PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Lily Flower Dan Tuan Wajah Perak

Lily Flower Dan Tuan Wajah Perak

Penulis:Ida Sofiana

Tamat

Pengantar
Thomas bertemu pertama kali dengan Lily di kios bunga yang tidak dia sangka. Sedangkan Lily merasa sebal dengan pertemuan pertama itu. Lily seorang penjual bunga, sedangkan Thomas seorang penjual perak. Hubungan mereka lambat laun terjalin, namun begitu banyak rintangan yang mereka hadapi pada hubungan mereka. Apakah mereka akan bersatu? Atau apakah mereka akan berpisah? Cerita romantik yang saya kemas dengan sederhana dan ada perpaduan unsur dongeng dalam penceritaannya. Semoga kalian, para pembaca menyukainya! Sebesar aku menyukai setiap tokoh di dalamnya, terutama Lily dan Thomas. Selamat membaca!
Buka▼
Bab

Sudut Pandang Dia~

Prolog

Pada zaman dahulu, di musim semi yang berbunga. Seorang gadis menjual bunga-bunga buket di gerobak yang kecil di pasar tradisional. Dan tak lama kemudian ia membuka sendiri galeri bunga yang ia beri nama ‘Lily Flowers Diamond’.

* * *

Beautify

by

Flowers

Di pintu kaca tertuliskan nama ‘Lily Flowers’, pada kertas putih tertancap di kaca dengan gantungan seperti ikat kain putih panjang. Dan di bagian atas bangunan gedung penjualan, tertulis nama toko, LILY FLOWERS DIAMOND. Menerima pesanan bunga, karangan, dan semacamnya. Tertulis pada papan putih depan kios bunga.

“Untuk mengikat bunga dibutuhkan keterampilan. Tidak hanya memotong bunga dengan ujung jarimu tapi juga dengan hati. Di mana letak bunga akan ditampilkan dengan memberikan kesan dan sentuhan bunga. Lily Flowers adalah berasal dari namaku yang artinya bunga lily yang diberikan langsung oleh nenekku yang telah tiada. Kala itu, nenek pingin banget punya cucu secantik ikat tali bunga. Bunga waktu itu yang ada adalah bunga lily yang menghiasi pekarangan rumah nenek yang sudah diguyur hujan deras dan basah. Dan, alhasil dinamailah aku dengan nama ‘Lily Flower’, yang artinya bunga lily kesayangan nenek. Agar ia memiliki cucu dengan sekuat dan setegar bunga lily, seperti pada pekarangan rumahnya.”

Dan waktu itu, Lily sedang memotong dan menggunting tangkai bunga di hadapannya yang sedang dirangkainya. Ia tampak membungkuk menghadap teliti ke arah tangkai-tangkai bunga. Dan dedaunan hijau tampak bertebaran dan berjejer di sekeliling. Beberapa karyawan juga tengah sibuk dengan pekerjaannya.

* * *

Mobil berwarna biru toska tiba-tiba memarkir di halaman kios bunga milik Lily Flower dengan kecepatan gesit. Seorang pemuda tampak duduk di dalamnya dan bersama seorang temannya. Jendela mobil itu mulai terbuka. Dan pemuda itu mulai melangkahkan kakinya menuju kios. Ia tampak mengenakan kemeja berwarna serupa. Biru pucat. Mungkin itu adalah warna kesukaannya.

Sudut Pandang Dia~

Bag. 1 mengapa bertemu?

Pertemuan pertama mereka adalah ketika mereka berada di kios bunga milik Lily Flower bercat merah marun itu, yang atapnya tergantung nama kios berlebel serupa dengan cat genting berwarna cokelat. Hari itu adalah pertama kali Thomas berkunjung ke toko bunga untuk membeli seikat bunga yang cantik dan segar, untuk diberikan kepada sepupu dan eyangnya yang sedang berulang tahun.

Thomas memandang Lily dari arah kejauhan ketika berada di depan toko bunga, yang di dalamnya bertaburkan ikat-ikat bunga, bunga buket, dan juga bunga-bunga yang dipajang tinggi di kendi pot besar, dan serangkaian bunga yang belum dipasang dan masih berada dalam box besar. Sewaktu itu, Lily Flower sedang menggunting-gunting tangkai bunga di hadapannya, dan sedang merapikannya, untuk kemudian dijual kepada pelanggan setianya. Hari itu Lily tidak memperhatikan jika ada pelanggan baru yang memperhatikannya dari kejauhan, yang berada di depan toko bunga.

