PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Our Backstreet Story

Our Backstreet Story

Penulis:Veedrya

Berlangsung

Pengantar
Moss dan Ghea adalah dua orang idol yang sedang berada di puncak popularitas mereka. Mereka berdiri di bawah spotlight terang benderang dengan mata netizen menyoroti apapun yang berhubungan dengan mereka. Baju yang mereka pakai, makanan yang mereka makan, kopi yang mereka minum, tak ada yang lolos. Tapi mereka berdua menyembunyikan rahasia besar tentang kebenaran hubungan mereka yang backstreet selama bertahun-tahun. Akankan mereka berhasil menyembunyikannya sampai akhir, atau akhirnya netizen dan papparazi juga berhasil mengendus mereka? Ini adalah kisah Backstreet mereka.
Buka▼
Bab

Nama gue Ghea. Ya, nama yang agak pasaran, tapi Ghea seperti gue, kalian hanya akan pernah bertemu satu di dunia. Bungsu dari tiga bersaudara keluarga Rhodes. Umur sekarang dua puluh tiga tahun dan pekerjaan tetap saat ini adalah sebagai pekerja seni.

Pernah denger rumput tetangga selalu lebih hijau? Mungkin itu yang orang - pikir tentang gue. Pertama, i'm not gonna be greedy dan bilang kalau gue cantik dan kaya, karena cantik itu relatif dan terlalu luas untuk di kotak - kotakin seperti langsing, putih, mancung dan rambut panjang lurus, no. Dan kalian harus selalu yakin sekaya apapun kalian saat ini akan ada orang yang lebih kaya dari kalian. Kekayaan cuma aset semu. Sementara.

Tapi, ini kata keluarga gue, sih, dan masa sih, gue nggak percaya sama orang terdekat sendiri? Gue itu cantik. Mungkin bukan cantik yang bisa bikin dunia jadi damai seketika, tapi mereka bilang gue cantik. Dan iya, orangtua gue kebetulan orang berada. Profesi mereka dokter, dan selagi lo udah bukan dokter lagi residen, menumpuk kekayaan bukan hal yang sulit. Dan mereka bukan orang tua yang banyak mau terhadap anak - anaknya. Cukuplah kami tumbuh besar dengan sehat dan bahagia.

Mereka bahkan nggak pernah meminta kami, tiga bersaudara ini, untuk mengikuti jejak mereka yang dokter. Yang mana oleh para kerabat kami, dikatakan konyol. Sebaliknya, kami bertiga tidak ada yang tertarik menjadi dokter dan malah menggeluti dunia seni.

Kakak sulung gue, perempuan, adalah dancer kontemporer. She's great in her field. Dia pernah mencoba menegikuti jejak Mama dan Papa untuk belajar kedokteran. Tapi memang passion dia bukan di situ. Bukannya mendorong agar berusaha lebih keras, orang tua gue malah memintanya untuk mengeluti hal yang benar - benar disukainya. Hal yang membuatnya merasa bahagia saat melakukannya.

Lalu Abang laki - laki gue. Dia udah menyelesaikan wamilnya bebera tahun yang lalu. Sama seperti Kakak pertama, dia juga menggeluti dunia seni. Bukan sebagai penari, tapi sebagai pemain salah satu alat musik traditional Korea. Meski begitu, dia pandai memainkan alat musik lainnya. Kami berlatih piano bersama saat kecil dan dia juga mengajari gue cara bermain gitar.

Then me, the youngest. Seperti di awal gue sebutkan. Kaya yang tadi gue bilang, gue pekerja seni. Tepatnya idol. Yap, gue seorang idol. Kalian pasti tau siapa gue. Nama panggung gue Gaia, taken from the name of Earth Goddess. Gue tergabung dalam group perempuan bernama Galaxy. Yass, i'm that Gaia. Tapi kalo kalian nggak tau juga siapa Gaia dan siapa Galaxy, yah... gimana ya. Mungkin karena kita dari agensi kecil dan fandom kita nggak seraksasa itu. Belum. Tapi gue pikir kami udah lumayan dikenal sekarang daripada beberapa tahun lalu. Jadi kalo kalian nggak tau juga.... kalian tinggal di goa emangnya?

Bukan mau sombong, tapi kami adalah salah satu girlgroup dengan kemenangan terbanyak di music show dan kualitas vocal yang bagus. Komponen music kami juga salah satu yang unik. Tapi yang paling meneonjol dari kami adalah sinkronisasi dance dan image kami yang powerfull dan innocent. Dan karenanya, reputasi brand kami selalu berada seratus besar tingkat nasional. Quite impressive, i know. Dan itu datang dari group yang debut dari salah satu agensi kecil.

