PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Habibi Bukan Anak Berbeda

Habibi Bukan Anak Berbeda

Penulis:Nude Mauve

Berlangsung

Pengantar
Kisah seorang Habibi, anak berkebutuhan khusus di desa yang menjalani hidupnya penuh dengan air mata. Fisiknya yang berbeda karena tindakan Ibunya dulu yang akan menggugurkannya menjadikan dirinya sangat berbeda dari teman-temannya yang lain. Bagaimana kehidupan Habibi yang menjadi anak berbeda? Kita ikuti kisah ini bersama.
Buka▼
Bab

“Mas aku hamil,” ujar salah seorang perempuan yang berada di pojok sebuah warung makan di pinggir jalan.

Seorang laki-laki yang menyantap nasi goreng di depannya pun menyemburkan apa yang ada di dalam mulutnya.

“Bener yakin kalau itu anak gue hah?” tanya laki-laki itu dengan mata setengah melotot. Tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh wanita yang ada di depannya.

Tentu saja dirinya memelankan suaranya, agar tidak dapat didengar oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Sembari memastikan kondisi semuanya aman. Maka dirinya lekas membisikkan sesuatu di telinga pacarnya.

“Gugurkan kandungan itu! Kalau nggak gue yang bunuh elo!” ancamnya dengan nada menekan.

Sabila Aulia yang mendengar kalimat itu, tidak bisa menyembunyikan amarahnya. Dirinya dengan air mata yang dia tahan dari tadi mencelos dengan sempurna.

Plakk…

Tamparan keras mengenai pipi dari laki-laki berkumis tipis itu. Sabila tidak bisa menyembunyikan rasa marahnya. Di saat laki-laki yang menghamilinya, bisa-bisanya berkata demikian. Bukankah, sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menikah dan menjadi yah seutuhnya dar seorang wanita berusia enam belas tahun itu.

“Kita ke luar sekarang!” kata sang pria. Setelah menyadari jika banyak orang melihat mereka berdua.

Di sebuah jalan di Ibu kota Jakarta, dua orang yang saling diam sejak pertengkaran di dalam sebuah warung makan sederhana di samping jalan. Hanya sayup-sayup suara sepatu keduanya yang terdengar, bersamaan dengan suara bising kendaraan yang sesekali melintasi jalan yang ada di sampingnya.

Satu batang rkok, oleh sang pria dihisap dengan dalam. Tidak menghiraukan perempuan yang ada di sampingnya yang terganggu dengan asap yang keluar. Bagaimanapun asap bagi wanita hamil muda adalah sebuah hal yang mengganggu. Apalagi Aulia saat-saat ini selalu sensitive dengan bau-bau tertentu. Terlebih rokok.

Hingga di ujung jalan, tepat di belokan yang mengarah kepada si rumah perempuan. Akhirnya laki-laki itu berkata.

“Gugurkan. Jangan melahirkan anak dari hubungan haram.” Suara yang terdengar cukup jelas. Namun, masih mengandung banyak tanya di lubuk hati Sabila.

Laki-laki itu membuang rkok yang telah menyisakan hanya ujungnya saja itu. Dirinya menatap kea rah jalan tanpa menghadap Aulia sama sekali.

“Kenapa Mas? Kenapa? Tidak kah dirimu tau jika anak kamu sebut sebagai anak haram ini adalah dari benihmu. Untuk apa digugurkan, jika kamu berjanji sanggup untuk bertanggung jawab!” tak ubahnya dari perempuan pada umumnya. Menagih janji dari seseorang yang perbuatan nikmat sesaat.

Aulia menatap mata laki-laki yang ada di depannya sekilas. Akhirnya dirinya mengangguk.

“Kalau itu mau kamu, saya ikuti,” ujarnya. Lalu pacarnya langsung memeluk Aulia.

Sejak saat itulah. Keduanya tidak habis-habisnya utuk mencoba melakukan pengguguran kandungan. Seperti saat ini Aulia yang disuruh memakan nanas muda dengan habis-habisan. Mulutnya tidak henti-hentinya dijubeli dengan nanas muda yang sangat asam.

Namun, bukannya keguguran. Hanya ada sedikit darah dan nyeri saja. Anak yang ada di dalam kandungannya tidak kunjung keluar. Dan perutnya terus saja membesar.

Berhenti dengan nanas, dirinya juga disuruh untuk meminum berbagai minuman bersoda oleh pacarnya. Tentu saja, dirinya sampai kehilangan tenaga. Lemas dan sampai dibawa ke rumah sakit karena yang mengonsumsi banyak soda.

