PopNovel

Baca Buku di PopNovel

He Is My Husband

He Is My Husband

Penulis:finicute488

Berlangsung

Pengantar
Elsaniane Auriee dan Rasykal Anggara dipertemukan karena ketidaksengajaan masuk ke dalam taksi yang sama. Siapa sangka setelah kejadian itu membuat mereka berulang kali dipertemukan. ××× "Dia dingin, angkuh, galak dan kehidupannya sangat monoton. Tapi dia tampan dan kaya, membuatku ingin memilikinya." -Elasniane Auriee "Wanita tidak punya sopan-santun, berani-beraninya dia mengatakan kalau aku ini calon suaminya di depan kekasihku. Dasar tidak waras." -Rasykal Anggara.
Buka▼
Bab

Jakarta, Indonesia.

Seorang wanita berjalan keluar dari bandara dengan menarik tas koper berwarna hijau tosca, dia adalah Elsaniane Auriee, wanita berusia dua puluh empat tahun yang baru saja pulang dari luar negeri setelah menyelesaikan study-Nya. Elsa memiliki paras yang cantik dengan rambut hitam panjang dan berkulit putih bersih.

Elsa masih sibuk berjalan di bawah teriknya matahari, lalu menoleh ke kanan dan kiri berharap menemukan taksi secepat mungkin. Sebab, saat ini Elsa sudah tidak betah bersahabat dengan panasnya sinar matahari.

Senyum Elsa merekah saat kedua bola mata indahnya menangkap sebuah mobil taksi yang terparkir kosong tanpa seorang penumpang, segera dipanggilnya taksi tersebut sembari berlari kecil. "Taksi!" Sang supir melongok keluar dan melihat calon penumpangnya tak lupa senyum ramah ditunjukkannya kepada sang calon penumpang yang sedang berjalan ke arahnya.

"Taksi!" Elsa berlari menghampiri sambil berlari dan melambaikan tangan.

Sedangkan di sudut lain terlihat pemuda yang hanya mengomel seorang diri merutuki nasibnya. Pemuda ini kesal karena mobilnya harus mogok usai mengantarkan sahabatnya ke bandara. Bisa dipastikan ia akan terlambat ke tempat kerja setelah istirahat jam makan siang. Pemuda ini melirik ke arah arloji yang melingkar di tangan kiri dan dilihatnya waktu sudah menunjukan pukul dua belas lebih tiga puluh menit, artinya ia hanya punya waktu tiga puluh menit lagi untuk kembali ke tempat kerja.

Lima belas menit waktu dibuangnya secara percuma untuk memperbaiki mesin mobil yang berakhir tanpa berbuah hasil. Sampai tak ada cara lain kecuali meninggalkan si mobil kesayangan dan pergi menaiki taksi.

Setelah mengunci mobil, ia segera berlari ke arah sebuah taksi yang dilihatnya, dan segeralah mulutnya berteriak.

"Taksi! Taksi!"

Rasykal membuka pintu taksi lalu masuk ke dalam.

"Jalan, Pak." Rasykal tertegun, bukan hanya dia yang mengatakan itu, tetapi ada orang lain. Dengan cepat Rasykal menoleh ke kiri.

"Anda siapa?" tanya Rasykal ketika mendapati wanita duduk di taksi miliknya. "Ini taksi saya, silakan Anda cari taksi yang lain," jelas Rasykal.

"Enak saja! Jelas-jelas aku yang masuk dulu! Jadi ini taksiku," ujar Elsa tidak mau kalah.

Rasykal menatap kembali jam di lengannya, waktunya sudah sangat terbatas.

"Tolong saya, Nona. Saya akan menghadiri rapat jam satu siang dengan rekan bisnis dari Australia, apa Anda tidak kasihan dengan saya? Proyek ini sudah saya siapkan sejak enam bulan terakhir, saya tidak mau kerja sama kami gagal. Jadi, mohon pengertiannya." Rasykal memohon kepada Elsa sambil menampilkan wajah memelasnya.

Elsa sebenarnya tidak tega, tapi ia juga sangat lelah hari ini. Elsa ingin cepat sampai ke rumah lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur kamarnya yang sudah lama tidak ia tinggali.

"Ya sudah," ucap Elsa akhirnya.

Rasykal langsung menggenggam tangan Elsa, ternyata bukan hanya wajahnya yang cantik tapi hatinya juga sangat baik, siapa pun yang menjadi suaminya akan sangat beruntung mendapatkan wanita secantik dan sebaik Elsa.

"Terimakasih, Nona." Rasykal mengucapkan dengan tulus sambil melepaskan tangannya dari gengaman Elsa.

Elsa menaikan sebelah alisnya. Bingung. Kenapa lelaki ini berterimakasih kepadanya? Padahal ia hanya berusaha melakukan yang menurutnya benar.

