PopNovel

Baca Buku di PopNovel

I Wuf You Zombie

I Wuf You Zombie

Penulis:candunika

Tamat

Pengantar
Ini adalah kisah tentang lika liku perjalanan seorang Jacob Ghazanfar Haikal Loe dalam mencari penawar untuk kesembuhan dirinya. Ia yang bermetamorfosis menjadi zombie saat usianya masih tergolong muda, harus mati-matian bersembunyi dari FBI dan aparat negara. Bersama Alice dan keluarga dekatnya, ia berjuang. Hingga lelah dan resah selalu menyertai di setiap helaan napas mereka. Akankah Jacob dan Alice berhasil selamat dari perburuan itu? Akankah Jacob berhasil disembuhkan dan kembali menjadi manusia normal?
Buka▼
Bab

Alert!!

Cerita ini hanya fiksi belaka. Semua ide yang tertuang dalam cerita adalah murni hasil imajinasi penulis. Apabila ada kesalahan kata atau ceritanya terlihat tidak masuk akal mohon dimaklumi.

Karena ini semua hanya imajinasi penulis saja. Silahkan sampaikan kritik dan saran yang membangun bukan menjatuhkan:

Happy reading, enjoy<3

-----

Siang ini, suasana di sebuah laboratorium kecil yang bertempat di kawasan rumah elite semakin ricuh tak terkendali. Bunyi dentingan alat-alat yang jatuh, terdengar memekakkan telinga siapa pun yang mendengarnya. Lagi-lagi percobaan Edward kesekian kalinya gagal. Bukan hanya gagal, melainkan gagal total. Semua formula resep yang ia punya, tidak ada yang berhasil. Ia merasa kinerjanya sebagai seorang profesor dipermainkan oleh tugas penting dari seorang clientnya.

"Argh!! Sial. Harus pakai resep bagaimana lagi biar sempurna? Bahkan antropin pun sudah aku masukkan tapi tetap saja gagal." keluh Edward.

Edward yang kesal sebab gagal menyelesaikan ramuannya pun memutuskan untuk istirahat sejenak. Ia membutuhkan keajaiban yang tersisa, agar gelar professornya tidak tercoreng. Ia teringat hanya diberi waktu 2 bulan untuk menyelesaikan ramuannya, dan sekarang satu bulan sudah terlewati dengan percuma. Pikirnya ‘Apa lagi yang salah? Seharusnya ramuanku berhasil dengan sempurna.'

***

"Pa, Mama masuk ya." ucap Angela sembari menyelinap masuk ke dalam laboratorium milik suaminya.

Angela terbelalak menatap kekacauan yang terlihat jelas di depan matanya. Persis layaknya kapal pecah yang tidak memiliki tuan untuk merawatnya. Ralat! Bukan kapal pecah lagi namanya, melainkan persis tempat pembuangan sampah!

"Ya Allah Papa! Bisa-bisanya ini ruangan udah amburadul kayak gini. Ini juga! Gelas beaker pada pecah, ini belinya pake uang Pa! Uang! Bukan daun! Astaghfirullah. Kalau dalam satu jam ini ruangan belum bersih, papa tidur di luar malam ini!" ancam Angela.

"Astaghfirullah, kejamnya kamu wahai istriku! Lagian gimana nggak kotor ma, percobaan papa gagal lagi. Sampai frustasi papa, akhirnya mecahin semua barang deh. Maaf Ma, papa capek nih. Lain kali aja ya ceramahnya. Papa nggak ada waktu. Tinggal sebulan lagi deadline proyeknya harus selesai. Papa istirahat dulu ya. Terima kasih istriku, kamu cantik banget hari ini." sahut Edward.

