PopNovel

Baca Buku di PopNovel

JUNIKA

JUNIKA

Penulis:Tiwi utami

Berlangsung

Pengantar
Junika selia wijaya seorang gadis sederhana, yang mempunyai keluarga broken home tetapi berprestasi dalam berbagai mata pelajaran akademik, mendapatkan beasiswa disekolah yang cukup mewah yang diisi siswa/i berada, dan dari sanalah ia selalu jadi bahan bulian semua siswi di sekolahan tersebut. perceraian antara kedua orang tuanya membuatnya semakin terpuruk, tidak hanya ayahnya yang meninggalkannya dan bundanya bahkan semua temannya ya walaupun dia emang tidak mempunyai sahabat ataupun teman, semua menjauhinya kecuali dia... yang hadir membuat hidupnya semakin berwarna dan berbagai masalah yang mereka hadapi, mampukah junika dan julian melewati itu semua? tidak hanya kesetiaan, persahabatan pun akan diuji dan melengkapi kisah sampai akhir. mari kita ikuti ceritanya...
Buka▼
Bab

KETUKAN palu dari sang hakim memenuhi seluruh penjuru ruangan sidang. Setelah satu bulan menjalani proses persidangan, rama wijayanto dinyatakan bercerai dengan istrinya sinta wijayanti, sebagai seorang anak tidak ada yang menginginkan orang tuanya bercerai, membuat hatinya terguncang. Junika selia wijaya. Bisa dipastikan bahwa hari ini adalah mimpi yang buruk baginya.

Inilah kisahku dari keluarga yang memang bisa dibilang sederhana tidak mempunyai segalanya, dulunya kami keluarga kecil yang saling melengkapi, aku sangat dekat dengan ayahku selalu bercerita dan melakukan banyak hal denganya. Ia meskipun aku tidak dekat dengan bunda tapi itu tidak masalah bagiku. hingga berjalannya waktu, drama mulai datang ayahku tidak suka dengan sikap bunda yang selalu sibuk dengan pekerjaannya tidak ada waktu untuk keluarga dan ujung-ujungnya mereka cerai, ayah meninggalkan ku keluar negeri dengan bunda sendirian, aku ingin ikut ayah tetapi bunda melarangnya.

“NGGAK AYAH NGGAK BOLEH PERGI!! Teriak junika histeris.

Rama pilu menatap junika, saat ini dirinya merasa gagal sebagai seorang kepala keluarga untuk anaknya dan istrinya. “nak kamu harus ikhlas, ini kebaikan bundamu, maafkan ayah, nak”

Junika menggeleng lemas, ia masih belum ikhlas jika ayah tercintanya meninggalkannya dengan bundanya sendiri yang bahkan sebelumnya tidak seakrab ia dengan ayahnya. “nggak, ayah nggak boleh pergi, gimana hidup junika yah, junika nggak sanggup” lirih junika.

Rama melepaskan pelukan dan menangkupkan kedua tangan kewajah mungil putrinya. Rama menatap junika dengan sendu “ayah titip bunda ya, kamu nggak boleh benci sama bunda, ayah tau kamu kaut. Kita masih bisa berkomunikasi” pesan rama yang hanya masih berdiam disana.

Merasa waktu sudah mepet akhirnya rama memutuskan langsung memasuki barang-barang yang ia bawa kedalam bagasi mobilnya dan langsng menghampiri junika yang kemungkinan untuk terakhir kalinya

karna ia juga tidak tau ia akan kembali lagi atau tidak. “junika jangan nakal ya sama bunda” pesan rama dan langsung pergi kebandara karna pesawat yang ia tumpangi akan segera melakukan penerbangan keluar negeri.

Junika memandangi mobil rama yang lama kelamaan menghilang menjauh, hatinya sakit ketika ayahnya pergi tanpa membawanya. Kembali menyusuri jalan pergi entah kemana, teriknya matahari tidak menghentikan kemana ia pergi, berjalan dengan wajah menangis tersedu-sedu. Hingga malam pun tiba iya masih berjalan entah kemana. Kini sengitan matahari terganti dengan guyuran hujan deras, bahkan saat ini semesta pun ikut mendukung perasaannya.

“AWAS!!!” teriak seorang pria menarik junika ketika mobil yang hampir melintas berhadapan dengan junika

Saling berpandangan tatapan mata kemata membuat pria tersebut terpesona dengan keindahan mata junika. Beberapa menit kemudian tatapan junika terpecahkan, seketika iya mendorong pria tersebut “terima kasih” ucap junika meninggalkan pria tersebut menghe ntikan taksi yang datang pergi dari tempat tersebut.

