PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Empty

Empty

Penulis:Maulani

Berlangsung

Pengantar
Senyum ceria yang terus terpancar di wajah Mei terasa menyejukkan bagi orang yang melihatnya, bahkan ketika ia memutuskan untuk menikah dengan seorang pria bernama Satya yang berstatus pengusaha di salah satu perusahaan milik sang kakek yang ada di kotanya, membuat hidup Mei terasa lebih sempurna. Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama ketika dirinya kemudian menemukan banyak rahasia yang tersimpan rapi di kehidupan suami dan keluarga barunya, membuat Mei bertekad untuk membuka segala kebusukan yang disembunyikan.
Buka▼
Bab

Hingga tiba saatnya, aku pun melihat.

Cintaku yang khianat cintaku berkhianat.

Suara lagu di salah satu pusat perbelanjaan dari Rumor berjudul butiran debu mengiringi langkah seorang pria bertopi dengan kacamata hitam bertengger di atas hidungnya, serta seorang pria berjas hitam yang berjalan di samping mengikuti setiap langkahnya.

Satya Khamer, ia berjalan dengan salah satu ketua bodyguard nya di tengah mall yang begitu ramai dengan pasangan muda mudi di malam ini.

Pandangannya terus mencari sosok Nura yang ia temukan di deretan tas wanita dengan seorang pria dengan usia lebih tua dari dirinya di sebelah wanita itu.

"Memangnya kamu sudah mencari tahu siapa pria itu?" Kini Satya bertanya pada bodyguard nya bernama tuan Joo itu dengan tatapan yang tak lepas mengarah pada wanita cantik bernama Nura tersebut.

"Sesuai dengan apa yang nyonya Laura katakan, pria itu adalah kekasih nona Nura, tuan," jawab tuan Joo yakin, membuat Satya seketika menoleh ke arahnya dengan dahi mengerut tajam.

"Setelah saya selidiki lebih lanjut, mereka telah menjalin hubungan baru 1 Minggu ini," lanjut tuan Joo dengan pandangan tertunduk.

Satya berdecak, "Kenapa dia menjalin hubungan dengan pria itu? sulit bagiku untuk mempercayainya, dia telah berani selingkuh dariku!"

Satya dan tuan Joo kembali melangkah saat dirinya tak lagi mendapati Nura di deretan tas wanita tadi, namun ketika arah pandangnya menatap pada sebuah kafe yang tak jauh dari sana, ia bisa sedikit bernafas lega karena mendapati Nura dan pria itu duduk di sana tengah memesan makanan.

Sementara Satya sendiri mengambil duduk tak jauh dari tempat Nura, dan tuan Joo memilih berdiri di samping kursi tuannya. "Duduklah, jika kamu terus berdiri di sana, mereka akan mengetahui keberadaan kita," cetus Satya yang seketika membuat tuan Joo mengerti dan mulai mengambil duduk di samping tuannya.

Sesekali wanita itu terlihat tertawa, menyadari hal itu bukan karena dirinya, Satya jadi kesal sendiri.

Ia masih tidak habis pikir, mengapa kekasihnya tersebut berpacaran dengan pria lain, padahal Nura adalah kekasihnya.

Ia benar-benar marah kali ini karena merasa telah di khianati oleh wanita yang dicintainya tersebut.

Hati Satya begitu panas, bahkan semakin panas saat menyaksikan pria itu tampak merapikan anak rambut di kening Nura, kemudian mencium sekilas pipi wanita itu. Tidak tau malu!

Beberapa jam berputar di pusat perbelanjaan mengikuti Nura yang tengah berkencan membuat Satya merasa lelah. Hatinya benar-benar diliputi oleh perasaan yang bercampur aduk dari marah, gelisah, sedih, dan kesal menjadi satu.

Kini ia melangkah menuju ke arah parkiran dan mulai masuk ke dalam mobil dengan tuan Joo yang duduk di kursi kemudi.

"Terus ikuti mereka, jangan sampai lolos," perintah Satya yang langsung mendapat anggukan dari bodyguard nya.

Cukup lama mereka membuntuti mobil Pria itu yang juga ada Nura di dalamnya, meski sakit, ia terus bertekad untuk mengikuti mereka.

Hingga Satya kemudian bisa melihat mobil itu berhenti tepat di depan sebuah rumah yang Satya ketahui adalah rumah Nura, tuan Joo juga menghentikan mobilnya tak jauh dari tempat mobil pria itu.

