PopNovel

Baca Buku di PopNovel

Nine To End

Nine To End

Penulis:Fy

Berlangsung

Pengantar
Saat Ruby kembali ke kota kelahirannya setelah selama lebih 4 tahun berada di Oslo, Ia kembali dipertemukan dengan sahabat masa kecilnya Nemo. Tidak banyak yang berubah pada lelaki tampan yang diam-diam sangat dicintai oleh Ruby. Ruby juga kembali bertemu dengan Raissa gadis tercantik di SMA yang bertahun tahun menjadi musuh bebuyutan Ruby. Kehadiran gadis bernama Nindy yang selalu mengikuti kemanapun Ruby pergi pada akhirnya membuat Ruby dan Raissa yang sebelumnya selalu bertengkar menjadi dekat satu sama lain. Siapakah Nindy dan kenapa dia selalu ingin berada di dekat Ruby?
Buka▼
Bab

Ruby Nadira baru saja menjejakkan kakinya di bumi tanah kelahirannya. Menghirup udara di sore itu membuatnya merasa sangat bahagia. Sudah 4 tahun ia tinggalkan kota itu untuk mengejar pendidikannya di Oslo, ibu kota Norwegia. Kemarin dia sudah mengabari adik laki-lakinya untuk menjemputnya di Bandara. Belum nampak sosok si bungsu itu, Ruby duduk di bangku kosong dan mengeluarkan sebuah buku. Sepanjang perjalanannya pulang, buku itulah yang menemaninya dengan setia.

Seseorang menepuk bahunya. Ruby menegadahkan kepala untuk melihat. Seorang laki-laki tampan berdiri di hadapannya.

“Ruby?” sapa laki-laki itu. “Sejak tadi aku perhatikan tapi aku ragu untuk menyapa karena takut salah..” laki-laki itu tersenyum.

Ah.. Senyum itu adalah senyum yang tak pernah berubah. Dan suara itu juga sangat khas di telinga Ruby. Ruby balas tersenyum sambil mengulurkan tangannya pada lelaki itu.

“Nemo..” sapa Ruby.

“Apa kabar? Sudah lama sekali kita tidak bertemu..” tanya Lelaki yang dipanggil Nemo oleh Ruby.

“Baik.. kamu?”

“Sangat baik.. Sepertinya kamu tidak pernah pulang?” tanya Nemo.

“Kata siapa?” tanya Ruby.

“Aku tidak pernah tahu,” jawab Nemo. “Kamu tidak pernah menghubungiku..”

“Kata siapa?” ulang Ruby. “Aku pernah menghubungimu.. Tapi kamu tidak menjawabnya”.

“Masa?”

“Mungkin ada yang melarangmu untuk mengangkat telpon dari perempuan,” sindir Ruby.

“Mana ada?” tanya Nemo.

“Perempuan yang dekat denganmu.. Yang bernama Thalia,” ketus Ruby.

“Menunggu jemputan?” Nemo mengalihkan pembicaraan.

“Kenapa tidak menjawabku? Siapa Thalia?” tanya Ruby.

“Bukan siapa-siapa..” jawab Nemo datar.

“Pacarmu? Atau calon istrimu?”

“Kamu tahu tentang Thalia dari mana?”

“Tidak perlu tahu.. Yang pasti aku tahu semua tentangmu, semua yang dekat denganmu,” jawab Ruby.

“Stalker yang handal juga..” ejek Nemo. “Ada yang akan menjemputmu?”

“Ya.. Kemarin sudah bilang pada adikku tapi dia bilang akan menjemputku setelah menjemput Atta anaknya Kak Sofie,” jawab Ruby.

“Boleh aku menawarkan untuk mengantarmu pulang?” tanya Nemo.

“Eh tidak usah repot-repot,” tolak Ruby.

“Tidak apa-apa.. Aku juga kebetulan mau pulang”.

“Sedang apa disini? Menjemput juga?”

“Tadi setelah mengantar teman.. entah kenapa aku bisa sampai disini. Mungkin ini cara Tuhan mempertemukan kita kembali,” Nemo tersenyum sambil mengedipkan matanya.

“Ah.. Kamu membuat aku merasa setinggi langit,” ujar Ruby.

“Tidak mungkin aku tidak meluangkan waktu untuk sahabat kecilku,” kata Nemo. “Ayo..”

“Aku harus menelpon si bungsu dulu,” kata Ruby.

“Sambil jalan saja.. Ayo,” Nemo menarik travel bag Ruby.

Ruby tersenyum mengikuti Nemo.

