PopNovel

Baca Buku di PopNovel

With You

With You

Penulis:Dhona Aliqhiya

Berlangsung

Pengantar
"Apa? Nikah?" Tania Silvia, seorang siswi SMA biasa dengan kehidupan yang biasa terpaksa menikah dengan seorang laki-laki atas permintaan Ayahnya. Bagi Tania itu hanyalah kejutan untuk ulang tahunnya dan mengiyakan tawaran tersebut. "Gue gak akan mau nikah sama cewek miskin kayak lo! Sadar diri dikit!" "Sekalipun cuma kawin kontrak!" * Apa yang terjadi selanjutnya? Akankah Tania tetap menikah dengan pria yang sudah merendahkan dirinya? Atau ada kisah lain setelah nya?
Buka▼
Bab

Tania Silvia seorang gadis kelas sebelas SMA yang merupakan anak tunggal dari sebuah keluarga sederhana yang menjalani kehidupan sehari-harinya sebagai seorang pramusaji, menikmati pahitnya kehidupan dan berusaha mengubahnya adalah prinsip Tania.

Ayahnya hanya seorang pekerja buruh biasa dan ibunya seorang penjahit, gaji kedua orang tuanya tidak terlalu besar untuk menjalani kehidupan yang keras ini. Belum lagi biaya sekolahnya yang tinggi dan dirinya juga bukanlah seorang siswi jenius dengan segala kelebihan. Hanya seorang siswi SMA biasa dengan kehidupan yang biasa juga.

Tania bergegas pergi kesekolah setelah menyelesaikan sarapannya kemudian menyalami punggung tangan Ayah dan ibunya, mengenakan sepatu nya yang sudah lusuh dan segera berlari menuju jalan raya untuk menaiki angkot.

Setelah sampai didepan sekolahnya ia lantas turun dan membayar supir tesebut kemudian berjalan memasuki sekolah, gadis itu melangkahkan kakinya sembari memandangi para siswi lain disekitarnya.

Terkadang ia merasa minder dengan tampilan dirinya sendiri dan terkadang Tania merasa bahwa tak ada yang bisa ia banggakan dalam dirinya. Keluarga yang tinggal di rumah sederhana, pekerjaan paruh waktu yang melelahkan, dan otak yang tak terlalu pintar dibandingkan siswi lain di sekolahnya, SMA Negeri Permata 1.

Namun Tania kembali sadar bahwa semua manusia itu sama di mata tuhan tak ada yang miskin atau kaya, jelek atau cantik, pintar atau bodoh, semuanya sama. Tania sendiri juga tak habis pikir bahwa dirinya lolos tes masuk di sekolahnya ini, awalnya ia hanya di rekomendasikan oleh Kepala Sekolahnya saat SMP agar masuk sekolah yang ia pijaki saat ini dikarenakan Tania merupakan siswi yang terpintar disekolah lamanya.

Awalnya Tania sempat menolak namun kedua orang tuanya memaksanya agar dirinya mau mengikui tes seleksi dan akhirnya ia lulus walaupun dengan nilai yang tak terlalu memusakan dan bahkan sangat berbanding terbalik dengan nilainya saat di SMP, jelas saja karena sekolah lamanya itu tak sebagus sekolahnya saat ini dan lagi pula diatas langit masih ada langit.

Tania berjalan menuju ke papan mading yang ada di depan dinding kantor untuk melihat kelas yang akan ia masuki nantinya dikarenakan ini hari pertamanya menjadi siswi kelas XII di SMA-nya. Namun gadis itu berhenti tepat di belakang kerumunan para siswa lainnya dan berniat menunggu hingga semuanya selesai melihat nama mereka.

Tania terlalu takut menerobos kerumunan mengingat status nya yang biasa saja meskipun ia tahu bahwa semua sama dimata tuhan tapi pada akhirnya rasa takutnya tetap mengalahkan dirinya. Ya setidaknya ia sadar diri mengenai statusnya.

Tania hanya tak ingin mencari masalah dengan siswi lain yang satus mereka lebih darinya. Tania hanya takut sebab saat dirinya tak mencari gara-gara pun semuanya tetap saja mencemooh dirnya hanya karena status keluarganya bahkan sampai membully-nya karena dirinya di anggap tak pantas di sekolah yang super elite ini.

Sudah hampir dua menit gadis itu menunggu namun semakin lama kerumunan tersebut makin ramai dikarenakan jam pelajaran yang hampir masuk terutama bagi para siswa kelas sepuluh yang baru saja masuk, mereka tentu sangat kesulitan menemukan kelas mereka dan akan saling tanya satu sama lain didepan mading tersebut.