Pada akhirnya, mereka menyerah. Semua hal yang disarankan oleh artikel yang ada di web pencarian, Youtube dan semuanya sudah dirinya lakukan. Hanya saja memang entah karena takdir anak itu harus terlahr di dunia, semuanya hanya sia-sia saja.

“Biar gue yang injak itu anak. Mati sekalian di dalam!” pekik sang laki-laki.

Aulia menatap laki-laki itu dengan tajam.

“Kenapa tidak menerima kalau anak ini terlahir?” tetap saja, perempuan pasti selalu memiliki hati untuk menyelamatkan anaknya.

“Elo nggak mikirin sekolah gue gimana hah? Gue masih tujuh belas tahun, dan gue harus ribet ngurusin itu bayi? Gila aja elo!” pekik laki-laki itu.

Aulia menghapus air matanya. Dengan bibir yang pucat pasi dan juga mata yang membengkak karena terus menangis itu, dirinya mencoba untuk memukul laki-laki yang ada di depannya.

Bagaimana pun kekuatannya, tidka sepadan dengan kekuatan laki-laki itu. Dirinya hanya bisa menangis dengan tersedu. Tidak bisa melakukan apapun lagi.

“Untuk apa, kamu melakukannya jika kamu tidak bisa menerima bayi ini?” tanya Aulia masih ingin mendengar jawaban.

“Kan elo juga yang mau, kenapa elo Cuma nyalahin gue,” kata laki-laki itu.

Laki-laki itu mendekat, dan langsung menjambak rambut Aulia. Aulia merintih kesakitan. Kuatnya jambakan rambutan itu, sampai membuat kepalanya tertarik ke belakang.

“Kalau semua obat penggugur kandungan, semua cara yang sudah kita lakukan tidak bisa membantu, gue sendiri yang akan membunuh anak itu!” ujarnya pelan. Namun mampu membuat Aulia menangis dengan tersedu.

Di dalam sebuah gedung yang tidak lagi digunakan. Sebuah Gedung di mana mereka melakukan kenikmatan sesaat. Di sanalah, laki-laki biadab itu menginjak perut Aulia. Dengan brutal. Tanpa ampun. Pada akhirnya, lagi dan lagi, Aulia tidak sadarkan diri karena itu. Dirinya lemah dan tidak bisa apa-apa lagi.

Bayi yang ada di kandungannya tetap saja hidup. Semakin hari, semakin membesar.

Aulia mempunyai keluarga. Meski keluarganya di kampung. Dirinya ke Jakarta adalah untuk bekerja. Ijazah SMP bukan hal yang tepat untuk mencari kerja. Namun, dirinya bekerja dengan salah satu tetangganya. Yang kini, dirinya memilih untuk hidup sendiri dan menghilang. Semenjak dirinya pamit untuk bekerja di sebuah tempat yang lebih baik.

Karena suatu hal Bernama kecelakaan itu, saat ini dirinya memilih untuk pergi dari kelompok kampungnya. Dirinya menyewa sebuah kamar kecil untuk menginapnya. Karena memang kos-kosan itu layaknya sebuah kamar. Kecil dan hanya berukuran dua kali dua meter. Di sanalah tempat bagai nerak.

Psikisnya yang belum sempurna. Mentalnya yang belum kuat. Membuatnya jatuh berkali-kali dan terseok, dalam sebuah hal yang sulit. Hubungan perzinaan yang dilakukannya oleh seorang mahasiswa itu, berakhir tragis. Tidak ada yang mempercayai jika dirinya di desa berjuluk kembang desa, saat di Jakarta, bisa seperti ini. Terluka, jatuh, dan tidak bisa lagi berkata-kata apa lagi. Satu hal yang ingin dirinya lakukan saat ini adalah bunuh diri.

Ketika dirinya bunuh diri, tidak hanya anaknya saja yang mati, namun dirinya. Sepulang dari sebuah kos-kosan dari sang pria. Dirinya dibawa ke kos-kosannya kembali. Untuk mengakhiri hidupnya. Mengakhiri hidup adalah hal yang satu-satunya bisa dirinya lakukan saat ini. Tidak ada yang lain lagi.

Sebuah benda tajam yang habis digunakan untuk memotong buah nanas. Dirinya tancapkan di nadinya. Darah mencuat keluar bebas. Dengan keadaan yang telah lemas. Dirinya tidak bisa merasakan sakitnya lagi. Sakitnya telah terhapus.

Namun, seorang warga mengetahui hal itu, dirinya diselamatkan. Pada akhirnya dirinya gagal mengakhiri hidupnya. Dan anak itu terlahir, yang karena memang akibat dari pendarahan itu.

Enam bulan di dalam kandungan, dengan berbagai hal yang mengancam nyawa sang anak. Membuat anak Aulia, terlahir dengan bentuk yang tidak sempurna.