Kemudian, ketika Thomas Johnson ingin menyapa Lily, sang penjual bunga yang mungkin dikiranya adalah pelayan bunga di toko tersebut, tiba-tiba seperti disambar petir, datang pelayan bunga yang langsung menyapa memberikan pelayanan, bunga mana yang ingin dibeli. Kemudian Thomas mengalihkan pandangan dan menjelaskan kepada pelayan tersebut bahwa ia ingin memesan bunga untuk hadiah ulang tahun kakek dan sepupunya yang berjalan berbarengan. Pelayan bunga menjelaskan jika bunga yang pantas dan sesuai untuk hadiah ulang tahun seorang kakek dan sepupu adalah bunga kepompong. Bunga ini sangat unik dan langka. Kepompong merah untuk kakek Tuan, dan bunga perisai kuning untuk sepupu Tuan.

“Kami menyediakan seikat bunga kepompong merah untuk kakek Tuan dan seikat bunga kepompong kuning atau bunga perisai kuning untuk sepupu Tuan. Dinamakan kepompong kuning karena sangat cocok untuk anak muda, dan kepompong merah untuk orang yang lebih tua,” kata si penjual bunga.

Kemudian setelah beberapa saat pelayan memberikan bunga seperti yang dipesan Thomas untuk ulang tahun kakek dan sepupunya, Thomas meninggalkan tempat kios bunga itu.

Thomas Johnson mulai masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobilnya. Sesampainya di dalam mobil, Thomas menggerutu, “Sebenarnya aku tidak tahu bunga apa yang disukai kakek, terlepas apalagi ini adalah ulang tahunnya yang ke-80. Yang aku tahu bahwa kakek menyukai bunga seperti pada tahun sebelumnya. Tapi, aku lupa bunga apa yang sering ia beli. Aku hanya ingin memberikan hadiah yang berbeda daripada tahun sebelumnya. Dan bunga dari ‘Lily Flowers’ ini mungkin sangat membantu. Sedangkan untuk adik sepupuku, semoga saja dia suka dengan bunga ini.”

Kemudian mobil melaju kencang dan pelan.

* * *

Sesampainya di rumah kakek.

Thomas berjalan ke arah rumah kakek melalui halaman rumahnya yang indah dan rindang oleh tanaman dan tumbuhan hijau yang menjalar. Dan beberapa pohon hijau menjulang tinggi di pekarangan rumahnya. Sambil berlari-lari kecil, Thomas sampai ke dalam rumah kakeknya.

“Halo Kakek, selamat ulang tahun. Eits... oh, iya, aku lupa mengucap salam. Selamat siang Kakek, Nenek, Tante, dan semuanya.” Kemudian Thomas menjabat tangan mereka satu persatu.

“Siang juga, Johnson. Dari mana saja kamu seharian? Sedari pagi belum nongol juga?” tanya salah satu teman dan sahabatnya yang berada dalam gabungan ulang tahun kakeknya.

“Oh, ini, aku sedang mencari-cari, kira-kira hadiah apa yang cocok untuk ulang tahun kakek. Mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi. Aku hanya ingin memberikan yang spesial untuknya. Dan juga tentunya untuk sepupuku yang satu ini,” celetuk Thomas sambil mencubit pipi sepupunya dan menggandeng pundaknya, sehingga membuat sepupunya kelihatan sedikit menghindar gemas dan mengeryitkan pipi dan matanya di samping kanan. Dan Thomas tertawa lebar melihat keisengan, kejailan, dari sepupunya itu.

Dan, “Hei, dan ini hadiah untuk sepupuku yang satu ini. Semoga kamu suka, ya!” ucap Thomas kepada sepupu kesayanganya itu. Dan Mirabel merasa senang dengan bunga pemberian dari kakaknya itu.

Benar, kakak. Mirabel biasa memanggil Thomas dengan sebutan kakak, mengingat ia hanya putri semata wayang dari pasangan Mirabel Angela dan Thomas Angela, semenjak kematian kakaknya yang tragis tertabrak motor di jalanan. Sebenarnya Brian yang mengendarai mobil, tetapi entah mengapa justru nyawanyalah yang melayang. Tetapi ia kini sudah tenang di alam baka sana. Dan sekarang Mirabel hidup bahagia dengan kakak sulungnya alias Thomas Johnson dan kedua orang tuanya. Dan, Thomas Angela ini adalah kakak kandung dari Thomas Johnson. Keluarga mereka sangat akrab, dan merupakan keluarga terbahagia di dunia, bagi mereka sendiri. Dan itu mungkin akan membuat kalian atau orang lain yang mendengarnya tertawa.