Itu tadi keluarga gue. Lalu ada member group gue. Mereka mungkin bukan yang paling cantik seantero music industry, tapi menurut gue mereka yang tercantik. Mereka humble dan ramah luar biasa. Kami sayang satu sama lain.

Bahkan kami sudah seperti saudara sendiri. Tidak canggung sama sekali. Ini beneran, bukan cuma click bait atau cuma akrab di depan kamera seperti yang ditunjukkan beberapa group lain. Group - group yang mendadak naik daun terus mendadak disband. No, we're real.

We're real! Dan itu mungkin salah satu rahasia kami masih saling akur walaupun sudah berkumpul lebih dari lima tahun terhitung sejak kami pertama kali bertemu waktu training dulu.

Memang dulu kami sempat canggung dan terlihat saling mengintimidasi. Pepatah bilang tak kenal maka tak sayang itu bener banget! Nyatanya, makin ke sini, apalagi setelah kami semua diumumkan menjadi line up untuk debut dalam group yang sama. Kami jadi lebih dekat dan perasaan untuk saling melindungi itu mulai tumbuh dan semakin menguat.

Gue itu anggota termuda. Berdua sama Dhita sebenarnya, Btw nama panggungnya Afrodite, tapi dia lahir dua bulan lebih dulu, jadi the youngest of the group goes to... me. Bukan berarti things went easy for me. Karena kenyataannya, kami semua melalui awal yang benar-benar sulit di industri ini. Cibiran, hates, dan perjuangan untuk diakui serta membuktikan kalau kami punya kualitas itu panjang. Nggak serta merta kami dapatkan begitu saja.

Karenanya, berada di titik sekarang nggak lantas membuat kami menjadi lupa diri. Kami tetap humble dan ramah, karena berfikir banyak hal yg menjadikan kamibseperti ini. Lalu setelah disini, apakah semua jadi lebih mudah? Nggak juga. Seperti yang gue bilang di atas, we aim higher karena rumput tetangga memang terlihat sehijau itu.

Gimana? Sudah merasa iri sama gue? Kalau belum, ada satu hal lagi yang mungkin bisa membuat beberapa dari kalian akan langsung membeli boneka voodo dan menuliskan nama gue di sana. Cantik, kaya, terkenal, baik dan ramah yes, itu aku. Dan to complete the list, i'm taken. Yap, gue nggak single lagi.

Namanya Moss. Terdengar nggak asing? He's the perfect man alive in the world for me. Ganteng? Sudah pasti. Kaya? Nggak jauh berbeda dengan orang tua gue. Genius, of course. Boyfriend material, pasti semua orang akan setuju dengan ini. Karena gue pacaran dengan Warriors Moss.

We dated for five years already. Kok bisa nggak keciduk papparazi? Pasti banyak dari kalian yang penasaran. Itu karena kami backstreet. Hanya orang tua kami dan kami sendiri yang tau tentang hal ini.

Benar. Kami backstreet. Dari seluruh dunia. Bahkan member dan menejer dari kedua group saja nggak ada yang tahu tentang ini. Asik? Ya asik lah, punya cowok nyaris perfect gitu. Sedih, ini juga jelas banget. Nyembunyiin sesuatu tuh nggak enak. Berasa kaya bawa bangkai di kantong. Ketar ketir.

Jadi kalau kalian mengira rumput tetangga lebih hijau dari punya kalian, berpikirlah seperti ini. Mungkin memang punya dia lebih hijau, tapi halaman gue nggak ada tikus tanahnya. Karena sesungguhnya kalian nggak pernah tau apa yang tersembunyi di balik keindahan yang mereka tampilkan.

Kalau kalian iri dengan keadaan gue saat ini, please don't. Karena gue juga pernah iri pada kalian yang bisa dengan tenang memberi tahu dunia tentang perasaan kalian, tentang betapa kalian mencintai seseorang tanpa harus memikirkan banyak hal kaya gue.

"Halo?" kata gue setelah menggeser layar ponsel gue, membuat benda pipih itu berhenti bergetar.

"Ketemu di studio?" Suara dalam yang hampir dua hari ini nggak gue dengar menyapa telinga.

"Belum bisa sekarang. Masih di studio dance."

"Aku tunggu di sini sampe kamu dateng."

"Oke. "

Panggilan terputus. Gue menyapu pandangan ke sekeliling studio dance pada kelima gadis cantik yang sedang berlatih. Member gue. Apa yang gue lakukan saat ini sudah tepat? Apakah salah?

Tentu saja di sudut hati, ada perasaan bersalah. Tapi mereka nggak pernah curiga apapun tentang apa yang gue lakukan di gedung ini. Seandainya tembok bisa bicara, gue yakin mereka nggak akan segan mengadu tentang apa yang gue sembunyikan rapat selama ini dari dunia.

Ini kisah gue.

Kalian tertarik menyimaknya?