PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Kate Mirim CEO Generasi Z

Kate Mirim CEO Generasi Z

Penulis:Ria Dewanti

Berlangsung

Pengantar
Sinopsis : Kisah seorang gadis bernama Kate Mirim, gadis CEO muda pada generasi Z. Seorang gadis blasteran, kelahiran Jakarta, 7 Februari 2000. Dia gadis yang buruk memiliki riwayat karakter sombong, angkuh dan pemalas. Karena sikap pemalasnya, dia menjadi gadis bodoh sewaktu menginjak usia remaja. Kate Mirim dibesarkan oleh keluarga kaya. Ayahnya, merintis sebuah bisnis yang cukup berkembang, dan ibunya, bekerja sebagai model iklan. Kate Mirim masih belia, saat itu ia duduk di kelas 9, sekolah menengah pertama di Jakarta tahun 2015. Kesombongan dan keangkuhannya, membuat dia bersikap seenaknya pada orang lain. Akhirnya tak seorang pun mau berteman dengannya. Akibat sikap pemalasnya, ia berhasil membawa dirinya menuju peringkat pertama, dari bawah di kelasnya. Itulah mengapa dia mendapat julukan sloth dari teman-temannya, si pemalas dan bodoh. Suatu ketika kehidupan Kate Mirim berubah menjadi suram. Saat itu usianya menginjak 15 tahun, saat menjelang ujian kelulusan pada sekolah menengah pertama. Sebuah berita beredar di media internet, maupun media televisi. Berita itu mengatakan bahwa, ibu Kate Mirim berselingkuh dengan seorang Aktor muda tampan. Berita itu mengakibatkan perpecahan di keluarganya. Kedua orang tua Kate Mirim memutuskan untuk bercerai saat itu juga. Kate Mirim memutuskan tinggal bersama Ayahnya, sedangkan ibu Kate Mirim, memutuskan untuk tinggal di Amerika bersama selingkuhannya. Sejak perceraian itu, Ayah Kate Mirim semakin jarang berada di rumah. Saat kelulusan Kate Mirim tiba, sebuah berita televisi mengejutkan dirinya. Ayahnya menjadi tersangka pemakai dan pengedar narkoba. Akibat hal itu, bisnis ayah Kate Mirim menjadi hancur, seluruh investor mencabut dana mereka, dan seluruh aset termasuk rumahnya digunakan untuk menutup kerugian perusahannya. Bagaimana kehidupan Kate Mirim setelah kejadian itu? Bagaimana bisa Kate Mirim menjadi CEO di usia muda?
Buka▼
Bab

Namanya Kate Mirim, seorang gadis blasteran Inggris Indonesia. Kelahiran Jakarta, tanggal 7 Februari 2000. Saat ini, tahun 2021. Kate Mirim telah menjadi gadis dewasa, berusia 21 tahun. Parasnya cantik. Dilengkapi pipi tirus, hidung mancung, badan langsing menawan, dibalut oleh kulit putihnya. Tak lupa mata belok dan bibir tipis itu, telah melengkapi cantik elok wajahnya.

Kini Kate Mirim berubah menjadi gadis periang, cekatan dan loyal. Hidupnya berputar total, hingga 180°.

Minggu pagi itu, waktu untuk Kate Mirim bersantai sejenak. Terlepas dari tuntutan pekerjaan. Ia membaringkan sebagian tubuhnya, pada sebuah sofa di rumahnya. Ditemani oleh secangkir kopi hangat, dengan sepotong sandwitch. Di depannya, terlihat sebuah televisi berukuran 110 inchi, sedang menyala menonton dirinya. Matanya terfokus pada ponsel yang ia pegang sejak 1 jam yang lalu.

"Ting!Tong"

Bel itu berbunyi seakan memanggil pemilik rumah, untuk mempersilahkannya masuk. Seorang wanita muda, berpakaian seragam asisten rumah tangga, kemudian membuka pintu. Bertanya tentang keperluan tamu itu, datang berkunjung ke rumah majikannya.

"Aku ingin bertemu dengan Nona Kate Mirim. Ada hal penting yang ingin kusampaikan padanya."

Asisten rumah tangga itu, mempersilahkan tamu itu masuk. Ia pun segera menemui Kate Mirim, menyampaikan pesan tamu itu padanya. Kate Mirim pun menemuinya.

