merupakan gadis yang lincah dan cepat tanggap; yang bungsu Reynold Karsanio, kebetulan sangat bertolak belakang dengan sang kakak, sering berulah dan tidak mau mendengarkan nasehat. Keluarga Karsanio pun kehabisan ide.

...

"Rey, dengarkan papa. Papa melakukan hal itu demi kebaikan kamu, papa sibuk bekerja, jadi tidak bisa sering datang melihatmu. Kamu harus menurut kepada kepala sekolah, dan dengarkan perkataan kakakmu. Mengerti?" tutur Rolando.

"Sibuk? Sibuk katamu?? Hah?? Setiap malam pulang telat, dan tidak pernah makan bersama dengan kita. Tiap kali papa hanya tahu memberi uang uang dan uang! Pernahkah papa sedikit pun menanyakan tentang kita??" Tutur Rey dengan nada tidak senang.

"Rey, tutup mulut kamu! Papa sudah sangat capek!" Nara berkata sambil memelototi sang adik.

Barulah Rey bisa agak tenang.

"Hari ini kita ada acara penyambutan keempat anak muda dari empat shareholder cabang. Pastikan kamu tidak terlambat, Rey, apalagi sampai tidak hadir. Mengerti?" Tukas Rolando seraya pergi.

"Apa-apaan sih? Sok keren?? Papa bener-bener deh, apa sih yang demi kebaikanku, itu semua cuman omong kosong belaka, cari alasan!" Rey menggerutu sambil meneguk habis iced lemon teanya, kemudian berjalan keluar kantor mengikuti kakaknya.

-------------------------

-------------------------

Di kediaman Xaviero ...

"Rena!! Cepetan dong kamunya! Bentar lagi telat lah, mana ini masih sempat-sempatnya dandan pulak!" Gerutu Alen sambil merusuh Rena yang masih setia duduk di depan meja rias.

"Ihhh, bentar lagi lah, cepet kog. Tinggal lipstik doang ini. Hehehe ..." tutur Rena sambil menatap Alen yang kelihatan panik.

"Rena!!" Pekik Alen, tak sabaran.

"Udah ini udah! Haduh, kamu gak sabaran banget sih, sebel deh!" Kini gantian Rena yang tidak senang.

Kini mereka berdua pun mendatangi meja makan.

"Kalian berdua ini ya, pagi-pagi gak ribut dulu gak afdol ya?" anya mama.

"Tau tuh ma, si Alen," gerutu Rena.

"Rena, kamu 'kan lebih gede dari Alen, kamu ngalah dong harusnya," tutur mama.

"Tapi ma—" Rena ingin meneruskan kalimatnya tapi tidak jadi, karena ditatap tajam oleh sang mama.

Kemudian mereka pun melanjutkan sarapan pagi mereka.

"Hari ini ada acara penyambutan di sekolah Kayser, 'kan? Rena, kamu salah satu tamu vip, jangan sampai telat ya. Puteri dari Northern Shareholder Corp, Serena Althena Xaviero, yass!" mama bertepuk tangan riang.

"Ma ..." tutur Rena sambil mengunyah rotinya dalam mulut, "mama tau gak? Di sekolah bakal banyak cowo ganteng loh ma. Nanti kenalin ke Alen deh."

"Makasih, gak usah ya, nona muda," balas Alen sambil memasukkan potongan roti terakhir ke dalam mulutnya.

"Heh! Gak usah pake panggil nona muda segala deh, kak juga gak usah. Geli dengernya," Rena berlagak merinding.

"Ya udah ah, malas debat sama kamu. Buruan makannya, udah ditungguin sama pak Arnold," sekali lagi, Alen merusuh Rena untuk segera menyelesaikan santap paginya.

"Errgghhh ..." Rena bersendawa.

Sontak mama dan Alen menatapnya dengan tatapan tajam.

"Ehh— maaf maaf ... Hehehe, yuk Len, berangkat!" Tutur Rena sambil mengambil tas sekolahnya dan pamit dengan mama.

"Alen pamit, ma," Alen menciumi pipi mama.

"Kalian hati-hati di jalan ya. Have fun at school!" tutur mama.

.

"Om Arnold, pagi!!" sapa Alen, kepada sang supir.

"Pagi non Alen, non Rena. Siap berangkat ke sekolah?" Arnold memasuki mobil yang sudah di starter 10 menit yang lalu.

"Siap om, cus!" seru Rena.

15 menit kemudian, mereka pun tiba di sekolah. Kedua gadis tersebut pun turun dari dalam mobil. Rena melambaikan tangannya seperti sedang memanggil seseorang, "om Andra!"

Seorang pria berbadan tegap, berjas biru navy, serta memakai kacamata hitam, datang dengan sigap menghampiri kedua gadis, "ya nona? Ada yang bisa saya bantu?"

"Ah, nanti acara penyambutannya di mana?" tanya Rena.

"Oh, kita sekarang akan berjalan menuju hall pusat. Waktunya sudah hampir tiba, nona, kita langsung ke sana saja. Tas kalian, mari saya yang bawa," Andra mengambil tas sekolah mereka, dan berjalan mengikuti mereka.

Rena dan Alen berjalan bergandengan tangan, sambil bercanda tawa, ketika ...

Bhukk!

Alen menabrak seseorang.

Dia akan jatuh, saat orang itu dengan sigap menarik lengan Alen dengan tangan kanannya, dan tangan kirinya menahan pinggang Alen.

Keduanya pun bertatap muka.

"Wahh, orang ini tampan sekali!" — batin Alen.

Orang tersebut tinggi tegap, memakai seragam yang sama, dan di telinganya terselip airpods. Terlihat simple dan sangat rapi, tapi juga modis.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya lelaki tersebut, "maaf, nona. Saya tidak melihat jalan tadi. Saya tidak melihat dirimu yang elok ini sedang berjalan ke arah saya. Tapi untunglah saya berhasil menangkapmu.

“Tidak apa, saya juga kurang hati-hati tadi,” balas Alen.

“Ah, begitu. Sorry, namaku—"

Baru saja lelaki itu akan memperkenalkan namanya, telepon genggamnya berdering. Dia menerima telepon sambil melambaikan tangan untuk pamit, dan berjalan meninggalkan mereka berdua.

Alen yang masih belum bisa mencerna dengan apa yang barusan terjadi, hanya terpelongo menatap lelaki tersebut tersenyum sambil pamit pergi.

“Udah yuk, nanti telat wehh!” Desak Rena sambil menggandeng tangan Alen, dan melanjutkan perjalanan mereka ke hall pusat.

Tukk!

Kaki Alen menyentuh sesuatu.

Alen menundukkan kepala untuk melihat, dan ia menemukan sebuah gantungan kunci berbentuk panda. Ia mengambilnya, memandang benda itu sangat lama, kemudian bergumam, "ternyata dia ini penggemar barang lucu. Tidak disangka."

Rena melihat jam tangannya, dan, "wah!! Waktunya sudah tiba! Ayo kita bergegas ke hall pusat!!" Lalu ia berlari sambil menarik tangan Alen.

Para bodyguard pun terpaksa ikut berlari, mengikuti langkah dari majikan kecil mereka.

[ to be continue ]