“siapa nama mu?” teriak pria tersebut bertanya pada junika tetapi tidak dihiraukan olehnya, “cantik” ucap pelan pria yang masih memandangai taksi yang hampir tidak terlihat.

Junika berdiri sambil memandang istana kecil yang selama ini dia tinggali, mulai hari ini iya akan tinggal sendiri tanpa seorang ayah yang biasanya menemaninya ketika tidak ada orang disekitarnya.

Junika melangkahkan kakinya dengan pelan, memasuki rumahnya mendapati Sinta Wijaya yang sedang memondar-madir, “sayang, kamu dari mana?, bunda khawatir sama kamu. kaki kamu kenapa?” Tanya sinta.

Junika tidak ingin berhadapan dengan sinta begitu lama, ia tidak menjawab semua pertanyaan bundanya, meninggalkannya masuk kekamarnya dan menguncinya “ayah kenapa harus pergi jauh, junika sendiri disini. Junika kesepian ayah.” Junika terisak menangis dalam lengkukan lututnya yang terluka dan mengobatinya sendiri

Sinta yang mendengarkan dari balik pintu merasa kecewa pada dirinya sendiri, sekarang ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri “maafkan bunda, sayang” ujar sinta depan pintu kamar milik junika.

Setelah berjam-jamnya ia menangis, kini junika memandang foto-foto Polaroid yang tergantung didinding kamarnya. Setiap foto tersebut memiliki kisah tersendiri untuk junika, walaupun mungkin semua itu tidak akan bisa terulang kembali, meskipun kembali semua itu tidak akan sama.

Junika mulai mencoba untuk tidur, biarlah dia sedikit egois sekarang. Junika hanya ingin melupakan sejenak mimpi buruknya hari ini. Dan hal penting yang harus junika ketahui, malam ini bukanlah penutup untuk mimpi buruknya. Justru malam inilah yang menjadi awalnya. Siapa?

****************

*disekolah

DASAR PENCURI

KELUAR LO DARI SEKOLAH INI

NGGAK MALU?

Junika menatap nanar mejanya yang sudah penuh kata-kata yang bahkan ia tidak tahu apa yang terjadi, sekarang sudah tidak ada lagi yang membelanya. Hatinya penuh tanda Tanya kenapa ada tulisan tersebut berada diatas mejanya. Junika tidak ingin memperbesar masalah karna ia tahu seluruh orang yang ada disana tidak ada yang suka dengannya.

“junika selia wijaya” suara berat yang memenuhi seisi kelas yang membuat junika mendongakkan sepalanya

Pak wan? Junika berdiri dari kursinya dan menghampiri gurunya dengan segera “ iya, pak. Bapak memanggil junika?” Tanya junika heran.

“kamu ikut bapak keruangan bapak. Ayo!!” ujar pak wan pada junika dan pergi keruangannya

Tanpa ingin berlama-lama junika segera pergi dari kelasnya mengikuti pak wan dari belakang.

Banyak murit yang memandangnya dengan sorot tidak suka. Junika menghela napas berkali-kali. Apa yang terjadi?

Junika memasuki ruangan yang dituju oleh pak wan, hati junika semakin tidak menentu karna ia melihat guru BK yang sudah duduk dan menunggunya dengan pak wan, ada apa ini? Tanya junika dalam hati.

Bu haida mengangkat pandangannya kepada junika karna sadar junika dan pak wan sudah datang keruangan pak wan karna ia lebih dulu datang dari pada mereka “maaf pak saya tidak sopan masuk duluan” ujar bu haida

"tidak apa, ayo junika silahkan duduk,” ujar pak wan, junika segera duduk “begini, ada beberapa yang ingin saya sampaikan kepada kamu dan tanyakan junika,” ujar pak wan.

“junika!, apa benar kamu yang mencuri handphone milik Helen?” Tanya bu haida yang membuat junika membelalakan matanya.

Junika memandang pak wan dan bu haida bergantian dengan rasa takunya karna ia sekarang sedang dituduh “saya nggak mencuri bu, junika nggak ngambil handphon milik Helen, sumpah pak buk” ujar junika tidak terima.

Bu haida mengeluarkan handphon miliknya dan memutar vedio yang tertera wajahnya sedang membuka tas milik Helen dan mengambil barang Helen “apa ini kurang cukup bukti junika?” ujar bu haida.

“tapi saya tidak pernah mencuri bu, pak. Itu bukan saya!” ujar junika.

