PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Bukan Ayah Anakku

Bukan Ayah Anakku

Penulis:Gadis Situbondo

Tamat

Pengantar
Carina Alisha harus terpaksa menikah dengan pria yang berumur lima tahun lebih tua darinya, dia adalah Julian Tirta Kusuma. Teman kerabat Almarhum Ayah Alisha. Mereka terpaksa menikah tanpa atas dasar cinta satu sama lain. Alisha menerima pernikahan Julian hanya kerena paksaan dari Ibunya. Alisha hamil dengan kekasihnya namun sang kekasih tidak mau bertanggung jawab karena mereka masih sekolah di bangku SMA dan setengah tahun lagi mereka akan lulus. Sementara Julian mau menikahi Alisha hanya karena ada janji dengan almarhum Ayah Alisha dulu, di waktu mereka menjalin hubungan kerja sama. Berjalannya hari mereka selalu bersama, pernikahan itu terus berjalan namun rahasia kehamilan Alisha masih tetap terjaga, hingga perut itu membesar, Julian baru menyadari bahwa Alisha hamil, tetapi Julian tidak pernah menyentuh tubuh Alisha sama sekali. Rasa curiga Julian datang hingga akhirnya rahasia itu terbongkar. "Di kandungan kamu itu bukan anak saya Alisha!"
Buka▼
Bab

"Aku hamil Arga," ujar perempuan berambut ikal dengan mata sipit dan hidung mancung itu dengan nada lirih.

Laki-laki yang tadinya asik memainkan gitar sambil bersenandung sontak kaget dan langsung berhenti memetik senar gitarnya lagi. Laki laki itu melihat keseluruhan penjuru ruangan untuk melihat apakah ruangan tersebut ada orang lain selain mereka berdua atau tidak dan ternyata di ruangan tersebut sepi, tidak ada orang lain kecuali Arga dan perempuan itu.

Arga melihat perempuan itu dengan sangat tidak percaya. "Kau bercanda sayang?" tanyanya lalu dia tersenyum.

"Tidak! Aku benar hamil Arga, a-aku mau kau bertanggung jawab, ini anak kamu! Kau ingat kejadian bulan lalu di kosan kamu kan, kau akan bertanggung atas itu bukan?" Perempuan tersebut nampak sangat berharap jawaban Arga baik untuk pertanyaannya tadi.

Arga menarik nafas sedalam mungkin lalu ia hembuskan. Dia menaruh gitar yang berada di pangkuannya ke arah samping. Arga menundukkan kepala sambil mengacak-acak rambutnya, frustasi, bingung bahkan menyesal kini telah melebur jadi satu di pikiran Arga.

"Bagaimana ini Tuhan!" gumamnya kesal.

Perempuan yang berdiri di hadapan Arga sontak menangis karena hal itu. Dia sudah menduga bahwa Arga tidak akan mau untuk bertanggung jawab.

"Kamu jahat Arga!" ucapnya sambil sesenggukan.

Arga langsung mengusap wajahnya dengan kasar. Perceraian orang tuanya seakan-akan menjadi ketakutan mendalam untuk diri Arga. Orang tua Arga pernah berpisah karena perselingkuhan sang ibu dan sekarang dia tinggal bersama Ayah nya, oleh karena itu rasa takut itu timbul dalam diri Arga untuk bertanggung jawab atas kesalahannya tersebut.

"Alisha dengarkan aku. Aku takut untuk menikah, kejadian yang menimpa aku di umur lima tahun masih memberikan bekas taruma yang mendalam untuk aku, kau mengerti itu kan?"

Arga menatap perempuan bernama Alisha tersebut yang tidak lain adalah kekasihnya sendiri. Hubungan mereka terjalin selama tiga tahun lamanya hingga kejadian bulan lalu di kosan Arga terjadi dan Alisha saat ini hamil.

"Kau trauma lalu bagaimana dengan aku? Arga sayang dengan Alisha kan, iya kan Arga? Jawab!"

"Arga sayang! Arga sayang sama Alisha tapi Alisha tau kan Arga trauma. Kita masih sekolah, setengah tahun lagi kita lulus, bukannya kamu pernah bilang kepada aku kau akan kuliah di kampus favoritmu, kau masih ingin mengejar mimpi bukan?" Tutur Arga.

Alisha menatap mata Arga. Dia menjelaskan kondisi hidupnya saat ini lewat tatapan tersebut sementara Arga langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Mimpi aku punah! Kau yang menghancurkan masa depan aku Arga, kau. Aku tidak pernah menyangka dengan ini, aku kecewa!"

"Aku minta maaf sayang," ucap Arga memohon.

"Maaf? Semudah itu kau meminta maaf, aku hamil kau tau itu? AKU HAMIL ARGA!" Teriak Alisha dengan terus menangis.