"Siapa Anda? Apa keperluan Anda dengan saya?"

"Saya Nina. Pengacara dari Tuan Halbert."

Kate Mirim sangat terkejut. Ia tidak menyangka, akan ada tamu seperti Nina, menemui dirinya. Ia memutuskan untuk tidak ingin melanjutkan perbincangan dengan Nina. Ia meminta agar Nina meninggalkan rumahnya, dengan terhormat.

"Tolong! Dengarkan saya. Saya yakin Tuan Halbert tidak bersalah."

Namun Kate Mirim tetap tidak mau mendengarkan Nina. Ia tetap meminta Nina untuk pergi meninggalkan rumahnya secara terhormat.

Nina mengalah pada Kate Mirim, dan memutuskan untuk meninggalkan rumah Kate Mirim.

***

Kate Mirim kembali ke kamarnya. Ponselnya terus berdering. Ia mengangkat ponselnya dengan tersenyum. Rupanya seorang pria telah membangkitkan senyuman di wajahnya.

"Bersiaplah Kate. Aku akan menjemputmu pagi ini."

Rupanya pria itu ingin mengajaknya pergi. Kate Mirim dengan sigap berlari ke kamar mandi. Berniat membersihkan dirinya, dari kuman yang telah menempel, sejak kemarin pagi. Ya. Kate Mirim belum mandi sejak kemarin pagi. Ia mengenakan sebuah piayama dan handuk di kepalanya. Mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Membalut wajahnya dan tubuhnya, dengan skin care dan body care. Melengkapi wajahnya dengan make up. Kemudian membuka lemarinya, memilah baju-baju itu dengan perlahan. Dipakailah sebuah kaos putih bertuliskan Moza dengan celana kulot berwarna hitam polos, dilengkapi dengan sneakers berwarna putih, kesayangannya.

Suara motor vespa terdengar menghampiri rumahnya. Wajahnya berseri, bibir tipisnya tersenyum, menandakan ekspresi bahagia. Kate Mirim segera mengambil tasnya, dan berlari menuju pintu rumahnya.

"Dion! Apa yang kau kenakan ini?"

Pria itu bernama Dion. Yang sedari tadi membuatnya berbunga-bunga. Ternyata membuat dia kecewa pagi itu. Alasannya simple. Pria bernama Dion itu, memakai oufit yang tidak disukai oleh Kate Mirim.

"Sudah ku bilang, pakailah hodie dan celana jeans. Dan mana sepatu sneakers yang ku belikan?"

"Biarkan aku memakai ini, aku senang memakainya."

Dion sangat tidak menyukai barang-barang yang di belikan oleh Kate Mirim. Ia lebih suka mengenakan baju yang ia punya, kaos kuning yang hampir pudar, dengan celana kain panjang berwarna hitam. Dion tersenyum bangga menggunakan outfit miliknya. Senyuman itu terlihat manis. Meskipun Dion menggunakan outfit sederhana, namun ia tetap terlihat tampan. Kulit putih bersihnya membuat Dion terkesan elegan, mengenakan baju apapun. Rambut dengan potongan undercut, disisirnya cukup rapi.

Kate Mirim tak bisa mengelak lagi. Ia pun segera menaiki vespa itu. Ia tak mau terlambat menghadiri acara terpenting dalam hidupnya.

Vespa itu tak bisa melaju dengan cepat. Namun itu membuat Kate Mirim menikmati perjalanan mereka. Ia memeluk Dion dengan erat, ia takut terjatuh setiap menaiki motor tua milik Dion.

***

Kate Mirim duduk di sebuah kursi empuk, di atas sebuah panggung minimalis. Di sebelahnya terlihat seorang host, menemani dirinya, duduk bersama. Di depannya, banyak kamera yang mengintai dirinya. Kamera itu berusaha mengabadikan, memori perbincangan antara Kate Mirim, dengan host itu. Seusai perkenalan, host itu berusaha mengulik informasi tentang dirinya.

"Apakah benar, Anda seorang blasteran Inggris Indonesia?"

"Benar sekali. Ayah saya asli keturunan Inggris. Sedangkan ibu saya asli Indonesia. Mereka bertemu saat ibu saya mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan yang sama dengan Ayah saya, di Inggris."