Nemo sudah dikenal Ruby sejak masa anak-anak. Dulu rumah mereka hanya berjarak 3 rumah. Mereka sering bermain bersama. Menempuh pendidikan di sekolah yang sama hingga terpisah setelah menyelesaikan SMA. Saat itu Nemo melanjutkan kuliahnya di kota lain. Tapi tak memutuskan tali pertemanan mereka. Hingga akhirnya Ruby mendapat kesempatan untuk melanjutkan study S2 di Oslo. Tapi sejauh apapun mereka berpisah, Ruby tak pernah melupakan Nemo. Selalu mencari tahu kabarnya. Ia tahu siapa saja yang sedang dekat dengan Nemo, bahkan ia juga tahu apa yang dilakukan Nemo.

“Benarkah aku tahu semua tentang Nemo?” gumam Ruby.

“sebentar lagi usia kita menginjak 32 ya?” ucapan Nemo membuyarkan lamunan Ruby.

“Apa?” tanya Ruby.

“Hm.. Melamunkan apa?” tanya Nemo.

“Tidak ada..”

“Sudah menikah?”

“Tidak mungkin aku tidak mengundangmu jika aku menikah,” tukas Ruby.

“Tapi sudah punya pasangan kan?” tanya Nemo.

“Belum..” Ruby menunduk. “Mana ada yang mau denganku?”

“Ah aku tidak percaya.. Siapa yang tidak mau denganmu? Cantik dan berpendidikan tinggi”.

“Kamu tidak suka denganku..” ucap Ruby nyaris tak terdengar.

“Apa?”

“Buktinya tidak pernah ada yang mendekatiku,” Ruby memandang wajah Nemo.”Bahkan hingga usiaku sudah memasuki angka 32 tahun”.

“Kamu juga tidak merespon laki-laki yang mendekatimu..” kata Nemo sambil menghentikan mobilnya di sebuah klinik hewan.

“Kenapa berhenti disini?” tanya Ruby.

“Sebentar.. ada yang harus aku kerjakan,” kata Nemo. “Ayo.. Masuk dulu”.

“Oh..” Ruby segera mengikuti Nemo.

“Sepi?” tanya Ruby.

“Hari ini tutup.. Ntah kenapa sedang tidak ingin membuka praktek,” jawab Nemo. “Ternyata Tuhan yang menggerakkan, sehingga aku bisa bertemu denganmu dan bisa mengantarmu pulang..”

“Jika tutup.. lalu kenapa datang kesini?” tanya Ruby.

“Kan sudah aku katakan ada yang harus aku kerjakan.. Cuma sebentar. Duduklah, aku ke lantai atas,” kata Nemo sambil meninggalkan Ruby.

Ruby memandang sekeliling ruangan itu sambil tersenyum. Nemo sangat mencintai hewan. Sejak kecil dia berkata ingin menjadi dokter hewan. Nemo kecil sering kali membawa pulang kucing kecil yang ia temukan di jalan.Dan saat kucing itu dinyatakan mati, ia akan menangis di kebun lekanag rumahnya sambil menguburkan kucing itu. Ntah sudah berapa banyak kuburan kucing yang ada di belakang rumahnya.

Ruby melangkah menuju ruang belakang klinik itu. Ada sebuah taman yang mengingatkan Ruby akan taman di rumahnya.

“Taman itu mengingatkanmu pada sesuatu?,” Nemo tiba-tiba sudah berdiri di belakang Ruby.

“Maaf mengejutkanmu,” kata Nemo lagi.

“Aku sangat terkejut karena melihat taman itu begitu mirip dengan taman di belakang rumahku”.

“Aku menyukai taman yang dibuat oleh papa kamu dan pernah kukatakan padanya suatu hari nanti aku juga akan punya taman seperti itu..”

“Dihalaman belakang rumahku, di taman itu, kamu juga banyak menguburkan kucing kucing yang mati dan menanam bunga mawar di atas kuburannya..”

“Rumahku tidak punya halaman belakang, jadi aku selalu menumpang di halamanmu untuk menguburkan kucing-kucing malang itu..”

“Ini bunga apa?” tanya Ruby.

“Suka?”

“Ya.. Cantik sekali.. Bunga apa namanya?”

“Nemophila..”

“Jangan bercanda Nemo.. Aku serius”.

“Aku tidak bercanda.. Itu bunga Nemophila namanya..”

“Oh.. Ada ya? Aku pikir kamu bercanda ,” Ruby tertawa. “Baru kali ini aku melihatnya..”

“Sudah.. Ayo kuantar pulang,” kata Nemo.

“Boleh minta traktir makan?” tanya Ruby.

“Harusnya kamu yang mentraktirku, bukankah uang yang kamu dapat di luar negeri lebih banyak dari gajiku sebulan?”

“Pelit sekali..” ejek Ruby.

“Ayo..”