“tapi ini adalah kamu junika, dan handphon milik Helen ditemukan dibawah meja milik kamu” ujar pak wan “dan atas keputusan kami dan kepala sekolah, kami mengeluarkan mu dari sekolah ini, dan mencabut beasiswa kamu” lanjut pak wan, membuat junika terkejut setengah mati.

“apa alasannya karna saya dituduh mencuri? Sampai saya dikeluarkan dari sekolah ini, pak? Saya selalu mempertahankan peringkat saya, bahkan saya sering memenangkan olimpiade” ujar junika masih tidak terima.

“sekolah ini tidak menerima pencuri junika!!” ujar bu haida meninggikan ucapannya yang membuat junika terkejut.

Junika mencengkram roknya. Jadi karna ia dituduh mencuri beasiswanya dicabut dan mengeluarkannya dari sekolah. Yang dengan susah payahnya ia dapatkan harus dicabut begitu saja “baiklah pak bu, saya ucapkan terimakasih atas apa yang bapak dan ibu tuduhkan kepada saya. Saya akan keluar dari sekolahan sekarang juga. dan yang harus bapak ibu ingat, saya tidak mencuri apapun, kalau begitu saya permisi” ujar junika

Junika berjalan dengan cepat kini air mata yang sudah tidak terbendung lagi kini mengalir begitu saja, banyak yang melihatnya tidak suka dan ada yang merasa heran apa yang terjadi pada junika. Kini ia sampai dikelasnya tempat ia belajar selama ini tanpa seorang sahabat dan teman.

“eh pencuri datang nih,” ujar Helen yang melihat junika datang dan berkemas barang-barangnya.

Junika tidak menanggapi ucapan Helen karna ia tahu bahwa emng Helen tidak suka dengannya, “junika kamu mau kemana?” Tanya anggi penasaran karna hanya ia yang sering bertegur sapa dengannya.

“junika resmi dikeluarkan dari sekolah” ujar seseorang dari balik pintu yang tidak lain ia adalah ibu haida, yang membuat semua orang disana terkejut dengan senang maupun sedih. yang sedih hanyalah anggi.

“oh. Bagusih sekolah kita kan tidak terima seorang pencuri, untuk aja nggak dilaporin kepolisi tuh, pantes aja bokapnya pergi kelakuan anaknya kayak gini” ujar Helen yang membuat sebagian murut tertawa.

Dengan sakit hatinya junika berusaha untuk kuat sekuat mungkin dan tidak ingin menangis didepan orang disekitarnya, ia berjalan menuju depan papan tulih disamping ibu haida.

“junika silahkan ucapan apa yang kamu ingin sampaikan sama teman-teman kamu” ujar bu haida

Junika memandang ibu haida dan bergantian dengan semua murit yang berada dikelasnya sekarang. yang sebentar lagi bukan kelasnya,

“saya tidak punya teman ataupun sahabat bu” ujar junika menjeda

“ untuk kalian semua terima kasih atas buliannya dan hinaan yang kalian lontarkan untuk saya, dan satu hal yang harus kalian ketahui saya tidak mencuri barang apapun” ujar junika

“mana ada maling ngaku” ujar salah satu murit

Junika hanya mencengkram roknya. “ tapi aku yakin kok junika memang tidak mencuri handphone milik Helen” ujar anggi yang membuat semua menoleh kearahnya.

Junika tidak ingin membuat kegaduhan lagi ataupun siswa bertengkar karnanya. Langsung pergi keluar kelas berlari dengan sekencangnya. Air mata yang sudah keluar begitu saja tanpa seizinnya,

“junika tunggu!!” ujar seorang siswi berlari menuju junika yang terengah-engah.

Junika menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya melihat sesorang yang memanggilnya. Melihat anggi yang berjalan menghampirinya ia langsung dengan cepatnya menyeka air matanya dengan cepat

“kenapa nggi?” ujar junika

“lo mau kemana jun?” ujar anggi yang membuat junika terheran karna pertanyaan tersebut.

“pulang, emang mau kemana lagi?” ujar junika

“lalu lo sekarang akan sekolah dimana?” ujar anggi

“gue juga belum tahu nggi”

“lo tenang aja jun, gue akan cari bukti jika lo memang tidak mencuri. gue tahu jika lo itu orang baik” ujar anggi membuat junika terharu karna masih ada orang yang perduli terhadapnya.

“makasih nggi lo udah percaya sama gue, tapi itu tidak akan merubah apapun. gue tetap akan pindah sekolah walaupun bagaimana pun keadaannya. lo jaga diri disini ya, gue pergi dulu!” ujar junika langsung pergi meninggalkan anggi yang masih setia berdiri melihatnya dari kejauhan

“lo juga jaga diri ya junika, gue tahu kamu orang yang baik. Semoga kita masih bisa ketemu dilain waktu.” Ucap anggi sambil melihat junika yang perlahan menghilang dari hadapannya.

