PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Zifana Bukan Wanita Penggoda

Zifana Bukan Wanita Penggoda

Penulis:Dewitrisna

Berlangsung

Pengantar
Zifana terluka. Wanita yang dianggap sebagai penggoda, sering kali mendapatkan hinaan, cacian,makian. Namun ia tetap beruntung, masih ada orang-orang yang memperlakukannya dengan baik. Paman syam, bibi mery dan angel adik sepupunya. Zifana wanita baik-baik, ia hanya sedang difitnah. Ia bertemu dengan pemuda bernama althaf, pemuda tampan dengan wajah tegas dan kepribadian yang sopan.
Buka▼
Bab

Gadis cantik yang berasal dari kota kembang. ia merantau ke Pulau Sumatra, Palembang. Bertahun- tahun sejak kepergian Ayah dan ibunya ia tak pernah kembali.

Di tahun berikutnya, ketika usia nya 25 tahun, ia memutuskan untuk meninggalkan kota pempek tersebut dan kembali ke kota asalnya, Bandung.

Zifana Aurora. Gadis berkulit putih bersih, bermanik hitam lembut, rambut panjangnya terurai sampai kebahu. Tutur katanya begitu lembut, banyak laki-laki yang terpesona padanya. Sehingga hal itu menjadi boomerang bagi dirinya.

*****

Pagi sekali ia tiba di terminal bus antar kota antar provinsi, Bandung, Jawa barat. Ketika turun, ada seorang laki-laki yang tak sengaja menyenggol lengannya.

"Maaf mba." Laki-laki itu berucap lembut.

Zifana mendongakkan kepalanya. Seketika pandangan mereka bertemu.

Hanya beberapa saat, laki-laki itu tersadar.

"Iya A', gak apa-apa." Zifana melanjutkan langkah kakinya menurunin tangga bus hingga sampai tapak kakinya menyentuh aspal jalanan.

"Tunggu mba!, mba tinggal didaerah sini?" Tanya laki-laki itu yang wajahnya masih kelihatan muda, mungkin sekitar 25 an sepantarannya.

Zifana mengangguk. "Aa' butuh bantuan?" Tanya zifana dengan lembut.

"Kenalkan, saya Roy dari Lampung. Saya mau mengunjungi keluarga saya yang ada dibandung ini, tapi ini pertama kalinya saya kesini." Laki-laki itu menjelaskan dengan berbinar.

"Zifana, bisa dipanggil zifa A'. Aa' mau kedaerah mana? Barangkali saya bisa bantu." Jawab zifana dengan senyum lembut.

Roy terpanah, ia tak berkedip memandang wajah cantik zifana.

Zifana mengayun-ayun kan tangannya di depan wajah roy. A'...A'...naon? Zifana menyadarkan lamunan roy, seketika roybpun tersentak.

"Eh, maaf mba. Saya kelelahan jadi sedikit bingung."

Roy menyodorkan secarik kertas dari saku kemejanya yang sudah tampak lusuh itu.

Zifana pun membaca alamat dari kertas tersebut.

"Ini teh gak jauh A'...Aa' harus naik angkot hampir 10 menitan lagi." Ujar zifana.

"O..iya gak apa-apa."

"Aa jalan kearah sana." Zifana mengintrupsi. "Nanti Aa' ketemu angkot-angkot yang banyak, A' tanya aja disitu tujuan antapani."

Roy mengangguk ringan. "Terimakasih mba."

Zifana membalasnya dengan senyuman tulus.

Mereka terpisah diterminal ini, zifana yang saat itu dijemput pamannya, syam, langsung menuju kediaman paman dan bibinya yang tidak jauh dari terminal.

******

Setibanya dikediaman paman dan bibinya Zifana dipersilahkan masuk. Bibinya yang bernama merri memelukkannya erat, melepaskan rindu yang mendalam kepada keponakannya ini.

"Zifa...istirahat dulu yuk! Masuk ke kamar angel aja, angelnya baru aja berangkat sekolah."

Zifana mengiyakan.

"Ya Allah gusti, kamu kok semakin cantik. Sudah 5 tahun gak pulang. Semakin dewasa aja." Ujar bibinya tersenyum lembut, merangkul bahu zifana.

"Zifa kangen Ayah sama ibu bi.." jawab zifana dengan mata berkaca-kaca.

Bibinya menghela nafas.

"Sudah lama sekali, sejak kejadian itu. Bibi tau kamu pergi untuk melupakan kejadian pahit itu, kita sama-sama berdo'a agar kedua orangtuamu bahagia disana."

"Aamiin." Zifana pun mengamini ucapan bibinya.

"Bibi kedapur dulu ya, buatin kamu teh anget, kamu bersih-bersih dulu biar segar."

Zifana tersenyum, mengangguk ringan.

*****

Ayah dan ibu zifana meninggal dalam kebakaran massal 6 tahun lalu. Rumah mereka hangus, begitupun ayah dan ibunya, mereka tidak selamat. Sedangkan zifana saat itu sedang mengunjungi rumah temannya. Kejadiannya begitu cepat, api melahap habis rumah mereka dan rumah-rumah penduduk disekitarnya.

Kejadian masa lalu membuat trauma pada zifana. Ia masih tidak percaya bahwa ayah dan ibunya sudah tiada.

Siang itu, zifana sedang istirahat. Ia merasa tubuhnya teramat lelah, akibat menempuh perjalanan darat berjam-jam.

"Teh Zifa..." zifana terusik dengan suara mungil yang mengelus lengannya lembut.

Perlahan ia gerakan kelopak matanya. Membuka pelan kedua matanya. Zifana merasa silau dengan cahaya yang masuk dari balik jendela kamar yang tidak terlalu luas itu.

"Teh zifa..." suara itu mengulang lagi, memanggil namanya.

"Ya ampun angel." Zifana terkejut.

"Teteh, angel kangen. Alhamdulillah teteh kembali. Jangan pergi lagi ya teh." Ucap gadis mungil yang bernama angel itu.

Zifana mengangguk.

"Teteh sehat?"

"Teteh semakin cantik."

"Aiiihhh...kangennya teh." Tutur angel sambil memeluk erat zifana.

Zifana mengelus rambut panjang angel.

"Rambutnya kenapa gak di ikat ngel. Kan berantakan tuh."

Zifana bangkit dari baringnya.

"Teteh lapar gak? Yuk makan dulu yuk! Angel berujar sambil menarik riang tangan zifana.

Zifana hanya tersenyum.

Saat makan siang berlangsung, terdengar celotahan riang angel.

"Habiskan dulu makannya ngel!" Perintah ibunya.

"Bu...mumpung teh zifana ada disini, angel mau cerita banyak sama teh zifana." Angel menjawab perintah ibunya dengan bibir mengerucutkan bibirnya.

"Sudah-sudah kita selesaikan dulu yuk makannya." Zifana mencoba menjadi penengah dari perempuan berbeda usia tersebut.

Angel mengangguk, menuruti titah zifana.

Zifana memperhatikan keharmonisan dalam keluarga ini, tawa yang tulus, percakapan-percakapan ringan yang menguatkan. Zifana menghangat. Sudah lama sekali ternyata, ia tidak berada disituasi seperti ini.