Arghh!! Angela geram dibuatnya. Akhirnya mau tidak mau ia pun memutuskan untuk membersihkan tempat kerja suaminya. Ia tahu, Edward sedang dilanda cemas karena proyeknya selalu gagal. Mirisnya, Angela tidak tahu menahu proyek apa yang ditugaskan ke suaminya itu. Biasanya Edward selalu berhasil menyelesaikan proyeknya tanpa ada yang gagal dan tidak sampai menghabiskan waktu berminggu-minggu. Namun, entah kenapa proyek ini tidak kunjung berhasil. Nalurinya berkata, suaminya sedang dalam masalah. Akan tetapi, Angela ragu kalau harus bertanya pada Edward. Ia khawatir Edward malah marah. Ya, beginilah nasib jadi nyonya seorang profesor ternama. Harus mengalah, atau kena imbasnya.

Usai merapikan ruangan suaminya, Angela segera beranjak pergi. Namun matanya yang cukup jeli, melihat ada tumpukan berkas yang masih berserakan di pojok ruangan. Ia yang dikenal cukup perfeksionis, tidak akan suka kalau ada yang belum tertata rapi. Prinsipnya satu, semua harus terlihat rapi dan bersih, tanpa terkecuali!

"Hmm, memang manusia satu ini kalau udah cemas naluri berantakin rumahnya kebangetan. Bikin kesel deh ih." gumam Angela

Ia pun memungut tumpukan berkas itu dan menaruhnya kembali ke tempat semula. Tangan mungilnya cekatan memilah mana berkas yang penting dan mana yang bukan. Hingga, salah satu berkas beramplop cokelat yang ada tulisan ‘gagal’ menarik perhatiannya. Sempat beradu argumen dengan diri sendiri, ia pun membuka berkas itu. Rasa ingin tahunya yang tinggi mengalahkan pikirannya. Otak menyuruhnya untuk tidak membuka, namun hati membela bahwa ini adalah haknya.

'Surat Persetujuan Dalam Rangka Proyek Pembuatan Serum Antibodi Demi Kelangsungan Hidup Alice Anak Saya'

Ketika dibuka, Angela merasa tidak enak hati. Pasalnya ia telah menaruh curiga pada suaminya. Ternyata, proyek yang sedang dikembangkan oleh Edward adalah pembuatan serum antibodi untuk Alice anak dari client suaminya. Akhirnya, ia pun mengurungkan niat untuk membaca berkas itu. Pikirnya, membaca judulnya saja sudah lebih dari cukup. Tiba-tiba ketika Angela hendak mengunci laboratorium, ia dikejutkan dengan kehadiran anaknya Jacob, yang baru saja genap berumur 23 tahun.

"Ma, mama. Udah selesai belum? Jacob lapar nih, Papa juga tuh." desak Jacob anak semata wayangnya.

"Astaghfirullah Jacob! Ngagetin Mama aja. Bilang permisi kek, atau salam gitu minimal. Biar mama nggak kaget! Iya-iya ini mama udah selesai. Bantuin mama masak ya, biar cepat selesai." sahut Angela kesal.

"Yah, mama. Kan Jacob lapar. Nggak ada tenaga buat bantuin mama jadinya. Lagian Jacob masih banyak kerjaan ma, banyak banget. So, Jacob nggak bisa bantu mama. Maaf ya ma."

"Alasan aja, kebiasaan. Gara-gara papa kamu nih, kamu jadi pinter banget nyari alasan."

"Hehe, maaf ya Ma. Sayang Mama." bisik Jacob, sembari mengecup sekilas pipi Mamanya.