Arga sontak panik. Dia langsung melihat ke sekeliling ruangan tersebut. Mereka berada di lab musik dan kebetulan ruangan tersebut sepi tidak ada orang lain karena sekarang jam pulang.

"Kau gila Alisha? Di sini itu sekolah jangan bawa masalah ini di sini kalau ada orang lain yang tau bagaimana? Kau ingin membuat aku malu, ah?" Arga kesal.

"Malu? Seharusnya kau malu karena tidak mau bertanggung jawab atas kelakuan bejat kamu! buktikan semua janji kamu Arga, mana? mana janji kamu yang akan bertanggung jawab, dimana Arga Arditama, dimana janji kamu?!" Pekiknya.

"Stop. Jangan menyalahkan aku lagi, aku minta maaf Alisha dan biar masalah ini selesai lebih baik kau gugurkan kandungan itu biar aku bebas dan juga kamu bebas, mau ya?" Arga memohon.

Alisha langsung menggelengkan kepalanya. Dia masih punya hati, tidak mungkin dia menggugurkan janinnya yang tidak bersalah itu. Alisha juga tau bahwa dirinya masih pelajar namun tidak mungkin dia melakukan hal gila seperti itu.

"Aku yakin Mama kamu akan marah jika kamu ketahuan hamil  Alisha, aku yakin itu," ujar Arga.

"Aku tau Mama akan marah, dia akan mengusir aku dan bahkan akan membenci aku jika dia mengetahui ini tapi bagaimana? Aku bingung Arga! Di sini aku yang di rugikan, aku."

Arga bangun dari duduknya lalu dia berjongkok di hadapan Alisha sambil memohon mohon minta maaf.

"Maaf kan aku sayang. Aku menyesal, aku tau aku jahat dan memang tidak pantas untuk perempuan baik seperti kamu," ucapnya sambil memegang lembut kedua tangan Alisha.

"Tolong bertanggung jawablah Arga, aku mohon! Aku sangat menyayangi kamu." balas Alisha.

"Aku tidak pantas untuk kamu Alisha bahkan aku sangat trauma dengan pernikahan. Bukan karena aku tidak mau bertanggung jawab tetapi aku takut dengan pernikahan, kau mengerti aku kan? Aku takut kejadian yang orang tua aku rasakan akan aku rasakan juga, aku takut itu!"

"Harusnya kau lawan rasa trauma itu! Jangan kau menjadikan itu sebagai ketakutan."

"Aku gak bisa dan intinya maaf aku tidak bisa bertanggung jawab! Jika kamu mau merawat bayi itu silahkan tapi aku minta maaf aku tidak bisa membantu kamu, carilah ayah pengganti untuk anak itu. Aku gapapa jika nanti tidak di akui oleh anak itu, aku gapapa Alisha." Arga Pasrah.

"Aku kecewa sama kamu Arga."

Arga bangun dari posisi jongkok nya.

"Sekali lagi maafkan aku Alisha. Hubungan kita berakhir sampai di sini, keputusan terbaik ada di tangan kamu, kau ingin mengugurkan janin itu atau bahkan merawatnya itu adalah pilihan kamu. Ingat mimpi mu jauh lebih penting sayang dari pada janin itu! Aku pulang duluan, aku tau kau marah terhadap aku jadi aku tidak mau mengantarkan kamu agar kamu tenang." Arga mengambil tasnya di atas kursi lalu pergi.

Alisha menangis sejadi-jadinya di ruangan tersebut. Dia begitu hancur mendapatkan kenyataan pahit di hari ini. Takut, itulah yang dia rasakan. Ingin meminta pertolongan pada yang lain namun dia bingung. Sakit hati, remuk bahkan sudah tidak berbentuk lagi.

Kaki Alisha merasa lemas hingga dia terduduk di lantai dan terus menangis menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Aku takut Arga," ucap Alisha pelan.

"Aku gak akan pernah memaafkan kamu Arga, gak akan pernah! Kau yang membuat aku hancur dan aku akan ingat selalu dengan ini!"

Tangisan itu kembali deras. Sakit sekali rasanya seluruh tubuh dan batin Alisha sekarang, mental down dan percaya diri pun hilang begitu saja. Dia memukuli dadanya yang terasa begitu sesak.

"Aku butuh keadilan. Aku dan anak aku butuh keadilan Tuhan."

Alisha teriak di dalam sana, melupakan semua rasa kesal di dirinya. Seakan-akan Alisha di rendahkan di buang dan di anggap benda mati yang tidak punya perasaan oleh Arga. Kecewa di diri Alisha semakin membuat dia takut untuk melanjutkan hidupnya.

[Ampuni aku Tuhan. Berilah aku keadilan dan jika bisa cabutlah nyawa aku saat ini juga, aku ikhlas, aku pasrah dan aku tidak mau melanjutkan hari hari ku ke depan lagi]