Semenjak putra sulungnya, Brian Fictor, meninggal dunia akibat kecelakaan motor, keluarga Cendana menjadi keluarga yang tertragis di dunia karena kehilangan salah satu anggota keluarganya yang tercinta dan terkasih. Tetapi, berselang waktu mereka mulai bisa menata ulang kembali keadaan rumah tangga dan keluarga mereka seperti normal sedia kala, dan mendoakan yang terbaik untuk Brian di alam baka sana. Dan Do’a yang terbaik untuk Brian yang sudah meninggal.

Kita kembali lagi pada kisah keluarga Cendana yang sedang marayakan ulang tahun di kediamannya. Nama lengkap kakek adalah Fictor Johnson. Begitulah nama Johnson dan Fictor diambil dari nama kakeknya, karena sedari dulu kakek Fictor menginginkan seorang anak lelaki yang diinginkannya sebagai penerus perusahaan dagang miliknya. Tetapi sayang mereka berdua tidak menggeluti seperti apa yang diinginkan kakeknya, melainkan berusaha mendirikan perusahaan mereka sendiri. Fictor sudah meninggal, dan Johnson lebih menggeluti dunia fashion perak. Dan alhasil Cendanalah yang tetap memegang perusahaan alih dagang milik kakek Fictor, keluarga Cendana, yaitu Thomas Angela dan ayah Johnson yang bernama Albert Johnson dan istrinya Maria Johnson. Mereka berdua dan bertiga yang mengembangkan perusahaan milik kakek Fictor, alias keluarga Cendana.

Hari itu adalah hari yang menegangkan dan menggembirakan untuk keluarga Cendana. Karena selain ulang tahun kakek Bahadon dan sepupunya yang bertepatan, ternyata Thomas akan dijodohkan dengan sepupu dari teman kakeknya. Entahlah, dia hanya anak terakhir, maka dari itu teman kakek Thomas masih memiliki sepupu yang masih sangat muda dan belia seperti Lala, begitu sapaan akrabnya.

Sebenarnya nama lengkapnya adalah Lala Elizabeth Stone. Hanya saja ia seringkali dipanggil Lala sebagai nama kesayangan. Dan hari itu dipanggillah si Lala ini untuk menghadap Fictor dan juga tamu undangan yang lain dan keluarga Cendana. Kemudian memperkenalkan Thomas dengan putri cantik tersebut. Hanya saja Thomas terperanjat kaget tidak menyangka dan menyadari jika saja tiba-tiba ia dijodohkan dengan anak dari pengusaha kaya, teman dari kakeknya. Sungguh adalah mimpi buruk yang selama ini ia alami. Di depan semua orang, Thomas hanya bisa mengiyakan dan seolah-olah mengiyakan. Dan terlihat mengeryitkan dahi dan telinganya mendengar pernyataan tersebut. Alhasil dipertemukanlah mereka dalam mahligai cinta yang disusun oleh kakeknya. Kemudian Thomas hanya bisa tersenyum kecut dan kaku, sedangkan Lala kegirangan merasa sangat senang.

Rumah Cendana sangat besar dan dikelilingi bangunan tembok putih yang menjulang tinggi dan dihiasi oleh lukisan-lukisan antik, kuno, dan klasik. Jika dilihat dari hiasan rumahnya, kakek Fictor sangat menyukai lukisan dan barang-barang antik. Bisa dibilang itu adalah kegemarannya semenjak masih duduk di bangku SMA. Dan pertama kali itu pulalah ia bertemu dengan Nenek yang sekarang menjadi istrinya.

Dan hari itu meja-meja juga dikelilingi makanan dan camilan ringan untuk menghiasi meja-meja tamu ulang tahun. Sebenarnya perayaannya hanya dibikin sederhana untuk menyenangkan dan membahagiakan kakek Fictor dan sepupu kesayangan tercantiknya.