"Jadi, ke mana tujuannya?" tanya si supir mulai bosan.

"Ke ...." Ucapan Rasykal terpotong.

"Ke rumah saya di Perumahan Anggrek no 66 lalu baru mengantar ke kantor lelaki ini, kasian dia, biayanya dia yang tanggung karena dia terakhir turun." Elsa mengucapkan kalimat itu dengan lancar tanpa ragu sedikit pun.

Rasykal melirik wanita di sebelahnya, sepertinya ia harus menarik kembali ucapannya mengenai kebaikan hati Elsa, karena wanita ini benar-benar tidak punya malu sedikit pun malah memintanya membayar argo taksi.

Elsa menatap ponselnya sejenak untuk mengabari kakaknya bahwa dia sudah berada di taksi. Memang sangat melelahkan berada di pesawat selama berjam-jam apalagi seorang diri, tidak ada teman yang mengajaknya untuk mengobrol sejenak. Elsa benar-benar ingin segera tidur.

Wanita itu mencoba menyenderkan badannya pada kursi lalu menutup matanya sejenak, setidaknya matanya perlu istirahat. Namun,suara ponsel yang berulang kali berbunyi membuat Elsa kembali membuka matanya, menatap kesal lelaki yang duduk di sebelah kanannya.

"Aku mau tidur, Bos. Tolong matikan ponselmu." Elsa tidak peduli dengan orang lain, ia memang hanya peduli dengan dirinya sendiri.

Kembali Elsa memejamkan matanya.

"Tolong, Van. Saya benar-benar masih di jalan. Iya sekitar jam satu lebih lima belas menit saya bakal usahain sampai di kantor. Makasih, Van." Rasykal mematikan ponselnya setelah berbicara dengan Asistennya.

Rasykal menghembuskan napas, bisa-bisanya wanita ini asik-asiknya tidur di saat ia bertaruh hidup dan mati mempertaruhkan perusahaannya.

"Pak, apa masih lama?" tanya Rasykal ke sopir taksi.

"Sebentar lagi sampai kok, Tuan."

Rasykal mengangguk paham. Kemudian ia menatap wanita yang ada di sebelahnya. Sangat cantik. Rambutnya berwarna coklat bergelombang, hidung yang mancung, bulu mata lentik dan bibir merah yang membuat Rasykal ingin mencobanya.

Rasykal menggelengkan kepalanya ketika mulai sadar apa yang dia bayangkan.

"Wanita ini menyebalkan,bisa membuat aku kehilangan seluruh perusahaan yang aku punya. Cantik sih, tapi punya sopan santun." Rasykal berkata pada dirinya sendiri.

"Tuan, sudah sampai."

Rasykal menatap sekitar, lalu menepuk pipi Elsa agar bangun dan segera pergi dari taksi yang ia tumpangi.

"Nona! Bangun, Nona!"

Wanita itu menguap lebar lalu menatap heran Rasykal.

"Kamu siapa?"

"Cepat turun dari taksiku dan pergi. Saya sedang buru-buru. Mohon kerjasamanya."

Elsa mencari sesutu dalam tasnya, ternyata sebuah cermin. Kemudian menatap pantulan wajahnya di cermin, memoles pipinya dengan blush on, baru memakai liptint tipis berwarna merah pada bibirnya.

Setelah di rasa cukup barulah dia menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya. Rasykal sudah tidak tahan lagi, ingin sekali Rasykal menyeret Elsa keluar.

"Anda sudah cantik, Nona." Rasykal masih berusaha sabar.

"Ya, saya memang cantik. Terimakasih."

Elsa baru membuka pintu mobil, membawa kopernya lalu melambaikan tangan ke arah taksi yang mulai melaju dengan cepat.

Ahh benar-benar menyebalkan menurut Rasykal.

Rasykal menyentuh keningnya, memijat pelan agar rasa pening di kepalanya mereda sedikit. Semalaman Rasykal pun tidak bisa tidur nyenyak karena takut proyek kali ini gagal apalagi Rasykal sudah bekerja keras selama enam bulan demi mendapatkan proyek ini. Rasykal satu-satunya andalan ayahnya.

"Ada apa, Pak? Kenapa berhenti?" tanya Rasykal.

Sopir itu turun dari taksi lalu mengecek apa yang terjadi dengan taksinya. Lalu sang sopir kembali masuk ke dalam.

"Kenapa, Pak?" tanya Rasykal tidak sabar. "Apa ada masalah?"

Perasaan Rasykal sudah merasa tidak enak, sepertinya akan ada kejadian buruk.

"Maaf, Tuan. Ban mobilnya kempes."

Rasykal mendengkus kesal sembari mengacak-acak rambutnya merasa frustrasi.

"Ahh! Sial!"

***