Junika berjalan menyusuri jalan yang entah kemana arah dia berjalan, menatap nasibnya yang tidak menentu. Menatap jalan kosong yang tidak ada pikiran sama sekali, ingin ia mengakhiri hidupnya, ia ngerasa tidak ada siapa pun yang menginginkannya sekarang, bahkan ayahnya pergi meninggalkannya.

Junika menatap kosong jalan menenteng tas yang berwarna pink dan meletakkannya didadanya, ia tidak tahu apa yang ingin ia lakukan sekarang, rasanya enggan untuk pulang karna ia tahu karna bundanya sekarang pasti sibuk dengan pekerjaannya, hingga tidak ia sadari bahwa sudah ada mobil yang sedang melaju dengan kencangnya berada didepannya.

“AWAS!!!!!” teriak seorang pria lalu menariknya dengan cepat, hingga mereka terjatuh. Tatapan demi tatapan hanyut dapas pesona.

“minggir!!, kenapa lo narik-narik gue? hah” ujar junika lalu berdiri dengan tegaknya dan membersihkan pakaiannya yang terkena kotoran saat ia terjatuh.

“apa lo gak punya mata, atau lo mau mati muda!! Bukannya terima kasih malah marah-marah” ujar pria didepannya dengan kesal.

“bukan urusan lo, lagian kenapa lo nyelamatin gue. Lebih baik gue mati aja sekalian” ujar junika tak kalah kesalnya dan membentaknya.

“nggak waras ni anak” decak pria tersebut lalu meletakkan punggung tangannya didahi junika

“nggak panas” gumamnya tapi masih dapat didengar oleh junika.

“ngapain lo megang- megang gue, tangan lo kotor ada virusnya” ujar junika lalu mengambil tisu didalam tas sekolah yang ia pegang.

Pria itu hanya mengerutkan dahinya melihat wanita yang berada didepannya,

“gue udah nyelamatin lo dua kali, sebagai imbalannya kita harus kenalan. Nama gue Julian margantara ” ucap Julian menjulurkan tangannya membuat junika mengangkat sebelah alisnya

Junika heran pada Julian, ia menepis tangan Julian “ogah!!!” ucap junika lalu pergi meninggalkan Julian yang masih diam ditempat

Julian hanya menatapnya junika dengan penasaran,ia tidak berniat untuk mengejarnya ataupun mengikutinya, kalau jodoh nggak akan kemana yakan jul?. Julian hanya terpesona kepada junika dengan pandangan pertama saat malam waktu itu.

Junika memutuskan untuk pulang melihat hari semakin sore, saat berada didepan pintu ia melihat seseorang yang tengah menunggunya

“kamu dari mana sayang? Kok pulangnya sore nak” ujar sinta melihat keadaan anaknya,

Junika hanya mengacuhkannya dan duduk disofa diikuti oleh sinta kembali duduk ditempatnya sebelumnya.

“junika dikeluarin dari sekolahan” ucap junika singkat sambil melepas sepatu yang ia pakai

Sinta terkejut dengan perkataan anaknya, “loh kok dikeluarin, junika ngelakuin apa sampai-sampai dikeluarin sayang??” ucap sinta terheran karna ia tahu anaknya pintar dan tidak mungkin melakukan hal-hal yang aneh.

“junika dituduh” jeda junika, saat ia tahu pasti banyak pertanyaan dari bundanya “udah deh, bunda nggak usah banyak Tanya, daftarin aja disekolahan lain. Bundakan banyak uang karna kerja keras bunda sampai ngelupain kita” ujar junika dan pergi kekamarnya meninggalkan sinta

Sinta hanya tertekun dengan ucapan junika, tidak bisa berkutik dengan ucapannya karna semua ucapan anaknya benar. Kesalahan masa lalunya membuatnya menyesal dan akan mencoba mendekatkan dirinya dengan anaknya, yang selama ini ia tidak dapat perhatian dengan junika.

junika masuk kedalam kamarnya, merenung telah menjadi kebiasaannya sekarang ia butuh perhatian dan kasih sayang dari orang tua terutama ayahnya. tetapi sekarang kenapa hatinya belum bisa membuka hatinya untuk sinta sebagai bundanya sendiri

sinta sangat bingung dengan keadaannya sekarang. apa yang harus ia lakukan pikirnya, ia akan berusaha mendekatkan dengan anaknya walaupun itu akan sangat lama, dan tidak tahu kapan

.