"Mobil pria itu akan melaju pergi tuan, apa kita membuntutinya?" tanya tuan Joo ketika melihat tuannya hanya diam saja.

"Kau ikuti mobil itu, aku akan menemui Nura," ucap Satya sembari melepaskan kacamata hitam dan topinya, kemudian ia keluar dari mobil dan berjalan ke arah rumah minimalis tersebut, tanpa permisi ia langsung masuk ke dalam dan mendapati Nura yang sepertinya baru saja berbaring di sofa panjang ruang tamu.

"Bagaimana kencan mu malam ini dengan pria itu?"

Pertanyaan yang meluncur dari bibir Arya berhasil membuat wanita itu tersentak dan langsung duduk dengan ekspresi terkejut melihat dirinya kini.

"Kamu terkejut dengan kedatangan ku?" tanya Satya lagi dengan senyum hambar.

"Satya." Nura merasakan kedua lututnya gemetar, namun tetap dipaksakan berdiri dan berjalan pelan menuju ke arah Satya.

"Selama 1 Minggu ini kamu selingkuh dari aku? kenapa?" tanya Satya dengan tatapan penuh luka.

Nura memejamkan mata, tanpa diminta air matanya seketika luruh, hingga terdengar suara isakan tangis yang coba ia tahan.

"Dia memang kekasihku, Sat, dia adalah pria yang aku cintai," ucap Nura yang memberanikan diri menatap pria itu, tentu ia tidak ingin lagi menyembunyikan sebuah kebenaran. "Aku tau caraku ini salah, tapi perasaan ku ke kamu sudah hilang dan aku mulai mencintai seseorang yang mengerti aku," sambungnya dengan suara tercekat.

Satya menatapnya tak percaya, semudah itukah wanita itu mengkhianatinya?

"Maaf, Sat, a-aku sudah mencintai orang lain," ucapnya di sela Isak tangis.

Satya tertawa pelan, menolak untuk percaya, "Apa ada yang salah sampai kamu melakukan ini padaku?" tanyanya sedikit bergetar.

Nura menggeleng, Isak tangisnya semakin kuat, ia bisa melihat sesakit apa pria itu kini, terlihat sorot kecewa dari kedua bola mata pria itu. "Maafkan aku, aku tidak lagi mencintaimu, Sat," ucapnya lirih.

Satya merapatkan bibir, rasa kecewa membuat dadanya kian sesak setelah mengetahui kenyataan yang begitu menyakiti dirinya kini.

Kedua mata Satya memanas, meski tak terlihat mengeluarkan air mata, tapi raut wajahnya yang sangat kacau menggambarkan betapa pria itu teramat kecewa.

"Katakan padaku jika itu tidak benar," pinta Satya, ia menyadari ada yang terasa mengganjal. Namun tak sesuai harapan, wanita itu justru mengakui jika apa yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran.

Sambil menahan sakit, Satya yang entah sejak kapan telah membawa tubuh Nura hingga terpojok di tembok sembari mencekik leher wanita itu dengan kedua tangannya, ia kini telah gelap mata dan tak lagi peduli dengan apapun sekarang. "Semudah itu kamu menghianati ku!" sentak Arya dengan kedua tangan yang terus saja mencekik leher wanita itu. Bahkan kini ia semakin kuat mencekik leher wanita itu.

"Sa-satya lepaskan!" ucap Nura terbata sembari berusaha melepaskan kedua tangan Satya yang mencekik lehernya, namun sia-sia, pria itu kini tengah diliputi amarah yang begitu besar dan semakin kuat mencekik lehernya. Cukup sulit baginya kini untuk bernafas.

"Lep-askan." Nura masih berusaha sekuat tenaga, berharap pria itu mau melepaskan kedua tangan dilehernya dengan cara memukul tangan kekar tersebut. "Ja-jangan paksa aku un-untuk mengikuti apa yang kamu mau, Sat. Aku tidak mencintaimu la-lagi," lanjutnya.

Namun Satya tak memperdulikan ucapan wanita itu, ia masih terus memperkuat cekikan di leher wanita itu untuk melampiaskan kemarahannya. "Aku mencintaimu, tapi kenapa kamu mencederai kepercayaan ku, Ra!" pekiknya tertahan dengan kedua mata nyalang.

"Ka-kamu akan membunuhku, Sat."

"Katakan padaku, Ra. apa yang kamu ucapkan itu tidak benar!" paksa Satya lagi.