Kate Mirim menjawab pertanyaan dari host dengan baik.

"Bagaimana perjuangan Anda hingga menjadi seorang CEO di salah satu perusahaan ternama di Indonesia?"

"Semua itu berawal sejak saya berumur 15 tahun, tepat dimana saya lulus, dari sekolah menengah pertama, di Jakarta. Pada waktu itu, saya menjadi siswa paling bodoh di kelas. Saya pemalas, sombong dan angkuh. Itu membuat saya di jauhi oleh teman-teman saya. Saat itu satu hal yang saya syukuri, yaitu saya bisa lulus tepat waktu. Kemalangan telah memihak saya waktu itu. Orang tua saya bercerai, satu-persatu mulai meninggalkan saya sendiri. Perusahaan ayah saya hancur, hingga merenggut semua harta kami. Sejak saat itu saya terlantar, seperti anak yatim piatu. Namun di saat itulah saya bangkit. Jatuh bangun, saya berusaha mencari peluang. Akhirnya saya mendapatkannya. Hingga kini saya mencapai keberhasilan dalam hidup saya."

Semua orang di tempat itu bertepuk tangan, mendengar Kate Mirim menyelesaikan dialognya. Host pun melontarkan pertanyaan terakhirnya. Pertanyaan itu membuat Kate Mirim terkejut.

"Apa yang melatar belakangi perceraian orang tua Anda, Kate?"

Saat itu, Kate Mirim membisu. Pertanyaan itu, sangat keterlaluan baginya.

"Maaf, saya tidak bisa menjawabnya."

Host itu pun mengalihkan pembicaraan, ia meminta maaf pada Kate Mirim di belakang layar. Kate Mirim tak mempermasalahkan hal itu. Ia memahami posisi host itu. Sebetulnya ia merasa berperang dengan dirinya, setiap mengingat hal berkaitan dengan perpisahaan orang tuanya. Hal itu mengingatkan dia pada masa suramnya.

***

Acara Talk Show itu telah usai. Kate Mirim sangat kecewa pada Dion, Dion memilih pergi meninggalkan acara itu, bahkan sejak awal acara itu di mulai. Kate Mirim memutuskan untuk mencari taxi online. Ia tak mau mencari Dion lagi, maupun membuang waktu, jika harus menunggu supirnya melaju dari rumahnya.

"Maafkan aku, tak bisa menemani dirimu tadi. Aku mohon batalkan pesanan itu, lalu akan ku antar dirimu pulang."

"Mengapa baru sekarang? Kemana saja dirimu sedari tadi?"

"Ada panggilan alam Kate. Sejak semalam aku kurang sehat. Apa kau mau, jika aku mengotori tempat itu?"

"Tidak sopan."

Kate Mirim tertawa mendengar ucapan Dion. Ia merasa Dion sangat tidak sopan. Kate Mirim langsung mengenakan helm, kemudian mereka pergi meninggalkan tempat itu. Di perjalanan mereka bercanda dan berbincang.

"Ada apa Kate? Apa yang membuatmu muram?"

Tiba-tiba Dion menanyakan kondisi Kate Mirim. Dion melihat kesedihan Kata Mirim dari raut wajahnya. Namun Kate Mirim tetap bungkam, ia tak menceritakan apapun padanya. Kemudian Kate Mirim mencubit pinggang Dion hingga mereka hampir terjatuh.

"Awww. Sakit. Kate."

Dion berteriak kesakitan.

***

Setiba dirumah, waktu telah berubah menjadi sore. Kate Mirim beristirahat sejenak, lalu mempersiapkan diri untuk pekerjaan besuk. Malam harinya, bell rumahnya berbunyi kembali. Kali itu Kate membuka pintu rumahnya sendiri, untuk mengecek siapa yanv bertamu malam-malam begini. Rupanya tamu itu adalah Nina. Tamu yang sama, dengan tamu pagi tadi.

Kate Mirim hendak menutup pintunya kembali. Namun, Nina mencegahnya. Ia memberikan selembar kertas berisi surat dari kepolisian. Surat itu memberitahu informasi bahwa, pada tanggal 30 Oktober 2021, tepat 1 bulan lagi, Halbert akan di berikan hukum mati.