Setelah waktu berlalu, acara selesai. Dan waktu itu Lala membawa barang sekoper keluar dari kamarnya dari rumah Cendana. Kakek dan orang-orang terkejut dan bertanya-tanya, “Hei, Lala. Kenapa pula kau ini buru-buru untuk pulang? Tinggallah sebentar di sini lagi selagi acara selesai dan kita punya waktu untuk kumpul makan!”

Dan ternyata Lala mengatakan bahwa ia sangat meminta maaf bahwa ia tidak bisa berada lama tinggal di sini, karena ia harus segera berangkat ke Amerika tempat kakeknya bernaung.

“Oh,” kemudian Kakek dan orang lain mengiyakan.

Alhasil sangat legalah Thomas karena Lala telah pergi dan ia merasa sangat senang terhindar dari maut yang memisahkannya.

Kemudian selang waktu tak lama kemudian, Thomas bergegas pergi karena dompetnya sepertinya tertinggal di kedai bunga tadi. Dan ternyata sesampainya di kedai bunga, dompet itu sudah tidak ada lagi. Sedangkan ia sudah melaju dengan kecepatan cukup kencang, dan kakeknya bertanya dengan Thomas yang berlari terburu-buru. Dan keluarganya yang lain hanya memandanginya sambil saling bertatapan dan bertanya-tanya, “Kenapa Johnson itu? Kenapa ia lari tunggang langgang seperti hendak dikejar setan saja dia?”

Dan ternyata ia hanya mencari dompetnya yang tertinggal di mobil. Tetapi sebelum kejadian dompet yang sebenarnya hanya tertinggal di mobil. Thomas kembali mencari dompet itu lalu-lalang di kios bunga milik ‘Lily Flowers’ dan memarkirkan mobilnya di depan kios itu. Kemudian Lily Flower menghampiri Thomas dan bertanya, sambil membungkukkan sedikit badannya dan melipat kedua tanganya di depan sebagai bentuk tanda sopan kepada pelanggan.

“Maaf, Tuan sedang mencari apa? Apa ada yang bisa saya bantu?”

“Hei, kamu ini pelayan bunga di sini bukan, bisa tolong carikan dompetku yang hilang di sekitaran sini. Sepertinya aku lupa menaruhnya di mana.”

“Pelayan?” gerutu lily dari dalam hati. “Aku ini bukan pelayan, tapi pemilik dari kios bunga ini. Apa sih yang dikatakan dari pemuda ini?”

“Maaf, Tuan. Sepertinya tidak ada dompet yang tertinggal di kios kami, bahkan semenjak dua hari lalu.”

Tetapi Thomas terus saja mengelaknya, “Aku baru saja membeli bunga di sini dan aku ingat bahwa dompetku seperti terjatuh di sini.”

“Seperti kata Tuan. Tidak ada dompet yang terjatuh di sini. Mungkin sebaiknya Tuan kembali ke tempat Tuan karena banyak pembeli yang berdatangan,” gerutu Lily kesal dengan sikap ketus dan cuek kepada Thomas.

“Hei, Nona. Aku benar-benar merasa bahwa dompetku tertinggal di sini.”

Kemudian Lily meninggalkan Tuan muda itu dan mengatakan kepada stafnya untuk melayaninya, karena sudah berbuat gaduh di kios bunga dan segera mengusirnya dari tempat itu juga. Dan alhasil dikeluarkannyalah Thomas dari kios bunga dan Lily yang merasa kesal mendadak sumringah.

“Huft ... baru kali ini ada pelanggan yang sangat menyebalkan. Dan tidak tahu untung. Tidak bisa dibilangi.”

Sesampainya di luar, Prico menjelaskan kepada temannya terkait dompetnya yang hilang bahwa ia menemukanya di dalam mobil tepat di atas kursi sofa belakang. “Dan ternyata aku menemukannya.”

“Oalah ... ternyata ada di dalam mobil, dan aku lupa menaruhnya di sana, kemudian tersempar hingga ke bagian belakang mobil saat aku selesai membeli bunga tadi pagi. Aduh ... aku merasa sangat bersalah dengan Nona penjual bunga tadi. Entah siapa namanya aku lupa bertanya.”

“Bukankah tadi aku sudah berusaha menjelaskan bahwa dompetmu ada di mobil. Aku menemukannya di dalam mobil, tapi, kamu tidak menggubris. Malah asyik bercengkerama bertengkar dengan Nona yang tidak jelas asal usulnya, yang belum tentu kamu kenal untuk ditanya di mana dompet kamu yang hilang itu. Iya, kan? Atau jangan-jangan kamu naksir, ya, sama dia?”