Tania merasa bahwa dirinya seperti patung saja tak ada yang memperdulikannya bahkan siswa baru sekalipun ya mungkin mereka tak berniat bertanya pada Tania karena melihat pakaian dan aksesoris lainnya yang ada pada diri gadis itu.

Gadis itu akhirnya menyerah dan pergi dari sana, ia berjalan namun tak mengetahui tujuannya sampai akhirnya ponselnya bedering pertanda pesan masuk. Gadis itu segera melihat nama yang tertera di layar touch screen-nya, Fani, itulah yang tertera disana. Tania lantas tersenyum melihat nama tersebut.

Fanira Anita merupakan nama lengkap sahabatnya. Satu-satunya orang yang menghargai keberadaannya, menyayanginya layaknya seorang Kakak pada Adik, menganggapnya setara tanpa melihat statusnya. Hal inilah yang membuatnya bertahan di sekolah ini, sebab ia masih memiliki orang-orang yang menyayangi dirinya walaupun hanya satu. Gadis itu lantas membuka pesan yang dikirim oleh sahabatnya itu.

Fanira :

Tan dimana? Woyy? Tan!

Tania:

Di angkot, sebentar lagi sampe.

Fanira:

Tan dimana? Cepetan sini, woy Tania Silvia!!

Tan?

Udah mau masuk, nanti telat repot.

Masa belum sampe sih?

Ah gue tau, nungguin mading lagi pasti!

Fanira send a picture.

Buruan ke kelas!

Tania segera melihat foto yang dikirimkan Fani, gadis itu segera mencari namanya yang ternyata berada di kelas XII IPS III. Tentu saja hal tersebut membuatnya terkejut, ia heran mengapa namanya masuk ke kelas tersebut padahal itu khusus kelas anak-anak dengan ranking enam belas kebawah, sedangkan dirinya kemarin berhasil mendapat ranking lima belas besar dengan susah payah.

Oh ya, Tania ingat bahwa yang masuk ke kelas terakhir merupakan siswa siswi yang masuk dalam tiga kategori, pertama siswa yang memiliki masalah di semester sebelumnya orang yang melakukan pelanggaran bahkan mencoreng nama sekolah

, kedua siswa yang belum membayar atau menunggak SPP bulanan

maksimal menunggak 3 bulan, jika lebih inilah konsekuensinya

, dan ketiga siswa yang mendapat ranking enam belas kebawah.

Tapi yang membuat Tania heran mengapa ia masuk kesana sedangkan dirinya tak pernah merasa masuk dalam tiga kategori tersebut, apa lagi kategori yang kedua, semester kemarin karena ayahnya baru mendapat rezeki maka dirinya bisa membayar uang tunggakan selama lima bulan dan itupun sebelum ujian kenaikan kelas meskipun masih tersisa tunggakan satu bulan. Tapi tetap saja itu tidak terhitung tunggakan, tapi kenapa malah ia masuk kelas terakhir sekarang?

Karena terlalu sibuk berkutat dengan ponselnya membuatnya tak memperhatikan jalan dan alhasil menabrak seseorang didepannya.

BRUK!

Ponsel Tania jatuh terhempas membuat gadis itu syok dan seketika mengambil ponselnya yang sudah membentur lantai, ia segera menatap seseorang yang ia tabrak tersebut. Tubuh yang tegap, rahang yang tegas, mata yang indah namun terlihat tajam, hidung yang tak terlalu mancung dan kulitnya yang cerah membuat Tania seketika membisu.

Makhluk apa yang ada didepannya ini? Bentuk wajahnya membuat semua orang termasuk dirinya seolah tersihir tak ingin berhenti menatapanya. Tunggu, mengapa dirinya begini. Gadis itu berkedip beberapa kali kemudian menggeleng kecil. Jangan sampai menarik perhatian orang lain batinnya.

Pikiran gadis itu kemudian teralih untuk melihat situasi sekitarnya untuk memastikan tidak ada yang melihatnya namun dugaannya ternyata salah, kini semua siswa memperhatikan dirinya dan pria yang ia tabrak tadi, banyak dari mereka berbisik entah membicarakan apa namun Tania yakin bahwa mereka membicarakan dirinya.

Namun gadis itu tersadar kembali bahwa ia belum meminta maaf pada pria yang ia tabrak tadi, dirinya menoleh untuk meminta maaf namun pria tersebut sudah pergi membuat dirinya merasa tak enak hati.