Merasa gemas dengan sikap kedua pangerannya itu, Angela hanya geleng-geleng kepala meresponnya. Kadang ia merasa geram dan ingin meledak, tidak habis pikir dengan sikap anak dan suaminya itu. Ibarat pepatah “Like father like son.” Nggak ada bedanya, sama-sama nyebelin dan ngeselin. Untuk kesekian kalinya, Angela harus mengerjakan semuanya sendiri. Untungnya ia merasa enjoy melakukan semuanya, toh itulah tugas seorang ibu rumah tangga bukan? Fyi, Angela tidak pernah mau memperkerjakan seorang pembantu satu pun di rumahnya. Padahal rumahnya sangat megah. Maklum, Angela dan keluarga tinggal di kawasan elite di London. Tapi tetap saja, hal itu bukanlah penghalang untuk istiqomah pada prinsipnya. Ia berprinsip selagi bisa mengerjakan semuanya sendiri, kenapa harus memperkerjakan orang lain? Lagian, di zaman sekarang ini ia malah takut memperkerjakan orang lain. Khawatir Edward selingkuh misalnya, walaupun itu tidak mungkin tapi ia merasa harus waspada. Dengan begitu, keharmonisan keluarganya tetap terjaga.

"Mamaaaa!! Jacob lapar, ayo masak. Udah siap nih daritadi. Mama bengong mulu kebiasaan, hati-hati kesambet ma. Hiii." sindir Jacob.

"Tadi katanya sibuk, kok malah ke dapur? Oh iya, kamu kalau ngomong kayak gitu lagi ke Mama, uang jajanmu Mama potong!" ancam Angela.

"Kan, emang cowok itu selalu salah di mata mama. Dibantuin ngomel nggak dibantuin tambah ngomel. Terus Jacob harus gimana ma? Mama nggak asik ah, mainnya ngancem mulu. Lagian kan uangnya mau Jacob pakai buat santunan anak yatim Ma. Ngertiin Jacob kek. Udah dibantuin lho ini."

"MasyaAllah baik bener anak Mama. Yaudah uang jajan kamu bulan ini tetap Mama potong. Oh iya, nanti Mama nitip uang buat santunan anak yatim juga ya. Biar berkah ini keluarga."

"Ujung-ujungnya tetap aja dipotong. Benar-benar dah ini Mama pengertian banget. Sampai ngalahin presiden royalnya."

Angela tertawa melihat respon anaknya. Ia senang, Jacob selalu terbuka dengannya. Sehingga, tidak ada jarak antara mereka berdua. Ia bersyukur, walaupun Jacob sudah menginjak umur dewasa namun tetap tidak segan bercanda bersamanya. Sebagai gantinya, Angela bergegas mempersiapkan makan malam untuk keluarganya. Menu makan malam ini ia persiapkan khusus buat kedua pangerannya. Makanan sederhana yang tidak kalah enak dengan makanan restoran bintang lima. Iya dong, gimana mau kalah kan masaknya pake cinta! Hahaha.

***

Pukul 20.35 GMT+1

Angela tersenyum puas melihat hasil masakannya. Ada banyak varian makanan yang ada. Mulai dari fish and chips, bangers and mash, dan tidak ketinggalan puding roti sebagai dessert. Wangi aroma masakan yang sangat menggugah selera itu menyebar ke seluruh ruangan. Edward yang mencium aroma itu pun bangun dan langsung mencuci mukanya. Sedangkan Jacob sendiri sudah berada di meja makan sejak tadi. Ia turut andil menyiapkan makan malam untuk hari ini.

"Ma, makasih ya udah nyiapin makan malam. Enak banget keliatannya. Maaf, Jacob nggak bisa bantu banyak. Maklumin ya Ma, kan Jacob laki." ucap Jacob tulus.

"Iyaa, sama-sama nak. Sebenarnya, tadi mama ada niat mau muji kamu, tapi nggak jadi deh. Mama juga makasih ya kamu udah bantuin Mama masak. Papa kayaknya senang deh, tuh buktinya langsung bangun."

Jacob hanya mengangguk mengiyakan. Edward yang telah selesai mencuci muka segera menghampiri istri dan anaknya di meja makan.

Makan malam hari ini pun terlewati dengan tenang. Semuanya menikmati makanan dengan khidmat. Tidak ada yang berbicara, karena sudah menjadi prinsip keluarga Loe pantang berbicara kalau makanan masih ada. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Akan ada kejadian yang menggemparkan rumah tangga keluarga Loe selanjutnya.

***