“Oh, Tuhan, mana mungkin aku naksir dengannya. Wanita penjual bunga yang sama sekali bukan levelku dan tidak aku kenal!”

“Ouw. Baiklah. Apa kau tidak akan kecewa?”

“Sudahlah! Ayo kita berangkat! Kita buru-buru akan ke bengkel. Sepertinya mobilku ada yang rusak dan perlu untuk diperbaiki.” Kemudian mobil mereka melaju kencang ke arah mencari bengkel terdekat.

“Kenapa kita tidak ke bengkel Suwat Motor saja yang ada di ujung sana?”

“Aku sudah sering berlangganan ke bengkel itu.” Kata temannya, Paprico.

“Aku itu ingin mencari bengkel terdekat karena setelah ini aku ada meeting dengan klien yang sudah memesan beberapa kilo perak pesanannya dan hari ini satu jam lagi harus sampai. Dan mungkin untuk memperbaiki mobil ini saja butuh waktu setengah jam, hanya mengganti ban belakangnya yang kempes, sebelum bocor. Harus segera diperbaiki, sekaligus servis mobil kalo-kalo ada yang bermasalah. Mobil ini harus dirawat sebersih mungkin. Aku juga perlu mencucinya agar terlihat lebih bersih dan kinclong.”

“Oke, Bos. Siap!” celetuk sahabatnya itu sambil seperti menghadap ke komandan meletakkan tanganya di samping kepala seperti memberi tanda hormat hanya sebagai lelucon atau guyonan saja.

“Oke ... lets go.” Kemudi Thomas mencari bengkel terdekat.

Thomas dan Paprico berceletuk dan bercanda di tempat bengkel motor, dan juga ketika mobil sedang dicuci menggunakan busa pembersih. Mereka terlihat sangat senang, dan entah apa yang dibicarakan. Mereka hanya terlihat bercengkerama dan tertawa di samping tempat pencucian mobil.

Kemudian selepas dari bengkel dan mencuci mobilnya, Thomas segera menemui klienya di sebuah resto yang tak lain adalah Lily Flower yang sudah menunggu mereka sedari tadi.

“Halo! Mbak yang memesan perak 20 kilogram?”

“Iya,” ujar Lily. “Tidak disangka, ya, ternyata orang yang sedari tadi sempat memesan bunga di tempatku dan mencari dompetnya yang hilang, kini aku berhadapan denganya hanya untuk membeli perak pesanan Papa. Sungguh sangat memilukan nasibku.”

“Ya sudah, sebenarnya, aku hanya mengambil pesanan Papa untuk perak yang dibelinya dari kamu. Mungkin ada diskon tambahan?”

“Nona, hari gini masih minta diskon. Ini saja harga sudah sangat murah dan miring sesuai dengan permintaan pak Danu, papa Nona.”

“Iya, iya. Aku Cuma berceletuk saja. Ini uang dari Papa, untuk membayar perak pesanannya.” Kemudian Thomas tersenyum lebar, merasa lega dan tertawa dengan guyonan Lily yang menyebalkan super duper imut itu.

Kemudian Lily meninggalkan mereka berdua.

* * *

Di rumah Lily.

Lily sedang menulis buku diary di buku catatannya. Ia sedang duduk di bangku kayu dan menghadap meja buku-bukunya, tempat ia biasa menulis dan menuangkan segala keluh kesahnya selama ini. Penat, dan lelah selama seharian kerja.

“Hari ini aku merasa sangat lelah, dan juga sangat kesal. Bertemu dengan pelanggan yang nyebelin, dan ternyata juga dia yang menjadi tempat Papa memesan kilogram perak untuk keperluan Papa. Hari yang aneh.” Tulis Lily di selembaran kertas buku tempat ia menulis.

Lily kemudian beranjak dari kursi, tetapi kemudian ia kembali lagi ke meja untuk mengambil sesuatu. Yup, tepat, ia mengambil gantungan kunci sepedanya. Rasa-rasanya ia ingin bersepeda ria di depan sana. Jika biasanya orang mengambil gantungan kunci mobil atau sepeda motor, tetapi tidak dengan Lily, ia lebih senang berjalan-jalan dengan sepeda pancal setelah seharian bekerja.